tag:blogger.com,1999:blog-90418746829873607702024-03-05T07:52:30.263-08:00Ruskian HariadiRuskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.comBlogger22125tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-75043162708727491192013-04-14T07:14:00.001-07:002013-04-14T07:14:27.897-07:00Kerja Keras<span class="fullpost">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi15YZL3STSZHDQTsZlkbl2vjAOOeTJyx_L2lWjh3isF3lbim_DSG6u8X-bKuflQ8SySEm-F8aaC3MGGdCyZdM3U3GJHPwycmULI9CzEas7uepsE8LgmMO-vKvu3TQpkF5Ixe3yf4uolLmy/s1600/Animasi+bergerak+untuk+powerpoint+(6)+-+kerja+keras.gif" imageanchor="1" ><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi15YZL3STSZHDQTsZlkbl2vjAOOeTJyx_L2lWjh3isF3lbim_DSG6u8X-bKuflQ8SySEm-F8aaC3MGGdCyZdM3U3GJHPwycmULI9CzEas7uepsE8LgmMO-vKvu3TQpkF5Ixe3yf4uolLmy/s320/Animasi+bergerak+untuk+powerpoint+(6)+-+kerja+keras.gif" /></a>
</span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-31518660686922247922011-04-30T02:42:00.001-07:002011-04-30T02:46:00.327-07:00MANAJEMEN PENDIDIKANManajemen Pendidikan di Era Reformasi<br /><br />I. Pendahuluan<br /><br />Kerisauan tentang rendahnya daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia di pasar global menyimpan satu pertanyaan, apa yang seharusnya dibenahi dengan pendidikan kita? Pendidikan yang bermutu tercermin pada sekolah yang bermutu. Sekolah yang bermutu menghasilkan SDM yang bermutu. Rendahnya mutu SDM signifikan dengan rendahnya mutu pendidikan. Lee Iacocca dalam tulisannya “Bila pendidikan berhasil orang juga akan berhasil”, mengisyaratkan bahwa diperlukan mutu pendidikan agar menghasilkan SDM yang bermutu.<span class="fullpost"> <br />Munculnya berbagai lembaga pendidikan baru yang tiba-tiba diakui keberadaannya oleh masyarakat, mengkondisikan sebuah persaingan yang ketat. Padahal jam terbang mereka relatif pendek, sehingga aspek kualitas belum teruji benar atau belum terandalkan. Harus diakui bahwa lembaga pendidikan baru ini menawarkan pembelajaran trend yang digandrungi masyarakat masa kini. Biasanya berlabelkan pembelajaran berwawasan masa depan. <br />Lalu apa sebenarnya yang harus dipersiapkan oleh sebuah lembaga pendidikan agar diakui dan dicari oleh masyarakat dalam mempertahankan eksistensinya? Saat ini lahan pendidikan sudah dilirik oleh pengusaha-pengusaha bermodal besar yang sebelumnya bergerak di luar bidang pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan sudah menjadi lahan bisnis. Pendidikan mereka kelola secara profesional, dan tidak mustahil bila pengelolaannyapun berdasarkan manajemen bisnis. Maka bagaimana seharusnya manajemen yang cocok untuk bidang pendidikan pada era globalisasi dan era persaingan yang sangat ketat?<br />Tuntutan perubahan jaman pada era globalisasi membawa dampak pergeseran fungsi pembelajaran dari yang terbatas pada tahapan pendidikan menjadi pembelajaran seumur hidup. Kondisi ini menuntut reformasi pembelajaran. Reformasi pembelajaran seperti apa yang perlu dipersiapkan oleh suatu lembaga pendidikan untuk mengantisipasi kehidupan di masa datang? Situasi dan kondisi yang telah dipaparkan di atas membawa konsekuensi logis kepada pengelola pendidikan untuk melihat kebutuhan akan kehidupan masa depan. Hal ini pun dianggap logis ketika pengelola pendidikan mengambil langkah antisipatif untuk mempersiapkan kemampuan yang perlu dimiliki agar bertahan pada zamannya. <br />Pada tulisan ini akan menguraikan 7 hal besar yang harus dibenahi oleh pengelola pendidikan yaitu: (a) sensitivitas lembaga terhadap perubahan dan peluang, (b) manajemen organisasi, (c) manajemen strategi, (d) manajemen sumber daya manusia, (e) reformasi pembelajaran, (f) pembiayaan pendidikan, (g) marketing pendidikan. Ke tujuh bidang utama yang perlu dikelola dengan pendekatan manajemen baru. Pembenahan manajemen pada semua aspek ini dalam rangka pembenahan secara global karena satu dan lain hal akan saling terikat, dan diharapkan menuju keberhasilan yang sesuai pada zamannya.<br />Lembaga pendidikan berfungsi dan berperan dalam pembentukkan sumber daya manusia yang berkompeten pada jamannya, kreatif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, menuntut para manajer pendidikan untuk mencari dan menerapkan suatu manajemen baru yang dapat mendorong perbaikan mutu pendidikan. <br />Manajemen dalam mengelola pendidikan tidak dapat dilepaskan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukti dari pertalian erat tersebut adalah perubahan yang terjadi pada hampir semua aspek kehidupan manusia dengan berbagai permasalahan yang ditimbulkannya dapat dipecahkan melalui upaya penguasaan serta peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. <br />Perkembangan dan perubahan yang terus bergulir ini pun membawa manusia ke era persaingan global yang ketat. Oleh karena itu kalau tidak ingin kalah bersaing dalam era globalisasi peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien. Pengembangan dan peningkatan kualitas SDM yang berdaya saing international dan mempunyai kompetensi untuk bertahan pada perkembangan zaman menjadi suatu perhatian penting dalam manajemen pendidikan. Globalisasi menuntut adanya perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. <br />Untuk melakukan perubahan tersebut maka peranan manajemen pendidikan sangat signifikan untuk menciptakan sekolah-sekolah yang bermutu yang menghasilkan SDM terandalkan dan tangguh yang dibutuhkan masyarakat. Kualitas pendidikan yang diserap pada sekolah yang bermutu sudah seharusnya dipersiapkan seirama dengan perkembangan zaman. Saat ini zaman berada pada era globalisasi dan informasi, maka era inilah yang membawa perubahan-perubahan mendasar dan mewarnai kehidupan pendidikan.Guru mengatur, murid diatur.<br />II. Manajemen Pendidikan di Era Reformasi<br />A. Sensitivitas Lembaga Terhadap Perubahan Dan Peluang<br />Salah satu perubahan mendasar yang telah digulirkan oleh pemerintah untuk menanggapi era globalisasi dan informasi dan membawa dampak pada manajemen pendidikan adalah berubahnya manajemen berbasis pusat menjadi manajemen berbasis daerah. Secara resmi, perubahan manajemen ini telah diwujudkan dalam bentuk “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah” yang kemudian diikuti pedoman pelaksanaannya berupa “Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi. Konsekuensi logis dari Undang-Undang dan peraturan pemerintah tersebut adalah bahwa manajemen pendidikan harus disesuaikan dengan jiwa dan semangat otonomi. <br />Manajemen pendidikan harus mampu menerjemahkan perubahan itu ke dalam kebijakan-kebijakan strategis bagi lembaganya. Manajemen pendidikan adalah aplikasi prinsip, konsep dan teori manajemen dalam aktivitas pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Di berbagai organisasi selalu menjalankan fungsi manajemen yang seharusnya dilaksanakan yaitu “Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling”. Fungsi-fungsi tersebut tidak jauh berbeda di dalam manajemen pendidikan, yang membedakan manajemen pendidikan dengan manajemen lainnya adalah komponen di dalamnya. Komponen manajemen pendidikan antara lain meliputi proses pembelajaran, sumber daya manusia, siswa, steakholder, fasilitas, pembiayaan, school public relation, dsb. <br />Guru memilih dan memaksakan Bagaimana Menyikapi Peluang dalam Manajemen Pendidikan? Peluang yang tersedia dalam mengelola pendidikan merupakan suatu tantangan bagi lembaga pendidikan. Peluang tersebut tentunya tidak disia-siakan oleh lembaga pendidikan dan segera mengambil perannya untuk menghadapi tantangan ke depan. Tantangan yang dihadapi membuat lembaga pendidikan selalu berpikir dan berjuang mempertahankan eksistensinya. Setiap lembaga pendidikan harus melakukan pembenahan dengan mendasari pada komitmen yang tinggi untuk menentukan langkah-langkah strategis, dan berkiprah pada situasi international. Beberapa komitmen itu antara lain : (1) menekankan pada standar kendali mutu dengan menetapkan strategi-strategi dalam mencapai target yang telah ditetapkan dan konsisten melakukan perbaikan berkelanjutan, (2) memberdayakan seluruh sumber yang ada baik sumber daya manusia maupun sumber dana yang lain, (3) meningkatkan profesionalitas kerja, (4) mengadakan evaluasi yang berkesinambungan baik evaluasi formatif maupun evaluasi sumatif, (5) mengadakan penelitian dan pengkajian dalam pengembangan program, (6) mengikuti dinamika perubahan zamannya dan selalu melakukan inovasi-inovasi dalam segala bidang. Komitmen tersebut tentunya framework pengelolaan pendidikan. Selanjutnya komitmen-komitmen di atas juga menjadi dasar untuk menentukan langkah dalam pengelolaan pendidikan. Langkah-langkah itu meliputi: (1) menganalisis fungsi dan peran lembaga pendidikan, (2) menetapkan visi dan misi, (3) mencari kesenjangan yang muncul antara apa yang telah dihasilkan dengan kebutuhan dan harapan masyarakat, (4)mengevaluasi respon masyarakat terhadap layanan pendidikan yang diberikan, (5)mencermati dan menganalisa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (6)menyikapi problem yang dihadapi masyarakat untuk mencarikan solusi lewat kegiatan akademis, (7) menganalisis kebutuhan kompetensi SDM masa depan, (8)mengatur strategi dan kegiatan preventif dalam menghadapi persoalan masa depan, (9)menganalisis dan memberdayagunakan pihak-pihak terkait dalam perencanaan, proses, hasil dan feedback, (10). menentukan strategi pencapaian tujuan. Ketika lembaga sensitife terhadap perubahan yang bergulir dan peluang yang ditawarkan, serta mempunyai komitmen dalam mempertahankan eksistensinya dengan menetapkan langkah strategis dalam pengelolaan pendidikan, maka lembaga memerlukan suatu organisasi untuk mewujudkannya. Organisasi merupakan unsur penting dalam manajemen. <br /><br />B. Manajemen Strategi<br />Ketika lembaga pendidikan memasuki lingkungan bisnis maka saat itu juga memasuki lingkungan yang kompetitif dan turbulen. Oleh karena itu manajemen lembaga pendidikan memerlukan sistem manajemen strategik yang pas dan sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis.<br />Strategi adalah suatu cara untuk mencapai sasaran. Balanced scorecard memberikan satu cara untuk mengkomunikasikan strategi suatu lembaga pada manajer-manajer di organisasi. Balanced scorecard dapat membantu menyediakan informasi akuntansi manajemen strategik yang dapat menuntun dalam mengambil keputusan penyusunan rencana strategik agar konsisten dengan strategi lembaga. Banyak lembaga dengan manajemen berkutat tradisional masih meningkatkan laba hanya pada sisi keuangan. Ketika diadakan kebijakan pada sisi keuangan terjadi ketimpangan-ketimpangan pada sisi lain. Lembaga macam ini kecenderungannya memfokuskan pada kinerja jangka pendek. Lembaga pendidikan membutuhkan kinerja jangka panjang sehingga perlu memperhatikan sisi lain agar terjadi keseimbangan yang menyebabkan naiknya kinerja keuangan. Ada 4 perspektif yang perlu menjadi perhatian utama yaitu keuangan, customer, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Perspektive keuangan untuk melihat apakah kinerja keuangan meningkat. Perspektif customer untuk mengukur mutu, pelayanan dan biaya dalam memuaskan pelanggan. Nilai yang sering kali muncul oleh pelanggan terhadap lembaga dirumuskan dari fungsi pendidikan untuk pelanggan + mutu adalah kesesuaian dengan standar permintaan pelanggan + citra adalah daya tarik pelanggan yang tercipta karena proses komunikasi yang tercipta + harga adalah perbandingan harga relatif dengan produk pesaing + waktu adalah ketersediaan dan kecepatan pemenuhan kebutuhan pelanggan + hubungan. Perspektif proses bisnis internal mengukur efisiensi dan efektivitas lembaga dalam mencapai sasaran. Rantai internal yang dapat diterapkan : (1) identifikasi kebutuhan pelanggan, (2) proses inovasi dengan mengenali customer dan ciptakan program, (3) proses operasi dengan bangun program dan luncurkan program, (4) pelanggan selama proses berjalan dan purna program. Prespektif pembelajaran dan pertumbuhan mengukur kemampuan lembaga untuk mengembangkan dan memanfaatkan SDM sehingga tujuan strategik dapat tercapai. Melalui ke 4 perspektif ini maka lembaga dapat m memperluas cakrawala dalam menafsirkan trend perubahan secara makro. Dalam perumusan strategi disertai dengan analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, and threats) yang dilaksanakan melalui ke 4 perspektive tersebut, sehingga diperoleh gambaran umum.<br />Dari kondisi itu maka dibuat perumusan strategi dengan sasaran strategi jangka panjang, yang kemudian diturunkan pada program-program, pada akhirnya penyusunan anggaran yang bersifat komprehensif. Berdasarkan analisis di atas maka telah ditentukan sasaran. Banyak organisasi telah menyusun sasaran bahkan sasaran yang amat spesifik, tetapi gagal mengembangkan rencana dan tindakan yang nyata. Oleh karena itu diperlukan “manajemen berdasarkan sasaran” dengan lebih mudahnya penulis mengatakan sebagai “segitiga pengaman”. <br /><br />C. Manajemen Organisasi<br />Manajemen tidak bermakna apabila organisasi tidak ada. Organisasi yang tangguh adalah organisasi yang memiliki sumber daya manusia bermutu, aktif, bersemangat, struktur organisasi mantap, dan mempunyai system informasi yang up to date. Di dalam organisasi selalu ada orang-orang yang mempunyai tugas dan peran masing-masing. Mereka saling berinteraksi dalam sebuah struktur organisasi untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat input, proses, output dan feedback. Suatu organisasi di bangun tentu memiliki tujuan. Salah satu tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Ada satu pendekatan yang biasa di terapkan di berbagai industry besar dalam meningkatkan mutu adalah Quality Trilogi (Dr. Joseph M. Juran). Sementara itu pendidikan pada dasarnya adalah suatu industri di bidang sumber daya manusia, dengan demikian quality trilogy dapat diterapkan. Quality trilogy dapat menjadi suatu pertimbangan dalam membangun struktur organisasi. <br />Quality trilogy yang dimaksud dapat dilihat pada gambar 1.<br /><br />Gambar 1 : Pendekatan Quality trilogy<br /><br />Peningkatan mutu (Quality Improvement)<br />Juran’s Quality Triligy<br /><br /><br /><br /><br />Perencanaan Mutu<br />(Quality Planning) Penjaminan mutu<br />(Quality Assurance) Pengawasan mutu<br />(Quality Control)<br /><br />Struktur organisasi yang dapat mengakomodir fungsi manajemen (planning, organizing, actuating, controlling) sekaligus quality trilogy controlling) sekaligus quality trilogy (perencanaan mutu, pengawasan mutu, pengingkatan mutu). <br />Pada struktur tersebut tim perencana, pengkajian dan pemberi informasi posisinya seharusnya sangat bebas sehingga mampu berperan dalam memberikan segala macam pemikiran dalam pengembangan lembaga dalam melihat peluang ke depan dan merencanakan strategi untuk tetap diakui keberadaannya di tengah masayarakat tanpa ada tebengan kebijakan, tekanan atasan dsbnya.<br />Kebijakan, peraturan dan yang sejenis menempel pada tim pembuat keputusan yang pada akhirnya turun ke tim strategy planning (dalam konteks pelaksanaan program). Dalam manajemen tradisional seringkali tim ini tidak ada atau tidak dianggap perlu. Kegiatan yang dilakukan tim 1 dapat meliputi : (1) identifikasi masalah dimana didalamnya ada kegiatan mencari, menemukan dan mengidentifikasi kondisi lingkungan serta trend masa depan, (2) membuat rencana dengan fokus dimana di dalamnya ada kegiatan menciptakan, mengembangkan alternatif solusi, (3) memilih alternatif yang sesuai dengan lembaga tersebut sebagai rekomendasi. (4) mendapatkan feedback dengan terlebih dahulu melakukan evaluasi kegiatan/pelaksanaan. Organisasi akan tetap eksis di tengah masyarakat jika mempunyai komitmen terhadap: satu tujuan; fokus terhadap pelanggan; obsesi yang tinggi terhadap kualitas, motivasi berprestasi dan mengejar daya saing; perencanaan jangka panjang; antisipatif dan proaktif; kerjasama tim yang dinamis; anggota organisasi selalu tekun bekerja, giat berusaha dan terus meningkatkan pengetahuan dan kecakapannya; pemberdayaan dan mendorong anggota untuk maju; memperbaiki proses secara berkesinambungan; terus menerus menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. Agar komitmen tersebut tetap terjaga oleh organisasi maka dalam sepanjang waktu perlu dilakukan : (a) membina proses; Dalam kegiatan ini anggota organisasi melakukan pekerjaannya sebagaimana ditetapkan dalam uraian pekerjaannya. (b) melakukan perbaikan performance secara perorangan dan atau kelompok, (c) menangani krisis, ini berarti menghadapi dan menangani keadaan darurat.<br />Apabila perbaikan performance dilakukan secara aktif akan menciutkan area penanganan krisis. Agar organisasi dapat mencapai tujuan maka dalam membina proses perlu dibentuk satu “kelompok penggerak dan perintis perubahan”. Untuk menjalankan perannya, ia terlepas dari hirarki organisasi, anggotanya mempunyai idealisme, pengetahuan dan kecakapan, reputasi baik, mempunyai hubungan baik dengan anggota-anggota lainnya.<br />Pemimpin yang bermutu mempengaruhi laju gerak organisasi. Pimpinan harus mengambil inisiatif. Setiap respon organisasi pendidikan terhadap suatu perubahan ditentukan oleh pola kepemimpinan yang dijalankan. Oleh karena itu pemimpin harus memberikan contoh dalam pola pikir, pola sikap, pola tindak tentang mutu dalam setiap keputusan dan aktivitasnya. Pemimpin dalam satu struktur organisasi dapat digolongkan menjadi lower management, midlle management, top management. Masing-masing klasifikasi pimpinan itu perlu ada batasan dalam perannya sehingga gerak organisasi dapat berjalan lancar, tidak ada tumpang tindih dalam pengambilan keputusan. Lower management dapat mengambil bagian untuk operation control, midlle management dapat mengambil bagian untuk management control, sedangkan top management dapat mengambil bagian pada strategic planning. Lainnya, murid menuruti.<br />a. Menentukan sasaran :<br />1. Mengumpulkan berbagai informasi tentang keterampilan era reformasi dari berbagai sumber, apakah keterampilan tsb benar-benar dibutuhkan, siswa jenjang mana saja yang membutuhkan keterampilan tersebut, konsekwensi apa yang harus ditanggung bila keterampilan tsb di berikan kepada siswa, dsb.<br />2. Mempersatukan semua informasi dalam satu bentuk urutan logis.<br />3. Merencanakan keterampilan era reformasi yang harus dimiliki oleh siswa dilengkapi dengan suatu analisis dan alasan-alasan yang menguatkan, hal-hal apa yang berubah dengan adanya program tsb, hal-hal apa yang mendukung dan perlu pengelolaan serius agar mendukung program dengan maksimal, dsb.<br />4. Memutuskan keterampilan era reformasi yang akan di dilaksanakan dan kebijakan apa yang muncul untuk mendukung program tersebut.<br />b. Mengarahkan Pencapaian Sasaran:<br />1. Mengkoordinasikan agar semua berjalan sesuai perencanaan.<br />2. Mengkomunikasikan kepada semua pihak terkait untuk meperlancar dan mendukung program.<br />3. Memotivasi semua pihak agar stabilitas program terjaga.<br />4. Mengarahkan, membimbing dan menasehati semua pihak dalam mencapai sasaran program<br />D. Manajemen Sumber Daya Manusia<br />Di dalam organisasi ada beberapa orang yang melakukan kegiatan sesuai tugas masing-masing dan mereka saling berinteraksi. Sebenarnya bukan hanya interaksi saja namun setiap individu di dalamnya perlu dipacu untuk terus andil mengambil peran dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya manusia di dalam organisasi sangatlah penting. Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari manajemen organisasi yang memfokuskan pada pengelolaan sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya manusia dibagi dalam beberapa area kerja yaitu desain organisasi, pengembangan organisasi, perencanaan dan pengembangan karir pegawai, perencanaan sumber daya manusia, sistem kinerja pegawai, kompensasi dan gaji, kearsipan pegawai. Perlu dipahami juga oleh suatu organisasi bahwa pilar utama dalam membangun organisasi yang berwawasan global adalah kemampuan setiap individu yang tergabung dalam organisasi. Satu pertanyaan kritis muncul karakteristik individu seperti apa yang dibutuhkan oleh suatu lembaga dalam era reformasi. Karakteristik sumber daya manusia yang diperlukan saat ini adalah mempunyai integritas, inisiatif, kecerdasan, keterampilan sosial, penuh daya dalam bertindak dan penemuan baru, imajinasi dan kreatif, keluwesan, antusiasme dan mempunyai daya juang (kecerdasan adversity / kemampuan mengubah hambatan menjadi peluang), mempunyai pandangan ke depan dan mendunia. Kemampuan-kemampuan diantas adalah kemampuan yang dianggap sesuai untuk era reformasi. <br />Dalam recruitment dan pengembangan sumber daya manusia tentunya mengacu kepada karakteristik-karakteristik di atas. Lembaga mempersiapkan panduan recruitment sesuai karakteristik tsb. Karyawan atau guru yang baru yang menginjakkan kakinya untuk bergabung bersama membutuhkan “masa orientasi” agar nantinya mampu berkembang dan berjuang sesuai yang diharapkan lembaga. Masa orientasi sangat penting untuk mengurangi keluhan pada masa mendatang akan ketidakmampuan individu ketika lembaga mengadakan perubahan. Masa orientasi ini perlu di desain sebaik mungkin karena merupakan masa transisi dimana setiap individu dibentuk sesuai yang diharapkan lembaga dengan dimulai dari kompetensi awal yang dimiliki mereka. Kegiatan pada masa orientasi terbatas pada waktu tertentu dan kegiatan dapat berupa pelatihan atau kegiatan apa saja yang wajib diikuti oleh setiap individu untuk memenuhi standar yang diharapkan. Masa ini menjadi masa kritis guru untuk tetap dipertahankan atau tidak bergabung dengan lembaga. Masa orientasi dapat diteruskan pada “masa pemantapan” dengan pola yang sama dengan orientasi hanya kadar kompetensi yang dituntut berbeda. Guru seumur hidupnya cenderung tetap menjadi guru karena peluang menjadi kepala sekolah sangatlah minim. Hal ini disebabkan satu sekolah hanya membutuhkan satu kepala sekolah.<br />Realita keseharian kualitas guru berbeda-beda, ada guru yang dapat diandalkan ada pula guru yang hanya sekedar menjalankan tugas. Lalu apa yang membedakan guru yang berkualitas dengan yang tidak? Apa yang membuat guru termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya? “Career development” dapat menjadi solusinya. Career development perlu diciptakan oleh lembaga agar dapat memotivasi setiap individu yang terlibat. Setiap individu tahu jelas persyaratan yang harus dipenuhi untuk menduduki satu jabatan atau tingkatan tertentu. Bagi individu ada satu kepastian sejauh mana kemampuan dan pengetahuannya perlu dikembangkan. Setiap individupun dapat menilai dirinya sendiri pada level apa sebenarnya kemampuan dan pengetahuannya. Jelas disini dapat menghindari unsur subyektivitas. Career development dapat menjadi satu nilai positif ketika pada setiap level di dalamnya jelas alat ukurnya. “Pengendalian posisi” dapat menjadi partner dalam career development. Karena dalam pengendalian posisi ada aturan untuk kapan dipromosikan, berapa lama di posisi tersebut, kapan berhenti, individu tersebut direncanakan untuk posisi apa dsb. Pengendalian posisi ini untuk mengantisipasi jika semua guru mempunyai motivasi berprestasi sekaligus mensortir guru yang tak mempunyai motivasi berprestasi. Kondisi demikian akan memicu setiap individu untuk berprestasi sesuai dengan harapan individu dan lembaga.<br /><br />E. Reformasi Pembelajaran<br />Reformasi kini menjadi suatu keharusan dalam pembenahan pendidikan khususnya pembelajaran. Reformasi ada dalam rangka memuaskan pelanggan/masyarakat dengan memberikan pelayanan yang lebih baik agar sesuai dengan harapan dan kebutuhan mereka. Konsep pembelajaran reformatif berpusat kepada siswa, interaktif atau terjadi interaksi multi arah, multidisipliner, kerja kelompok, guru sebagai fasilitator, mengajarkan bagaimana mempelajari sesuatu, dimungkinkan tim teaching untuk memperoleh kajian lintas disipliner, memberikan peluang kepada siswa mengalami berbagai gaya belajar, pembelajaran kristis dengan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi ke masa depan. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran reformatif maka perlu diadakan persiapan baik dari guru maupun siswa. Guru harus bersikap demokratis, selalu mengembangkan kemampuannya dan belajar terus. Harus ada perubahan paradigma guru dengan strategi seperti (a) guru berhak untuk mencari informasi dan mengembangkan diri dalam jam kerjanya baik secara individual maupun kelompok (diskusi) misalnya 4 jam/minggu, (b) guru berhak mengikuti pelatihan yang telah didesain dan ditetapkan oleh organisasi dan dimungkinkan pilihannya sendiri misalnya 100 jam/tahun, (c) guru berhak membuat karya tulis ilmiah dan dipublikasikan misalnya minimal 1 tulisan/semester, (d) guru berhak membuat penelitian sederhana minimal 1 penelitian/tahun. Kondisi demikian tentunya membawa konsekuensi yang perlu direncanakan misalnya adanya wadah untuk menampung tulisan guru, adanya reward bagi guru yang sudah berusaha keras mengembangkan diri. Dalam pelaksanaan dapat dilakukan dengan program pembimbingan antarguru. Misalnya membuat karya tulis ilmiah, guru yang mampu dapat menjadi membimbing guru yang belum mampu sehingga guru yang mampu bertumbuh menjadi pembimbing sedangkan guru yang belum mampu mempelajari sesuatu dari temannya. Setiap terjadi pembimbingan maka nama pembimbing tercantum dalam karya tersebut. Program demikian dapat dinamakan“ tumbuh bersama”. <br />Kompetensi professional guru seharusnya meliputi akademis/pendidikan, penelitian/action research classroom, pengabdian masyarakat/pelayanan. Ketiga kompetensi itu akan membentuk guru secara utuh dalam profesinya yang kemudian dilengkapi dengan kompetensi personal dan social. Strategi pembelajaran pun akan menjadi suatu hal yang penting dalam peranannya untuk membentuk seseorang yang nantinya mampu bertahan dalam kehidupannya. Strategi pembelajaran dapat berdasarkan kepada learning how to know/learning how to think, learning how to learn, learning how to do, learning how to live together, learning how to be, learning how to have a mastery of local, learning how to understand the nature/God made (belajar mengetahui/belajar berpikir, belajar bagaimana belajar, belajar berbuat, belajar hidup bersama, belajar menjadi diri sendiri, belajar menyesuaikan diri dengan kebutuhan lokal, belajar memahami lingkungan sekitar. <br />Ahli manajemen Jepang, Konsosuke Matsuhita, mengemukakan bahwa sebelum belajar melakukan sesuatu, harus kita pelajari dulu bagaimana seharusnya kita berperilaku sebagai manusia. Dari sana, dapatlah dikatakan bahwa “mengajarkan bagaimana sesuatu seharusnya dilakukan” adalah pendidikan dalam bentuknya yang paling rendah. Pendidikan seharusnya mengajari bagaimana caranya belajar dan bukan memberikan instruksi tentang suatu pelajaran tertentu. Apa yang harus dipelajari tidaklah benarbenar penting. Yang penting adalah bagaimana cara mempelajarinya.<br />Dengan demikian maka dapat mengakomodasi pergeseran fungsi pembelajaran dari terbatas pada tahapan pendidikan menjadi pembelajaran seumur hidup. Hal ini terjadi karena situasi dan kondisi yang terus bergulir begitu cepat sehingga seseorang perlu belajar seumur hidup.<br /><br />F. Pembiayaan Pendidikan<br />Berbagai biaya harus ditanggung oleh lembaga dalam peningkatan kualitas. Seharusnya biaya dialokasi kepada: (1) biaya pencegahan (2) biaya deteksi/penilaian, (3) biaya kegagalan internal, (4) biaya kegagalan eksternal. Biaya pencegahan merupakan biaya yang terjadi untuk pencegahan ketidak kesempurnaan program dalam perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan program. Biaya deteksi (penilaian) adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah program memenuhi syarat kualitas. Dalam hal ini berfungsi untuk mendeteksi adan menghindari kesalahan.<br />Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi karena ada ketidak sesuaian dengan persyaratan dan terdeteksi sebelum program dilaksanakan. Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena program/jasa gagal memenuhi syarat dan diketahui setelah program dilaksanakan. Biaya ini merupakan biaya yang paling membahayakan karena bila salah maka menyebabkan reputasi buruk, kehilangan pelanggan dan penurunan pangsa pasar. Aspek pembiayaan sangatlah menentukan kelangsungan dari suatu lembaga pendidikan.<br />Dalam merencanakan suatu pembiayaan pendidikan apalagi pendidikan merupakan salah satu bagian dari bisnis maka pengelolaan keuangan sangat menentukan dalam meraih keuntungan dan menjamin kelangsungan lembaga tersebut. Dalam kenyataannya tidak dapat dihindarkan lagi bahwa perlu biaya yang harus dikeluarkan untuk operasional, riset dan pengembangan, pembekalan, investasi masa depan, dsb. Sementara pemasukkan cenderung stabil. Lalu bagaimana untuk mengelola keuangan tersebut. Perlu dipikirkan “perimbangan biaya” pada setiap biaya yang dikeluarkan. Perimbangan biaya ini tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dimungkinkan. <br />Perimbangan biaya tersebut misalnya: (a) Lembaga telah mengeluarkan biaya untuk pembekalan sumber daya manusia agar mempelancar pelaksanaan operasional maka dapat dilakukan satu program untuk perimbangan biaya yang dapat dilakukan. Misalnya menyusun satu paket pelatihan untuk eksternal/orang luar yang dikemas secara professional memanfaatkan sumber daya manusia intern yang telah terlatih, dan menggunakan fasilitas yang sudah ada. Maka keuntungan ganda akan muncul, lembaga akan dikenal oleh masyarakat, sumber daya manusia intern dapat mengaktualisasi dirinya, memanfaatkan fasilitas semaksimal mungkin dan lembaga mendapat keuntungan nominal dari program tsb. (b) Lembaga menyiapkan fasilitas gedung dengan ruangan (aula) yang memadai untuk memperlancar opersional. Setelah tidak ada kegiatan sekolah maka aula, ruang lab dsb menjadi ruangan kosong. Pada kondisi ini dapat perimbangan biaya yang dapat dilakukan, misalnya dengan menyewakan ruangan tersebut untuk masyarakat sekitar, yang tentunya dalam pelaksanaan perlu aturan main yang tidak membahayakan atau merugikan lembaga. Ruang/lab komputer dapat dimanfaatkan dan dikelola untuk pelatihan/ruang kursus. Ruang laboratorium beserta peralatan dapat dikelola (seperti perpustakaan umum) untuk kegiatan penelitian. Namun ada satu syarat bila dikelola secara professional sehingga tidak menggangu pelaksanaan kegiatan sekolah. (c) Pembuatan buku yang didesain oleh lembaga dengan melibatkan guru yang ada. Kondisi ini menguntungkan karena sekolah sudah mempunyai pasar sendiri sehingga tidak takut lagi buku tersebut tidak akan laku. Sementara di sisi lain dapat terciptanya wadah untuk menyalurkan bakat guru sebagai penulis. (d) Lembaga menciptakan perusahaan kecil sebagai pendampingan misalnya percetakkan buku, took alat tulis, catering yang dikelola secara professional dan melibatkan kewenangan organisasi dalam networking pelaksanaan. Misalnya ada makan siang yang dikelola oleh lembaga, berarti keuntungan bisa masuk ke lembaga lagi. (f) Pendidikan saat ini sebagai suatu industri SDM maka sudah tidak tabu lagi bila pembiayaan menggunakan sponsor-sponsor sepanjang tidak bertentangan dengan dunia pendidikan.<br /><br />G. Marketing Pendidikan<br />Lembaga pendidikan selalu menginginkan sekolahnya dicari oleh masyarakat. Di sisi lain masyarakat membutuhkan informasi tentang sekolah mana yang memenuhi standar mutu sesuai yang diharapkan. Hal ini dibutuhkan oleh masyarakat dalam rangka mereka memilih sekolah untuk putra putrinya. Oleh karena itu marketing pendidikan sebagai bidang yang harus digarap secara serius dan menjadi lahan yang diperhitungkan. Dalam penggarapan marketing pendidikan diperlukan:<br />1. Input:<br />a. riset pasar terutama mengenai data customer, meliputi siapa yang menjadi sasaran program, apa kebutuhan mereka, bagaimana pandangan mereka tentang pendidikan, bagaimana kemampuan mereka dalam hal biaya/keuangan masyarakat, trend pendidikan seperti apa yang muncul di kalangan mereka, jenjang sekolah mana yang menjadi incaran customer, siapa pemakai program, harapan apa yang diinginan dari program.<br />b. data mengenai pesaing, meliputi siapa yang perlu diperhitungkan menjadi pesaing, apa keunggulan para pesaing tersebut, apa yang dicari oleh customer terhadap pesaing, hal apa saja yang menjadi kelebihan pesaing dan menjadi titik lemah lembaga.<br />2. Output:<br />a. product system, program apa saja yang akan di pasarkan<br />b. place system, tempat yang menjadi pasar harus di ketahui<br />c. promotion sistem, bagaimana mempromosikan program, apa keunggulan program<br />d. price sistem, harga sebaiknya sangat fruetuatif dan dinamis<br />3. Accounting information<br />Bagian marketing pendidikan berperan dalam menyakinkan masyarakat untuk memberikan kepercayaan dalam mendidik putra-putrinya. Bagian marketing pendidikan akan lebih baik jika didampingi dengan “bagian technical care education”. Bagian ini berbeda dengan marketing. Bagian ini berfungsi untuk membina hubungan baik dengan masyarakat ketika mereka mulai peduli dengan pendidikan. Bagian ini menampung berbagai tanggapan masyarakat. Hal ini penting jika terjadi pandangan negatif, atau ketidakpuasan pelanggan terhadap lembaga/sekolah maka dapat diadakan pendekatan terlebih dahulu, dengan maksud supaya tidak terjadi pelebaran masalah yang dapat mengakibatkan kerugian bagi lembaga, sehingga komplain dapat diminimalisir.<br /><br />III. Penutup<br />Pembenahan secara total dengan tujuan peningkatan mutu wajib dilakukan oleh lembaga pendidikan. Pembenahan secara total meliputi segala aspek. Jika ini dilakukan maka akan membentuk sebuah jaringan yang kuat yang secara serentak melaju mencapai tujuan/sasaran. Dengan demikian maka sebuah lembaga pendidikan akan tetap eksis dan terus berkembang dalam kancah persiangan global. Kepekaan melihat kondisi yang bergulir dan peluang masa depan menjadi modal utama untuk mengadakan perubahan paradigma dalam manajemen pendidikan. Modal ini akan dapat menjadi pijakan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan. <br />Pada titik inilah diperlukan berbagai komitmen untuk perbaikan kualitas. Manakala tahu melihat peluang, dan peluang itu dijadikan modal, kemudian modal menjadi pijakan untuk mengembangkan pendidikan yang disertai komitmen yang tinggi, maka secara otomatis akan terjadi sebuah efek domino (positif) dalam pengelolaan organisasi, strategi, SDM, pendidikan dan pengajaran, biaya, marketing pendidikan seperti yang sudah diuraikan di atas.<br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-67160511949234764322011-04-30T02:33:00.000-07:002011-04-30T02:40:40.208-07:00TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)<br /><br />A. Pengertian TQM<br />Pada dasarnya Manajemen Kualitas (Quality Management) atau Manajemen Kualitas Terpadu (Total Quality Management = TQM) didefinisikan sebagai suatu cara meningkatkan performansi secara terus-menerus (continuous performance improvement) pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap era fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia.<br />ISO 8402 (Quality Vocabulary) mendefinisikan Manajemen Kualitas sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan-tujuan dan tanggung jawab, serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti:<span class="fullpost"><br />• Perencanaan kualitas (quality planning)<br /> Adalah penetapan dan pengembangan tujuan dan kebutuhan untuk kualitas serta penerapan sistem kualitas.<br />• Pengendalian kualitas (quality control)<br /> Adalah teknik-teknik dan aktivitas operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas.<br />• Jaminan kualitas (quality assurance)<br /> Adalah semua tindakan terencana dan sistematik yang diimplementasikan dan didemonstrasikan guna memberikan kepercayaan yang cukup bahwa produk akan memuaskan kebutuhan untuk kualitas tertentu.<br />• Peningkatan kualitas (quality improvement)<br /> Adalah tindakan-tindakan yang diambil guna meningkatkan nilai produk untuk pelanggan melalui peningkatan efektivitas dan efisiensi dari proses dan aktivitas melalui struktur organisasi.<br /> Tanggung jawab untuk manajemen kualitas ada pada semua level dari manajemen, tetapi harus dikendalikan oleh manajemen puncak (top management) dan implementasinya harus melibatkan semua anggota organisasi.<br />Meskipun Manajemen Kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai versi, namun pada dasarnya Manajemen Kualitas berfokus pada perbaikan terus-menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Dengan demikian Manajemen Kualitas berorientasi pada proses yang mengintegrasikan semua sumber daya manusia, pemasok-pemasok (supplier), dan para pelanggan (customers), di lingkungan perusahaan (coporate environment). Hal ini berarti bahwa Manajemen Kualitas merupakan kemampuan atau kapabilitas yang melekat dalam sumber daya manusia serta merupakan proses yang dapat dikontrol dan bukan suatu kebetulan belaka.<br />B. Pemahaman TQM<br />1. Konsep TQM<br />Pada dasarnya Total Qualily Management (TQM) merupakan suatu pendekatan pengendalian mutu melalui penumbuhan partisipasi karyawan. TQM merupakan mekanisme formal dan dilembagakan yang bertujuan untuk mencari pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan pada partisipasi dan kreativitas di antara karyawan. Setiap gugus juga bertindak sebagai mekanisme pemantau yang membantu organisasi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dalam memantau kesempatan. Bersifat proaktif, tidak menunggu bergerak kalau persoalan timbul dan tidak menghentikan kegiatannya kalau suatu persoalan telah ditemukan dan dipecahkan. Artinya TQM harus bekerja terus-menerus dan tidak tergantung pada proses produksi.<br />TQM ini merupakan salah satu pendekatan yang ditempuh dalam rangka menumbuhkan pengendalian mutu terpadu atau Total Quality Management (TQM). Total Quality Management (TQM) adalah satu himpunan prinsip-prinsip, alat-alat, dan prosedur-prosedur yang memberikan tuntunan dalam praktik penyelenggaraan organisasi. TQM melibatkan seluruh anggota organisasi dalam mengendalikan dan secara kontinu meningkatkan bagaimana kerja harus dilakukan dalam upaya mencapai harapan pengguna atau pelanggan (customer) mengenai mutu atau mutu produk atau jasa yang dihasilkan organisasi. Dalam penerapannya, TQM menuntut pemberlakuan di seluruh organisasi, baik vertikal maupun horizontal. Karakteristik khusus TQM antara lain adalah:<br />a. partisipasi aktif dari semua pihak, baik pimpinan maupun karyawan;<br />b. berorientasi pada mutu berdasarkan kepuasan pengguna;<br />c. dinamika manajemen, top down dan bottom up;<br />d. menanamkan budaya'team work' dengan baik;<br />e. menanamkan budaya pr oblem solving melalui konsep 'PDCA (Plan -Do - Check - Actron) approach dengan baik;<br />f. perbaikan berkelanjutan sebagai proses pemecahan masalah dalam TQM.<br />Salah satu hal yang menonjol dalam TQM adalah perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Perbaikan berkelanjutan didasarkan pada dua ide pokok, perbaikan sistematik dan perbaikan iteraktif. Dalam perbaikan sistematik, perbaikan-perbaikan dijabarkan dari penggunaan alat dan pendekatan ilmiah dan suatu struktur untuk upaya tim atau individu. pendekatan ilmiah mempertimbangkan berbagai kemungkinan solusi, dan memilih tidak hanya yang paling menonjol, tetapi yang terbaik, yang teridentifikasikan secara faktual.Shoji Shiba memodifikasi model W dari Kawakita menjadi model WV untuk penerapannya pada TQM.<br />TQM adalah suatu sistem dalam manajemen usaha yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, produltivitas dan mufu produksi, dalam rangka meningkatkan daya-saing produk yang dihasilkan. Sistem ini dilaksanakan melalui pemasyarakatan cara pandang, cara analisis dan diagnosis dan solusi sesuatu masalah (inefisiensi, produktivitas rendah dan rendahnya mutu pekerjaan/produk) di lingkungan kerja seluruh jajaran sDM perusahaan, sehingga dapat membentuk kebiasaan (habit) yang diterapkan dalam etos kerja dan budaya produksi kompetitif.<br />2. Ciri-Ciri Umum TQM<br />Secara lebih terperinci, ciri-ciri umum atau karaliiteristik TQM dikemukakan Crocker,dkk (2004) sebagai berikut.<br />a. TQM mempunyai tujuan untuk meningkatkan komunikasi, terutama antara karyawan lini dengan manajemen serta mencari dan memecahkan persoalan.<br />b. Organisasinya terdiri dari satu orang kepala dengan beberapa orang anggota yang berasal dari satu bidang pekerjaan. TQM juga memiliki seorang koordinator dan satu atau lebih fasilitator yang bekerja erat dengan gugus. Fasilitator mempersiapkan program latihan, memberikan latihan dan bimbingan yang terus-menerus bagi para kepala gugus dan atas permintaan memberikan latihan bagi anggota tim.<br />c. Partisipasi anggota dalam gugus bersifat sukarela, sedangkan partisipasi kepala mungkin sukarela, mungkin tidak.<br />d. Di dalam ruang lingkup persoalan yang dianalisis oleh gugus, tidak bisa memilih sendiri persoalan yang akan dibahasnya; persoalan itu bukan berasal dari bidangnya sendiri dan persoalannya tidak terbatas pada mutu, tetapi mencakup produktivitas, biaya keselamatan kerja, moral dan lingkungan serta bidang lainnya.<br />e. Latihan formal dalam hal teknik pemecahan persoalan biasanya merupakan bagian dipertemuan gugus.<br />C. Keuntungan Menerapkan TQM<br />Pengendalian Mutu Terpadu (TQM) merupakan suatu sistem manajemen yang melibatkan semua unsur kepegawaian di lingkungan suatu perusahaan, baik sektor barang atau good product maupun sektor jasa atau services. Tujuan dari penerapan sistem TQM adalah untuk meningkatkan mutu, efisiensi dan efektivitas produksi, baik di lingkungan industri maupun institusi lainnya.<br />Sistem TQM merupakan dasar manajemen dalam penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 series tahun 1994 dan ISO 900I versi tahun 2000 serta dasar untuk penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 tahun 1996. Manajemen Lingkungan ISO 14001 lebih mudah dan lebih cepat dalam proses penyiapan dokumentasinya dan sertifikasinya, apabila dibandingkan dengan perusahaan yang tidak pernah menerapkan sistem TQM, sehingga hal ini merupakan suatu keuntungan yang positif karena terjadi penghematan biaya untuk kegiatan konsultasi dan penulisan dokumentasi. <br />Prinsip daripada Pengendalian Mutu Terpadu TQM adalah bahwa sistem manajemen TQM melibatkan semua elemen karyawan mulai dari top pimpinan atau "Top Management" sampai dengan pelaksana teknis/operator "button up management." Sistem TQM harus dimengerti, dipahami dan diterapkan secara sinergis, efesien dan efektif dalam semua aktivitas di lingkungan perusahaan demi tercapainya tujuan, sasaran dan target produktivitas sesuai dengan kebijakan pimpinan puncak.<br />Beberapa prinsip dalam penerapan sistem TQM adalah sebagai berikut:<br />l. Merupakan komitmen pimpinan puncak (Top Management).<br />2. Pengertian dari "total" yaitu terpadu yang berarti manajemen yang diterapkan melibatkan seluruh aparat di lingkungan perusahaan.<br />3. Apabila terjadi kekurangan atau kelemahan baik secara sengaja atau tidak sengaja yang sangat berdampak pada menurunnya efesiensi dan efektivitas produksi, secara serius hal ini harus dicermati dan ditangani secara tuntas serta segera dicari titik permasalahannya dan dilakukan tindakan perbaikan (continues improvement) yang berkelanjutan, misalnya meningkatkan kelompok diskusi tingkat supervisor untuk membahas dan menyelesaikan data/statistik pada sore hari (statistical activities ond monitoring), pemecahan masalah yang diperoleh (solving problems), pendidikan dan pelatihan teknis langsung kepada staf yang berkepentingan menangani permasalahan di lapangan (training and education) .<br />4. Ditetapkannya aturan-aturan kesepakatan yang dijadikan sebagai kebijakan tertulis dan merupakan alat atau "tools" dalam operasional sistem TQM. <br />Memperhatikan keempat prinsip dasar sistem TQM tersebut dapatlah disimpulkan bahwa sistem TQM sangatlah bermanfaat, tepat dan positif untuk diterapkan di lingkungan sekolah, selain itu juga bermanfaat bagi sistem kepemimpinan (managerial) pada kondisi saat ini.<br /><br />D. Apakah Sekolah Membutuhkan TQM<br />Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu sekolah oleh para pembuat kebijakan di luar profesi kependidikan dan memfokuskan pada hasil akademis dengan cara meningkatkan atau mengurangi persyaratan sekolah yang tidak perlu. Setiap usaha penyelesaian masalah didasarkan pada usaha mencoba tiap potongan teka-teki dalam satu waktu, dengan metode kecil atau beberapa prinsip untuk memandu usaha peningkatan. Ini merupakan pemecahan masalah dengan menggunakan metode deduktif, menggunakan informasi yang telah diketahui untuk mendapatkan solusi. Pemecahan masalah seperti ini bergantung pada pengalaman masa lalu, beberapa hal yang dapat diperoleh dari sistem yang berlaku di sekolah, selain karena adanya kesempatan.<br />Saat ini pendidikan di negara-negara maju banyak memiliki tenaga ahli sehingga lebih memahami pentingnya pendidikan bermutu, seperti Mutu Total (TQ) mengemukakan bahwa banyaknya keunggulan dalan berbagai hal. Mutu Total (TQ) mengajarkan pola-pola berpikir yang efektif, dan disertai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan di mana orang-orang bisa bekerja sama. Dan yang terpenting adalah Mutu Total (TQ) berusaha dengan keras untuk mengajak manusia berpikir untuk diri mereka sendiri, untuk belajar dengan konstan serta berlatih untuk ujian sendiri. Mutu Total (TQ) menawarkan sesuatu, yaitu: "mutu dapat memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan oleh para pelanggan".<br />Mengapa banyak organisasi turut serta dalam Mutu Total (TQ)? Karena usaha-usaha dalam dekade berikutnya membutuhkan suatu sistem yang dapat melakukan lebih dari sekadar mengatasi masalah sistemik pendidikan, tetapi juga melakukan regulasi, deregulasi dan membangun contoh-contoh dengan harapan dapat tercapainya peningkatan. Intisari dari gerakan mutu terletak pada pencariannya yang berlangsung terus-menerus untuk men dapatkan informasi guna meningkatkan proses produk dan pelayanan. Dengan Mutu Total (TQ), organisasi mampu membangkitkan diri sendiri untuk meningkatkan sikap dengan mempelajari dan menggunakan pengetahuan baru.<br />1. Identifikasi Alasan Utama Untuk Menerapkan TQM<br />Sekolah harus mampu menjadi organisasi percontohan dan harus mengukur apa-apa yang dapat berfungsi dengan baik dan apa-apa yang tidak berfungsidengan baik dalam pendidikan sehingga kita akan mendapatkan suatu sistem sekolah yang berfungsi dengan baik.<br /><br />Pertama, para pendidik harus bertanggung jawab terhadap bisnis mereka karena para pendidik merupakan faktor utama bagi peningkatan sekolah. Asosiasi pendidikan hendaknya memerhatikan dan mempelajari saran-saran yang menyatakan bahwa beberapa inovasi atau perubahan pendidikan yang distimulasi dari pendidikan luar akan terjadi tanpa komitmen sebagai pendidik.<br /><br />Kedua, pendidikan membutuhkan proses pemecahan masalah yang peka dan focus pada identifikasi dan penyelesian penyebab utama yang menimbulkan masalah tersebut. Semua akar masalah dalam pendidikan bersifat sistemik, yaitu mereka berasal dari akar masalah yang berada dalam kqmunitas sekolah dan berimplikasi pada kegiatan belajar mengajar.<br /><br />Ketiga, organisasi sekolah harus menjadi model organisasi belajar semua organisasi. Sekolah tingkat dasar, menengah dan atas dibayang-bayangi oleh organisasi induk dan lembaga pelatihan, kelompok konsultan, pengajar swasta, pengalaman bekerja dan program-program yang telah menggantikan sekolah negeri. Para guru dan petugas administrasi yang sama efektifnya dengan para profesional di bidangnya; mereka adalah orang-orang yang belajar terus-menerus.<br /><br />Keempat, sangat mungkin bahwa melalui integrasi Mutu Total (TQ) di sekolah-sekolah orang-orang dapat menemukan mengapa sistem pendidikan yang ada saat ini tidak berja dengan baik.<br /><br />Reformasi pendidikan telah dilaksanakan secara terus-menerus oleh mereka yang pengalamannya di dalam dunia pendidikan belum dapat dikatakan sebagai seorang profesional.<br /><br />2. Mengapa Mutu Total Bisa Gagal<br />Mereka tidak sabar belajar untuk menanam Mutu Total GQ) ke dalam organisasinya karena mereka berharap bahwa dengan menanam bibit hari ini, maka besok akan segera berbuah. Organisasi yang telah mencoba Mutu Total (TQ) dan gagal sepertinya akan menemukan kesalahan mereka di antara sepuluh tanda tersebut. Berikut ini adalah sepuluh ciri-ciri tersebut:<br />a. Mutu adalah sebuah proses yang lama dari sebuah perusahaan Sebuah proses yang terkait erat dengan pelanggan dan bersifat sistemik serta harus diterapkan secara total dan tegas ke dalam seluruh perusahaan dan terpadu dengan para pemasok.<br />b. Mutu adalah apa yang dikatakan oleh pelanggan. JIka ingin mengetahui tentang mutu, tanyalah kepada Pelanggan.<br />c. Mutu dan biaya bukanlah suatu selisih melainkan suatu iumlah. Kedua hal tersebut bukanlah musuh melainkan mitra, dan cara terbaik untuk menghasilkan produk dan menawarkan pelayanan dengan lebih cepat dan lebih murah adalah dengan membuat kedua hal tersebut menjadi lebih baik.<br />d. Mutu membutuhkan kerja sama tim maupun individu. Mutu merupakan pekerjaan setiap orang, tetapi juga bisa menjadi bukan pekerjaan siapa-siapa tanpa infrastruktur yang jelas yang mendukung, baik mutu kerja individu-individu maupun mutu kerja tim antar departemen.<br />e. Mutu adalah suatu cara mengelola. Dahulu pengelolaan yang baik biasa diasumsikan dengan mencari ide-ide yang sesuai dengan apa yang ada di dalam kepala atasan untuk dikerjakan oleh para pekerja. Sekarang kita mengetahui lebih baik tentang arti pengelolaan yang baik, yaitu kepemimpinan pribadi dalam memberdayakan mutu pengetahuan, keahlian, dan sikap-sikap setiap orang di dalam suatu organisasi untuk mengetahui bahwa menciptakan mutu yang baik adalah sama dengan menciptakan segala sesuatu di dalam perusahaan menjadi baik.<br />f. Mutu dan inovasi saling terkait satu sama lain. Kunci keberhasilan peluncuran produksi baru adalah menciptakan mutu sebagai kunci pengembangan produk baru (atau jasa) sejak awal. Pelanggan tidak dapat secara serius mengatakan kepada Anda apa yang suka dan tidak dia suka sampai dia melihat atau menggunakan produkAnda.<br />g. Mutu merupakan suaht etika. Pencapaian keunggulan, pengenalan lebih dalam bahwa apa yang Anda lakukan adalah benar merupakan pendorong emosional manusia yang paling kuat di dalam organisasi apa saja dan ia merupakan penggerak dasar kepemimpinan sejati yang bermutu. program-program bermutu yang hanya didasarkan pada grafik dan peta tidaklah cukup.<br />h. Mutu membutuhkan peningkotanyang berkesinambungan. Mutu adalah suatu geral yang konstan untuk mencapai target. peningkatan yang berkesinambungan merupakan komponen program bermutu yang integral dan searah, bukan aktivitas yang terpilih dan hanya bisa dicapai melalui pertolongan, partisipasi, dan campur tangan dari semua orang, baik pria maupun wanita yang ada di dalam suatu perusahaan, dan juga termasuk para pemasok.<br />i. Mutu merupakan rute yang paling intensif dengan modal yang sedikit dan biayanya efektif untuk mencapai produktivitas. Perusahaan-perusahaan telah mengejutkan per saingan mereka dengan mengganti konsep produktivitas mereka dari LEBIH menjadi LEBIH BAIK.<br />j. Mutu diterapkan bersama dengan sebuah sisfem total yang terhubung dengan pelagan dan pemasok. Hal ini merupakan pencipta kepemimpinan bermutu yang nyata dalam sebuah perusahaan, penerapan metodologi sistematis sekuat tenaga yang memungkinkan sebuah perusahaan untuk mengelola mufunya daripada hanya memerlukan hal itu terjadi.<br /><br />3. Manfaat dan Keistemewaan Mutu Total bagi Organisasi Sekolah<br />a. Manfaat Mutu Total (TQ)<br />1. Sekolah membutuhkan persatuan yang meningkat antar dewan sekolah, staf sekolah, kantor pusat, orang fua, murid dan masyarakat melalui partisipasi dan perhatian terhadap prioritas-prioritas yang sama.<br />2. Segmen populasi dalam komunitas sekolah harus lebih terbuka untuk berubah.<br />3. Komunitas sekolah perlu menciptakan personel tertentu yang bertanggungjawab atas keputusan yang dibuat.<br />4. Kebutuhan yang meluas dalam komunitas sekolah mengangkat pemikiran yang bersifat membangun dan mendorong partisipasi dan kepemilikan.<br />5. Kebutuhan untuk mengurangi biaya di dalam organisasi sekolah.<br />6. Di dalam organisasi sekolah kebutuhan untuk mengenali latihan bermutu yang saat ini sedang berlangsung dan mempublikasikannya untuk mendukung komunitas.<br />7. Organisasi sekolah perlu mempromosikan sikap yang lebih baik antar organisasi sekolah.<br />8. Organisasi sekolah perlu mencari informasi-informasi baru secara konstan guna meningkatkan lingkungannya.<br />9. Mereka yang berada di dalam komunitas sekolah perlu ikut serta dengan sepenuh hati untuk melayani satu sama lain untuk fujuan pencapaian misi komunitas sekolah.<br />l0. Organisasi sekolah Anda mempunyai ketentuan yang jelas mengenai misi,tujuan, dan prinsip-prinsip pemandu untuk peningkatan pendidikan.<br /><br />b. Keistemewaan Mutu Total (TQ)<br /><br />1. Organisasi sekolah mendorong setiap orang di dalam sistem untuk memberikan kontribusi guna meningkatkan mutu lingkungan sekolah.<br />2. Organisasi sekolah mengembangkan pemecahan masalah yang efektif, metode pembuatan keputusan yang berguna di semua tingkatan komunitas sekolah.<br />3. Organisasi sekolah mengontrol pendidikan dan peningkatan melalui perencanaan peningkatan mutu yang strategis.<br />4. Organisasi sekolah memfokuskan diri pada pengukuran proses untuk mengidentifikasi masalah, untuk mengembangkan keikutsertaan pemilik, dan menyusun tujuan yang realistis.<br />5. Organisasi sekolah kembali mengajak staf dan komunitas agar komitmen satu sama lain.<br />6. Organisasi sekolah menekankan kembali mengenai harga, nilai, martabat dan potensi setiap individu.<br />7. Organisasi sekolah mensahkan kembali kepemimpinan pendidikannya di dalam komunitas melalui usaha yang signifikan (menonjol) terhadap peningkatan sekolah.<br />8. Staf dan komunitas yang berarti dalam pelayanan dibutuhkan.<br />9. Organisasi sekolah memihak terminologi bisnis dan berbicara dalam bahasa yang bermutu.<br />l0. Organisasi sekolah meningkatkan semangatnya, rasa persatuan, dan sikap secara umum terhadap nilai yang dimilikinya.<br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-24650815704237288142011-04-27T04:07:00.000-07:002011-04-27T04:59:23.426-07:00Renungan<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_0">Renungan</span> 1: <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1">Shalat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_3">Shabar</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_4">Jadikanlah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_5">sabar</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_6">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_7">shalat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_8">sebagai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_9">penolongmu</span>. Dan <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_10">sesungguhnya</span> yang<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_11">demikian</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_12">itu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_13">sungguh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_14">berat</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_15">kecuali</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_16">bagi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_17">orang</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_18">orang</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_19">khusyu</span>', (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_20">yaitu</span>)<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_21">orang</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_22">orang</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_23">meyakini</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_24">bahwa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_25">mereka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_26">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_27">menemui</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_28">Tuhannya</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_29">dan</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_30">bahwa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_31">mereka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_32">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_33">kembali</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_34">kepada</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_35">Nya</span>. (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_36">QS</span> Al <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_37">Baqarah</span>:45-46)<span class="fullpost"><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_38">Kita</span> sering <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_39">kali</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_40">mencari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_41">pertolongan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_42">ke</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_43">sana</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_44">ke</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_45">mari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_46">saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_47">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_48">ditimpa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_49">masalah</span>,<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_50">namun</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_51">kita</span> (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_52">mungkin</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_53">hanya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_54">saya</span>), <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_55">malah</span> sering <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_56">lupa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_57">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_58">meminta</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_59">pertolongan</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_60">kepada</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_61">SWT</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_62">melalui</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_63">shalat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_64">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_65">shabar</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_66">Shalat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_67">adalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_68">bukti</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_69">ketundukan</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_70">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_71">kepada</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_72">SWT</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_73">shalat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_74">adalah</span> do’a, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_75">shalat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_76">adalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_77">ibadah</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_78">bukan</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_79">hanya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_80">memuji</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_81">SWT</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_82">tetapi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_83">juga</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_84">berisi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_85">permintaan</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_86">permintaan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_87">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_88">kepada</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_89">Allh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_90">SWT</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_91">Alangkah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_92">indahnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_93">dalam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_94">sujud</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_95">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_96">ruku</span>’ <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_97">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_98">mensucikan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_99">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_100">memuji</span> Allah<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_101">sebagai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_102">simbol</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_103">ketundukan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_104">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_105">ketaatan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_106">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_107">kepada</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_108">SWT</span>. Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_109">Maha</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_110">Pengasih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_111">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_112">Maha</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_113">Penyayang</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_114">jangankan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_115">kepada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_116">makhluq</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_117">Nya</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_118">tunduk</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_119">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_120">taat</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_121">bahkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_122">kepada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_123">orang</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_124">orang</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_125">membangkang</span> pun <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_126">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_127">segala</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_128">kesombongannya</span>, Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_129">masih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_130">tetapi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_131">memberikan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_132">nikmat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_133">tiada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_134">tara</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_135">Mungkin</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_136">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_137">perlu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_138">membenahi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_139">shalat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_140">kita</span>, agar <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_141">sesuai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_142">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_143">syariat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_144">dan</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_145">menjalankannya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_146">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_147">penuh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_148">kekhusyuan</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_149">Kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_150">seharusnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_151">malu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_152">jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_153">masih</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_154">setengah</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_155">setengah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_156">menjalankan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_157">shalat</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_158">mengabaikannya</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_159">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_160">peduli</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_161">apakah</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_162">shalat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_163">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_164">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_165">benar</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_166">atau</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_167">tidak</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_168">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_169">shalat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_170">hanya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_171">penggugur</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_172">kewajiban</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_173">Sudahkah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_174">shalat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_175">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_176">sesuai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_177">syariat</span>?<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_178">Sudahkah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_179">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_180">yakin</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_181">bahwa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_182">shalat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_183">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_184">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_185">sesuai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_186">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_187">syariat</span>? <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_188">Marilah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_189">kita</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_190">bertanya</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_191">apakah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_192">takbiratul</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_193">ihram</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_194">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_195">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_196">benar</span>? <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_197">Jika</span> ya, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_198">tahukah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_199">Anda</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_200">ayat</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_201">atau</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_202">hadits</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_203">membuktikan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_204">bahwa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_205">takbiratur</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_206">ihram</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_207">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_208">itu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_209">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_210">benar</span>? <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_211">Jika</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_212">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_213">masih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_214">ragu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_215">atau</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_216">masih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_217">belum</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_218">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_219">menjawab</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_220">pertanyaan</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_221">pertanyaan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_222">ini</span>,<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_223">berarti</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_224">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_225">masih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_226">perlu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_227">belajar</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_228">masih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_229">perlu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_230">membuka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_231">buku</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_232">buku</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_233">fiqh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_234">dari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_235">ulama</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_236">terpercaya</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_237">Inspirasi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_238">buat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_239">saya</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_240">meski</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_241">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_242">seperempat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_243">abad</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_244">saya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_245">shalat</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_246">saya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_247">harus</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_248">tetap</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_249">mempelajari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_250">bagaimana</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_251">cara</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_252">shalat</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_253">benar</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_254">Saya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_255">harus</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_256">membaca</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_257">buku</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_258">dan</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_259">bertanya</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_260">bagaimana</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_261">shalat</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_262">benar</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_263">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_264">mengetahui</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_265">dalil</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_266">dalil</span> yang<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_267">membuktikan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_268">kebenaran</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_269">tersebut</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_270">Sudahkah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_271">shalat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_272">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_273">khusyu</span>’?<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_274">Bukan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_275">sembarang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_276">shalat</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_277">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_278">menjadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_279">penolong</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_280">kita</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_281">Dalam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_282">ayat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_283">tersebut</span>,<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_284">disebutkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_285">bahwa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_286">orang</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_287">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_288">menjadikan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_289">shabar</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_290">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_291">shalat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_292">sebagai</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_293">penolong</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_294">ialah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_295">mereka</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_296">khusyu</span>’. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_297">Tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_298">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_299">ukuran</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_300">baku</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_301">dalam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_302">shalat</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_303">khusyu</span>’, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_304">oleh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_305">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_306">itu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_307">kembali</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_308">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_309">meminta</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_310">kepada</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_311">SWT</span> agar<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_312">menjadikan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_313">shalat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_314">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_315">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_316">khusyu</span>’.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_317">Shalat</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_318">khusyu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_319">adalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_320">shalat</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_321">dikerjakan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_322">dalam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_323">nuansa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_324">harap</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_325">cemas</span>,<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_326">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_327">cinta</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_328">serta</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_329">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_330">takbir</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_331">sempurna</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_332">lantunan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_333">ayat</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_334">tartil</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_335">ruku</span>’<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_336">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_337">tawadhu</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_338">sujud</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_339">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_340">diliputi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_341">kerendahan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_342">hati</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_343">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_344">keikhlasan</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_345">Tentu</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_346">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_347">lupa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_348">harus</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_349">sesuai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_350">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_351">syariat</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_352">Sebagai</span> tip agar <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_353">shalat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_354">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_355">lebih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_356">khusyu</span>’<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_357">ialah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_358">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_359">menganggap</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_360">bahwa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_361">shalat</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_362">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_363">lakukan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_364">adalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_365">shalat</span> yang<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_366">terakhir</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_367">seperti</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_368">disabdakan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_369">oleh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_370">Rasulullah</span> saw,<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_371">Jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_372">kamu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_373">berdiri</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_374">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_375">melaksanakan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_376">shalat</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_377">maka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_378">shalatlah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_379">sperti</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_380">shalatnya</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_381">orang</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_382">orang</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_383">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_384">berpisah</span> (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_385">meninggal</span>). (HR <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_386">Ibnu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_387">Majah</span>)<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_388">Subhanallah</span>. Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_389">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_390">menyediakan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_391">suatu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_392">solusi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_393">kepada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_394">kita</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_395">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_396">setiap</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_397">masalah</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_398">dihadapi</span>. Cara yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_399">lengkap</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_400">bukan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_401">hanya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_402">mengajarkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_403">apa</span> yang<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_404">harus</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_405">dilakukan</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_406">tetapi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_407">juga</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_408">bagaimana</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_409">melakukannya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_410">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_411">baik</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_412">benar</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_413">Masihkah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_414">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_415">takut</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_416">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_417">masalah</span>? <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_418">Masihkah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_419">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_420">menghindari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_421">masalah</span>?<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_422">Masihkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_423">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_424">frustasi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_425">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_426">masalah</span>? <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_427">Padahal</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_428">SWT</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_429">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_430">memberikan</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_431">solusi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_432">bagi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_433">kita</span>?<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_434">Jalani</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_435">hidup</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_436">Hadapi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_437">masalah</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_438">Jangan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_439">menjadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_440">pengecut</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_441">sehingga</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_442">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_443">tidak</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_444">berkarya</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_445">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_446">mencoba</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_447">berbuat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_448">sesuatu</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_449">besar</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_450">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_451">takut</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_452">masalah</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_453">menghadap</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_454">kita</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_455">Banyak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_456">pemuda</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_457">enggan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_458">menikah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_459">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_460">alasan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_461">belum</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_462">siap</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_463">padahal</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_464">solusi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_465">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_466">disiapkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_467">oleh</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_468">SWT</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_469">Banyak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_470">orang</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_471">tidak</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_472">mau</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_473">memikul</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_474">beban</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_475">dakwah</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_476">padahal</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_477">solusi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_478">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_479">disiapkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_480">oleh</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_481">SWT</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_482">Saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_483">Rasulullah</span> saw <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_484">dan</span> para <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_485">sahabat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_486">hijrah</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_487">mereka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_488">meninggalkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_489">kampung</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_490">halaman</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_491">meninggal</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_492">harta</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_493">benda</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_494">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_495">meninggalkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_496">keluarga</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_497">Mereka</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_498">mengambil</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_499">resiko</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_500">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_501">meraih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_502">sesuatu</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_503">lebih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_504">besar</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_505">Mereka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_506">tahu</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_507">masalah</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_508">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_509">saja</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_510">muncul</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_511">baik</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_512">saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_513">hijrah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_514">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_515">setelahnya</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_516">Tetapi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_517">mereka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_518">tetap</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_519">menjalaninya</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_520">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_521">mereka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_522">yakin</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_523">masalah</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_524">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_525">ditemui</span>, Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_526">SWT</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_527">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_528">menyiapkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_529">solusinya</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_530">Rasulullah</span> saw <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_531">selalu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_532">menjadikan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_533">shalat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_534">sebagai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_535">solusi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_536">berbagai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_537">masalah</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_538">seperti</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_539">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_540">baca</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_541">dalam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_542">berbagai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_543">riwayat</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_544">Hudzaifa</span> bin Al <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_545">Yaman</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_546">menceritakan</span>, “<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_547">Jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_548">Rasulullah</span> saw <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_549">ditimpa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_550">sebuah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_551">kesulitan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_552">beliau</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_553">bersegera</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_554">melaksanakan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_555">shalat</span>.” <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_556">Begitu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_557">juga</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_558">diriwayatkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_559">oleh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_560">Haritsah</span> bin <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_561">Madhrib</span>,<br />“<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_562">Aku</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_563">mendengar</span> Ali <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_564">ra</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_565">berkata</span>, ‘<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_566">Kamu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_567">melihat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_568">kami</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_569">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_570">segala</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_571">keadaan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_572">kami</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_573">pada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_574">malam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_575">perang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_576">Badar</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_577">kecuali</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_578">Rasulullah</span> saw, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_579">beliau</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_580">mengerjakan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_581">shalat</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_582">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_583">berdo</span>’a <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_584">hingga</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_585">datang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_586">waktu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_587">subuh</span>.’”<br />Sering <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_588">kali</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_589">saya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_590">mendengar</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_591">jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_592">seseorang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_593">sakit</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_594">dia</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_595">seolah</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_596">olah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_597">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_598">alasan</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_599">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_600">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_601">shalat</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_602">Padahal</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_603">justru</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_604">shalat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_605">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_606">mengobati</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_607">penyakit</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_608">seperti</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_609">apa</span><br />yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_610">diriwayatkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_611">oleh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_612">Abu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_613">Hurairah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_614">saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_615">dirinya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_616">sedang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_617">sakit</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_618">perut</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_619">Rasulullah</span><br />saw. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_620">bertanya</span>, “<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_621">Apa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_622">kamu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_623">sakit</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_624">perut</span>?” Ia <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_625">menjawab</span>. “<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_626">Benar</span>.” <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_627">Beliau</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_628">bersabda</span>,<br />“<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_629">Berdirilah</span> dam <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_630">kerjakan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_631">shalat</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_632">Sesungguhnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_633">dalam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_634">shalat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_635">itu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_636">terdapat</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_637">kesembuhan</span>.”<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_638">Allahuakbar</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_639">Marilah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_640">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_641">hadapi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_642">hidup</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_643">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_644">tegar</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_645">Biarkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_646">masalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_647">datang</span>,<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_648">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_649">usah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_650">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_651">hindari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_652">apa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_653">lagi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_654">lari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_655">dari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_656">masalah</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_657">Saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_658">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_659">lari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_660">dari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_661">masalah</span>,<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_662">sebenarnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_663">hanya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_664">menuju</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_665">ke</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_666">masalah</span> yang lain yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_667">mungkin</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_668">saja</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_669">lebih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_670">besar</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_671">dari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_672">masalah</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_673">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_674">hadapi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_675">saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_676">ini</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_677">Kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_678">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_679">memiliki</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_680">solusi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_681">dari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_682">setiap</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_683">masalah</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_684">muncul</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_685">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_686">disiapkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_687">oleh</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_688">SWT</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_689">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_690">kita</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_691">Marilah</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_692">jalani</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_693">hidup</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_694">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_695">lebih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_696">semangat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_697">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_698">optimis</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_699">Tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_700">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_701">alasan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_702">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_703">tidak</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_704">Saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_705">kesulitan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_706">menghimpit</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_707">bersabarlah</span>….<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_708">Saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_709">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_710">menghadapi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_711">masalah</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_712">Saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_713">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_714">memerlukan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_715">pertolongan</span>, yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_716">kita</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_717">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_718">lakukan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_719">selain</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_720">shalat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_721">adalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_722">bershabar</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_723">Memang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_724">ada</span> yang lain? <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_725">Usaha</span>!<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_726">Yah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_727">usaha</span>, yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_728">sebenarnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_729">usaha</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_730">adalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_731">bagian</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_732">dari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_733">shabar</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_734">Hanya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_735">saja</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_736">usaha</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_737">dalam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_738">rangka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_739">shabar</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_740">lebih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_741">bermakna</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_742">ketimbang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_743">hanya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_744">usaha</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_745">saja</span> yang<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_746">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_747">saja</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_748">membuat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_749">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_750">frustasi</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_751">Memang</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_752">makna</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_753">kesabaran</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_754">bukanlah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_755">kita</span> diam, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_756">pasrah</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_757">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_758">menyerah</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_759">Shabar</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_760">bersanding</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_761">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_762">usaha</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_763">bahkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_764">dalam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_765">berbagai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_766">ayat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_767">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_768">temukan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_769">shabar</span><br />sering <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_770">disandingkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_771">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_772">kata</span> jihad. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_773">Inilah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_774">maknanya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_775">buat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_776">kita</span>,<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_777">Usaha</span>/jihad + <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_778">shabar</span> = <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_779">pertolongan</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_780">SWT</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_781">Hai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_782">orang</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_783">orang</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_784">beriman</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_785">bersabarlah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_786">kamu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_787">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_788">kuatkanlah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_789">kesabaranmu</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_790">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_791">tetaplah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_792">bersiap</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_793">siaga</span> (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_794">di</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_795">perbatasan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_796">negerimu</span>) <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_797">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_798">bertakwalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_799">kepada</span><br />Allah, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_800">supaya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_801">kamu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_802">beruntung</span>. (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_803">QS</span>. Ali '<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_804">Imraan</span>: 200)<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_805">Jadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_806">janganlah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_807">cepat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_808">menyerah</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_809">Majulah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_810">terus</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_811">usahalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_812">terus</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_813">sebab</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_814">jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_815">kita</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_816">shabar</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_817">insya</span> Allah, Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_818">SWT</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_819">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_820">menolong</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_821">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_822">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_823">ini</span> yang<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_824">diperintahkan</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_825">Nya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_826">kepada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_827">kita</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_828">Kenapa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_829">harus</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_830">takut</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_831">jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_832">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_833">jaminan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_834">dari</span> Allah?<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_835">Kenapa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_836">harus</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_837">ragu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_838">jika</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_839">SWT</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_840">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_841">menolong</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_842">kita</span>? <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_843">Ini</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_844">bukan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_845">kata</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_846">saya</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_847">ini</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_848">ayat</span> Al <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_849">Quran</span>, yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_850">ditujukan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_851">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_852">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_853">semua</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_854">Dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_855">bershabar</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_856">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_857">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_858">menjadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_859">lebih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_860">semangat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_861">dalam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_862">menjalani</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_863">hidup</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_864">Bagaimana</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_865">tidak</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_866">pertolongan</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_867">SWT</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_868">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_869">di</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_870">depan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_871">mata</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_872">Tinggal</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_873">sejauh</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_874">mana</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_875">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_876">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_877">meraih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_878">pertolongan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_879">tersebut</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_880">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_881">kesabaran</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_882">kita</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_883">Renungan</span> 2: <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_884">Kesulitan</span><br />Karena <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_885">sesungguhnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_886">sesudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_887">kesulitan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_888">itu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_889">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_890">kemudahan</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_891">sesungguhnya</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_892">sesudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_893">kesulitan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_894">itu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_895">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_896">kemudahan</span>. (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_897">QS</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_898">Alam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_899">Nasyrah</span>:5-6).<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_900">Jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_901">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_902">membaca</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_903">ayat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_904">ini</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_905">mengapa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_906">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_907">harus</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_908">takut</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_909">Sebab</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_910">jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_911">saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_912">ini</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_913">kita</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_914">sedang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_915">sulit</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_916">maka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_917">esok</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_918">kemudahanlah</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_919">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_920">menghampiri</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_921">kita</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_922">Ayat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_923">ini</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_924">sungguh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_925">memberikan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_926">inspirasi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_927">bagi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_928">kita</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_929">sedang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_930">mengalami</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_931">kesulitan</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_932">ayat</span><br />yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_933">memberikan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_934">dorongan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_935">kepada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_936">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_937">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_938">tetap</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_939">bertahan</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_940">tetap</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_941">semangat</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_942">dalam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_943">menghadapi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_944">hidup</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_945">penuh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_946">kesulitan</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_947">Kemudahan</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_948">atau</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_949">pertolongan</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_950">SWT</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_951">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_952">datang</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_953">Tenanglah</span>! <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_954">Seperti</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_955">tenangnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_956">Nabi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_957">Musa</span> as. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_958">saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_959">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_960">tersusul</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_961">oleh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_962">pasukan</span> Fir’<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_963">aun</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_964">seperti</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_965">diceritakan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_966">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_967">indah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_968">dalam</span> Al <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_969">Quran</span>,<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_970">Maka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_971">Fir'aun</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_972">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_973">bala</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_974">tentaranya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_975">dapat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_976">menyusuli</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_977">mereka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_978">di</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_979">waktu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_980">matahari</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_981">terbit</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_982">Maka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_983">setelah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_984">kedua</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_985">golongan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_986">itu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_987">saling</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_988">melihat</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_989">berkatalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_990">pengikutpengikut</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_991">Musa</span>: "<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_992">Sesungguhnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_993">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_994">benar</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_995">benar</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_996">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_997">tersusul</span>". <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_998">Musa</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_999">menjawab</span>: "<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1000">Sekali</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1001">kali</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1002">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1003">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1004">tersusul</span>; <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1005">sesungguhnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1006">Tuhanku</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1007">besertaku</span>,<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1008">kelak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1009">Dia</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1010">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1011">memberi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1012">petunjuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1013">kepadaku</span>". (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1014">QS</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1015">Asy</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1016">Syu'araa</span>':60-62).<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1017">Jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1018">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1019">meneladani</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1020">Nabi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1021">Musa</span> as., <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1022">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1023">juga</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1024">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1025">mengatakan</span> “<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1026">sesungguhnya</span><br />Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1027">bersamaku</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1028">Dia</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1029">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1030">memberikan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1031">petunjuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1032">kepadaku</span>” <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1033">saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1034">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1035">ditimpa</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1036">masalah</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1037">seolah</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1038">olah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1039">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1040">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1041">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1042">hadapi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1043">atau</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1044">selesaikan</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1045">Jadi</span>,<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1046">janganlah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1047">bersedih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1048">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1049">janganlah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1050">berputus</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1051">asa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1052">saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1053">kesulitan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1054">menghimpit</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1055">kita</span>,<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1056">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1057">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1058">pertolongan</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1059">SWT</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1060">kemudahan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1061">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1062">datang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1063">kepada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1064">kita</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1065">Jangan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1066">pernah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1067">terhimpit</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1068">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1069">keadaan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1070">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1071">berubah</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1072">Seperti</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1073">sebuah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1074">lagu</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1075">dari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1076">mendiang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1077">Chrisye</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1078">Badai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1079">pasti</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1080">berlalu</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1081">Tunggulah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1082">kemudahan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1083">tersebut</span>,<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1084">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1085">dijamin</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1086">koq</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1087">oleh</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1088">dalam</span> Al <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1089">Quran</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1090">mustahil</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1091">salah</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1092">Tentu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1093">saja</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1094">sambil</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1095">mengharap</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1096">pertolongan</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1097">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1098">shabar</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1099">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1100">shalat</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1101">Hari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1102">esok</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1103">adalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1104">ghaib</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1105">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1106">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1107">tahu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1108">apa</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1109">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1110">terjadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1111">esok</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1112">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1113">saja</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1114">esoklah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1115">datangnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1116">kemudahan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1117">tersebut</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1118">Jadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1119">selalu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1120">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1121">harapan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1122">di</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1123">hari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1124">esok</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1125">Justru</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1126">jika</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1127">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1128">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1129">memiliki</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1130">harapan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1131">di</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1132">hari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1133">esok</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1134">artinya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1135">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1136">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1137">sok</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1138">mengetahui</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1139">apa</span><br />yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1140">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1141">terjadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1142">esok</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1143">hari</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1144">Kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1145">menganggap</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1146">esok</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1147">hari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1148">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1149">seperti</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1150">ini</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1151">saja</span>,<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1152">maka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1153">sama</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1154">artinya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1155">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1156">mendahului</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1157">ketentuan</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1158">SWT</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1159">Allahlah</span> yang<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1160">menentukan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1161">hari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1162">esok</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1163">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1164">seperti</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1165">apa</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1166">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1167">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1168">memang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1169">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1170">diberitahu</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1171">Bisa</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1172">saja</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1173">besok</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1174">hidup</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1175">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1176">lebih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1177">baik</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1178">Besok</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1179">selalu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1180">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1181">harapan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1182">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1183">kita</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1184">Begitu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1185">juga</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1186">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1187">rezeki</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1188">mungkin</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1189">saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1190">ini</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1191">begitu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1192">sulit</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1193">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1194">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1195">ada</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1196">kemudahan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1197">setelah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1198">ini</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1199">Jangan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1200">sampai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1201">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1202">menyerah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1203">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1204">cara</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1205">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1206">mau</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1207">mencari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1208">rezeki</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1209">lebih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1210">besar</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1211">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1212">takut</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1213">kehilangan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1214">rezeki</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1215">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1216">ada</span>.<br />Ada <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1217">juga</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1218">berharap</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1219">kepada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1220">orang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1221">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1222">cara</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1223">menjilat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1224">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1225">merendahkan</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1226">diri</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1227">dihadapan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1228">orang</span> lain.<br />Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1229">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1230">menyiapkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1231">rezeki</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1232">bagi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1233">kita</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1234">jadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1235">meskipun</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1236">saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1237">ini</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1238">serasa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1239">sulit</span>,<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1240">sebenarnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1241">sudah</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1242">siapkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1243">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1244">kita</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1245">Kemudahan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1246">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1247">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1248">dapatkan</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1249">setelah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1250">kesulitan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1251">ini</span>.<br />Dan <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1252">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1253">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1254">suatu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1255">binatang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1256">melata</span> pun <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1257">di</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1258">bumi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1259">melainkan</span> Allah-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1260">lah</span> yang<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1261">memberi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1262">rezkinya</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1263">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1264">Dia</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1265">mengetahui</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1266">tempat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1267">berdiam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1268">binatang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1269">itu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1270">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1271">tempat</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1272">penyimpanannya</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1273">Semuanya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1274">tertulis</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1275">dalam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1276">Kitab</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1277">nyata</span> (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1278">Lauh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1279">mahfuzh</span>).<br />(<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1280">QS</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1281">Huud</span>:6).<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1282">Hikmah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1283">Kesulitan</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1284">Daripada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1285">tenggelam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1286">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1287">kesedihan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1288">akibat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1289">kesulitan</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1290">mengapa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1291">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1292">tidak</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1293">berusaha</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1294">mengambil</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1295">hikmah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1296">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1297">cara</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1298">berprasangka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1299">baik</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1300">kepada</span> Allah<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1301">SWT</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1302">Mungkin</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1303">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1304">datangnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1305">kesulitan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1306">kepada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1307">kita</span>, agar <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1308">kita</span>:<br />1. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1309">memiliki</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1310">hati</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1311">lebih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1312">kuat</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1313">sebab</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1314">kesulitan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1315">menguatkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1316">hati</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1317">kita</span><br />2. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1318">sadar</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1319">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1320">segala</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1321">kekurangan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1322">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1323">kesalahan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1324">sehingga</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1325">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1326">bertaubat</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1327">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1328">dosa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1329">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1330">diampuni</span>.<br />3. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1331">bebas</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1332">dari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1333">rasa</span> ‘<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1334">ujub</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1335">kesulitan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1336">adalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1337">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1338">saja</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1339">sebagai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1340">teguran</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1341">karena</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1342">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1343">merasa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1344">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1345">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1346">merasa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1347">pintar</span>.<br />4. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1348">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1349">lalai</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1350">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1351">nyata</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1352">kesulitan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1353">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1354">dihadapan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1355">kita</span><br />5. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1356">lebih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1357">banyak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1358">mengingat</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1359">SWT</span><br />6. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1360">lebih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1361">bershabar</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1362">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1363">mungkin</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1364">saja</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1365">kesulitan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1366">ini</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1367">adalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1368">latihan</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1369">bershabar</span><br /><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1370">Renungan</span> 3: <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1371">Hasbunallah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1372">wa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1373">ni</span>’<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1374">mal</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1375">wakiil</span><br />(<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1376">Yaitu</span>) <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1377">orang</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1378">orang</span> (yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1379">mentaati</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1380">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1381">Rasul</span>) yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1382">kepada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1383">mereka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1384">ada</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1385">orang</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1386">orang</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1387">mengatakan</span>: "<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1388">Sesungguhnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1389">manusia</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1390">telah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1391">mengumpulkan</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1392">pasukan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1393">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1394">menyerang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1395">kamu</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1396">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1397">itu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1398">takutlah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1399">kepada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1400">mereka</span>", <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1401">maka</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1402">perkataan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1403">itu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1404">menambah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1405">keimanan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1406">mereka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1407">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1408">mereka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1409">menjawab</span>: "<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1410">Cukuplah</span><br />Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1411">menjadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1412">Penolong</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1413">kami</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1414">dan</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1415">adalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1416">sebaik</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1417">baik</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1418">Pelindung</span>". <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1419">Maka</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1420">mereka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1421">kembali</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1422">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1423">nikmat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1424">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1425">karunia</span> (yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1426">besar</span>) <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1427">dari</span> Allah, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1428">mereka</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1429">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1430">mendapat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1431">bencana</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1432">apa</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1433">apa</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1434">mereka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1435">mengikuti</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1436">keridhaan</span> Allah. Dan Allah<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1437">mempunyai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1438">karunia</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1439">besar</span>. (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1440">QS</span>. Ali “<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1441">Imran</span>:173-174)<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1442">Mengapa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1443">harus</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1444">cemas</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1445">mengapa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1446">harus</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1447">takut</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1448">mengapa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1449">harus</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1450">khawatir</span>?<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1451">Bukankah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1452">ada</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1453">SWT</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1454">menjadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1455">penolong</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1456">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1457">pelindung</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1458">kita</span>? <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1459">Seperti</span><br />yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1460">dilakukan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1461">oleh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1462">Rasulullah</span> saw <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1463">dan</span> para <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1464">sahabatnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1465">saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1466">perang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1467">Uhud</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1468">dimana</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1469">masukan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1470">kafir</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1471">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1472">bersiap</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1473">menyerang</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1474">perkataan</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1475">keluar</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1476">dari</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1477">mereka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1478">ialah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1479">hasbunallah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1480">wa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1481">ni</span>’<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1482">mal</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1483">wakiil</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1484">Kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1485">adalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1486">makhluq</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1487">lemah</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1488">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1489">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1490">memiliki</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1491">kekuatan</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1492">Kekuatan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1493">hanya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1494">milik</span><br />Allah Yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1495">Mahakuat</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1496">maka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1497">serahkanlah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1498">segara</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1499">urusan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1500">kepada</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1501">Nya</span>. Karena<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1502">siapa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1503">lagi</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1504">mampu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1505">menolong</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1506">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1507">menjadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1508">pelindung</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1509">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1510">segala</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1511">urusan</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1512">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1513">selain</span> Allah? <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1514">Insya</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1515">jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1516">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1517">bertawakal</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1518">ke</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1519">SWT</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1520">maka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1521">Dia</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1522">akan</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1523">menjadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1524">Penolong</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1525">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1526">Pelindung</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1527">kita</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1528">Setelah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1529">merenungi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1530">ayat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1531">ini</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1532">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1533">lagi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1534">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1535">perlu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1536">takut</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1537">Kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1538">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1539">melangkah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1540">di</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1541">muka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1542">bumi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1543">ini</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1544">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1545">langkah</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1546">berani</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1547">Bukan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1548">berani</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1549">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1550">rasa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1551">takabur</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1552">atau</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1553">sombong</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1554">tetapi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1555">berani</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1556">karena</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1557">menjadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1558">Penolong</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1559">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1560">Pelindung</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1561">Siapa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1562">atau</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1563">apa</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1564">mampu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1565">mengalahkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1566">kekuasaan</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1567">Nya</span>? <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1568">Tidak</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1569">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1570">ada</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1571">sesuatu</span> pun. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1572">Lalu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1573">mengapa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1574">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1575">harus</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1576">takut</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1577">cemas</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1578">atau</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1579">khawatir</span>?<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1580">Kesusahan</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1581">bencana</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1582">kemiskinan</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1583">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1584">kesulitan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1585">lainnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1586">adalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1587">kecil</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1588">dihadapan</span><br />Allah. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1589">Serahkanlah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1590">semuanya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1591">kepada</span> Allah Yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1592">Maha</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1593">Kuat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1594">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1595">Maha</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1596">Kaya</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1597">jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1598">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1599">ingin</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1600">mampu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1601">menghadapi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1602">kesusahan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1603">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1604">bencana</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1605">Tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1606">perlu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1607">takut</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1608">menghadapi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1609">musuh</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1610">musuh</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1611">saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1612">berdakwah</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1613">sebab</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1614">siapa</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1615">mampu</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1616">mengalahkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1617">Pelindung</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1618">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1619">Penolong</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1620">kita</span>?<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1621">Tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1622">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1623">lagi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1624">alasan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1625">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1626">takut</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1627">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1628">alasan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1629">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1630">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1631">semangat</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1632">tidak</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1633">alasan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1634">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1635">khawatir</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1636">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1637">hari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1638">esok</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1639">sebab</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1640">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1641">sebenarnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1642">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1643">memiliki</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1644">Pelindung</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1645">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1646">Penolong</span>. Mari <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1647">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1648">jadikan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1649">kalimat</span> “<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1650">hasbunallah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1651">wa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1652">ni</span>’<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1653">mal</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1654">wakiil</span>”<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1655">sebagai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1656">semboyan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1657">hidup</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1658">kita</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1659">Jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1660">harta</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1661">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1662">sedikit</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1663">hutang</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1664">banyak</span>,<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1665">maisyah</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1666">terhambat</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1667">mengadulah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1668">kepada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1669">Penolong</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1670">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1671">Pelindung</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1672">kita</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1673">Saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1674">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1675">mau</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1676">berdakwah</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1677">rintangan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1678">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1679">halangan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1680">selalu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1681">ada</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1682">Tetapi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1683">sekarang</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1684">hal</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1685">ini</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1686">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1687">lagi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1688">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1689">menjadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1690">alasan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1691">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1692">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1693">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1694">berdakwah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1695">karena</span> Allah<br />yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1696">menjadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1697">Pelindung</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1698">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1699">Penolong</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1700">kita</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1701">Tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1702">peduli</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1703">musuh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1704">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1705">banyak</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1706">Tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1707">peduli</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1708">musuh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1709">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1710">kuat</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1711">Tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1712">peduli</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1713">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1714">hanya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1715">sendiri</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1716">Jika</span> Allah<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1717">Pelindung</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1718">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1719">Penolong</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1720">kita</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1721">semua</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1722">musuh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1723">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1724">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1725">dikalahkan</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1726">Tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1727">akan</span><br />yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1728">mampu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1729">menahan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1730">kehendak</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1731">SWT</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1732">Ingatlah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1733">Penolong</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1734">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1735">Pelindung</span> mu <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1736">itu</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1737">Mengapa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1738">kita</span> sering <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1739">kali</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1740">tetap</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1741">khawatir</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1742">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1743">takut</span>? <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1744">Mungkin</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1745">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1746">kita</span> sering<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1747">lupa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1748">bahwa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1749">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1750">memiliki</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1751">Penolong</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1752">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1753">Pelindung</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1754">Oleh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1755">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1756">itu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1757">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1758">harus</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1759">mengingat</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1760">Nya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1761">terus</span> agar <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1762">hati</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1763">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1764">tenang</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1765">Tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1766">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1767">suatu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1768">pekerjaan</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1769">bisa</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1770">membuat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1771">hati</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1772">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1773">tenang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1774">selain</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1775">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1776">mengingat</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1777">Nya</span>.<br />(<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1778">yaitu</span>) <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1779">orang</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1780">orang</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1781">beriman</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1782">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1783">hati</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1784">mereka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1785">manjadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1786">tenteram</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1787">dengan</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1788">mengingat</span> Allah. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1789">Ingatlah</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1790">hanya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1791">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1792">mengingati</span> Allah-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1793">lah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1794">hati</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1795">menjadi</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1796">tenteram</span>. (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1797">QS</span>. Al Ra’d:28)<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1798">Bahkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1799">saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1800">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1801">menghadapi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1802">musuh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1803">perang</span>, yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1804">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1805">perlukan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1806">adalah</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1807">mengingat</span> Allah agar <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1808">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1809">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1810">memenangkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1811">perang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1812">tersebut</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1813">Hai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1814">orang</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1815">orang</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1816">beriman</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1817">apabila</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1818">kamu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1819">memerangi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1820">pasukan</span> (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1821">musuh</span>),<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1822">maka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1823">berteguh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1824">hatilah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1825">kamu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1826">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1827">sebutlah</span> (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1828">nama</span>) Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1829">sebanyak</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1830">banyaknya</span><br />agar <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1831">kamu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1832">beruntung</span>. (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1833">QS</span> Al <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1834">Anfaal</span>:45)<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1835">Hanya</span> Allah-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1836">lah</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1837">mampu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1838">memberikan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1839">ketengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1840">kepada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1841">kita</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1842">Sesungguhnya</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1843">telah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1844">ridha</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1845">terhadap</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1846">orang</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1847">orang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1848">mukmin</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1849">ketika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1850">mereka</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1851">berjanji</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1852">setia</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1853">kepadamu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1854">di</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1855">bawah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1856">pohon</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1857">maka</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1858">mengetahui</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1859">apa</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1860">ada</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1861">dalam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1862">hati</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1863">mereka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1864">lalu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1865">menurunkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1866">ketenangan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1867">atas</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1868">mereka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1869">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1870">memberi</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1871">balasan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1872">kepada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1873">mereka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1874">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1875">kemenangan</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1876">dekat</span> (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1877">waktunya</span>). (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1878">QS</span>. Al<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1879">Fath</span>:18)<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1880">Berjalanlah</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1881">Bertindaklah</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1882">Mencobalah</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1883">Sambil</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1884">mengingat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1885">Penolong</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1886">dan</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1887">Pelindung</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1888">kita</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1889">bukan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1890">hanya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1891">ketenangan</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1892">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1893">dapat</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1894">juga</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1895">kemenangan</span>.<br />Karena, Allah yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1896">menghidupkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1897">kita</span>, yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1898">mematikan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1899">kita</span>, yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1900">memberi</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1901">rezeki</span>, yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1902">menentukan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1903">apa</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1904">terbaik</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1905">bagi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1906">kita</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1907">Kenapa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1908">harus</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1909">takut</span>?<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1910">Sekarang</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1911">saatnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1912">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1913">hidup</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1914">dimuka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1915">bumi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1916">ini</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1917">tanpa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1918">rasa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1919">khawatir</span>,<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1920">Ingatlah</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1921">sesungguhnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1922">wali</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1923">wali</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1924">itu</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1925">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1926">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1927">kekhawatiran</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1928">terhadap</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1929">mereka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1930">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1931">tidak</span> (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1932">pula</span>) <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1933">mereka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1934">bersedih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1935">hati</span>. (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1936">QS</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1937">Yunus</span>:62)<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1938">Renungan</span> 4: <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1939">Bersyukurlah</span>…<br />Dan (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1940">ingatlah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1941">juga</span>), <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1942">tatkala</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1943">Tuhanmu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1944">memaklumkan</span>; "<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1945">Sesungguhnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1946">jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1947">kamu</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1948">bersyukur</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1949">pasti</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1950">Kami</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1951">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1952">menambah</span> (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1953">nikmat</span>) <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1954">kepadamu</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1955">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1956">jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1957">kamu</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1958">mengingkari</span> (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1959">nikmat</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1960">Ku</span>), <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1961">maka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1962">sesungguhnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1963">azab</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1964">Ku</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1965">sangat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1966">pedih</span>". (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1967">QS</span><br />Ibrahim:7)<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1968">Saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1969">kehilangan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1970">sesuatu</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1971">saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1972">mengalami</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1973">kerugian</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1974">atau</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1975">saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1976">tidak</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1977">mendapatkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1978">sesuatu</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1979">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1980">inginkan</span>, sering <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1981">kali</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1982">jiwa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1983">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1984">terguncang</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1985">sehingga</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1986">patah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1987">semangat</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1988">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1989">lagi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1990">memiliki</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1991">motivasi</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1992">Kita</span> sering <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1993">lupa</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1994">mensyukuri</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1995">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1996">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1997">miliki</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1998">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_1999">juga</span> sering <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2000">melupakan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2001">hikmah</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2002">tak</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2003">ternilai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2004">dari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2005">suatu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2006">kegagalan</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2007">harusnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2008">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2009">syukuri</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2010">Padahal</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2011">berdasarkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2012">ayat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2013">diatas</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2014">jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2015">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2016">mau</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2017">bersyukur</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2018">maka</span> Allah<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2019">menjanjikan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2020">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2021">menambah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2022">nikmat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2023">kita</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2024">Oleh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2025">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2026">itu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2027">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2028">seharusnya</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2029">menysukuri</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2030">apa</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2031">sudah</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2032">berikan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2033">kepada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2034">kita</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2035">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2036">juga</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2037">harus</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2038">mensyukuri</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2039">apa</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2040">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2041">dapatkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2042">meskipun</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2043">sekecil</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2044">apa</span> pun.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2045">Ini</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2046">adalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2047">rahasia</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2048">melipat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2049">gandakan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2050">nikmat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2051">kita</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2052">Saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2053">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2054">berusaha</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2055">syukurilah</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2056">nikmat</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2057">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2058">dapatkan</span> agar <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2059">ditambah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2060">oleh</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2061">SWT</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2062">Jadi</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2063">tetaplah</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2064">semangat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2065">meski</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2066">hasil</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2067">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2068">kecil</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2069">sebab</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2070">jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2071">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2072">mensyukurinya</span>, yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2073">kecil</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2074">tersebut</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2075">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2076">menjadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2077">besar</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2078">Sangat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2079">ironis</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2080">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2081">kecil</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2082">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2083">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2084">syukuri</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2085">Alangkah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2086">bodohnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2087">orang</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2088">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2089">mau</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2090">mensyukuri</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2091">nikmat</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2092">SWT</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2093">Mereka</span> sering <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2094">menyangka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2095">bahwa</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2096">namanya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2097">nikmat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2098">itu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2099">adalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2100">rezeki</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2101">dalam</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2102">bentuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2103">materi</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2104">jumlahnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2105">besar</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2106">Padahal</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2107">tidak</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2108">nikmat</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2109">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2110">kita</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2111">dapatkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2112">itu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2113">sangat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2114">banyak</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2115">jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2116">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2117">berusaha</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2118">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2119">menyebutkannya</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2120">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2121">tidak</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2122">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2123">bisa</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2124">Seperti</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2125">dijelaskan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2126">dalam</span> Al <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2127">Quran</span>,<br />Dan <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2128">Dia</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2129">telah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2130">memberikan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2131">kepadamu</span> (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2132">keperluanmu</span>) <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2133">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2134">segala</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2135">apa</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2136">kamu</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2137">mohonkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2138">kepadanya</span>. Dan <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2139">jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2140">kamu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2141">menghitung</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2142">nikmat</span> Allah, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2143">tidaklah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2144">dapat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2145">kamu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2146">menghinggakannya</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2147">Sesungguhnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2148">manusia</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2149">itu</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2150">sangat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2151">zalim</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2152">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2153">sangat</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2154">mengingkari</span> (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2155">nikmat</span> Allah). (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2156">QS</span> Ibrahim:34)<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2157">Nikmatilah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2158">hidup</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2159">tetaplah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2160">semangat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2161">meski</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2162">penghasilan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2163">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2164">kecil</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2165">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2166">kita</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2167">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2168">melipat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2169">gandakannya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2170">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2171">mensyukurinya</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2172">Renungkanlah</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2173">betapa</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2174">banyaknya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2175">nikmat</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2176">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2177">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2178">miliki</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2179">Jangan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2180">risau</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2181">jangan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2182">takut</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2183">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2184">gagal</span>,<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2185">sebab</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2186">kegagalan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2187">sebesar</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2188">apa</span> pun <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2189">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2190">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2191">menghabiskan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2192">nikmat</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2193">nikmat</span> yang<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2194">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2195">pada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2196">diri</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2197">kita</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2198">Renungan</span> 5: <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2199">Benci</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2200">Diwajibkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2201">atas</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2202">kamu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2203">berperang</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2204">padahal</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2205">berperang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2206">itu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2207">adalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2208">sesuatu</span> yang<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2209">kamu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2210">benci</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2211">Boleh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2212">jadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2213">kamu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2214">membenci</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2215">sesuatu</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2216">padahal</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2217">ia</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2218">amat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2219">baik</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2220">bagimu</span>,<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2221">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2222">boleh</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2223">jadi</span> (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2224">pula</span>) <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2225">kamu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2226">menyukai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2227">sesuatu</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2228">padahal</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2229">ia</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2230">amat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2231">buruk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2232">bagimu</span>;<br />Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2233">mengetahui</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2234">sedang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2235">kamu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2236">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2237">mengetahui</span>. (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2238">QS</span>. Al <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2239">Baqarah</span>:216)<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2240">Betapa</span> sering <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2241">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2242">membenci</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2243">sesuatu</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2244">seperti</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2245">tugas</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2246">berat</span> (<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2247">sebagai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2248">contoh</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2249">dalam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2250">ayat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2251">diatas</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2252">adalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2253">perang</span>), <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2254">kegagalan</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2255">kekurangan</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2256">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2257">dalam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2258">diri</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2259">kita</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2260">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2261">kehilangan</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2262">Namun</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2263">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2264">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2265">pernah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2266">tahu</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2267">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2268">jadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2269">apa</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2270">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2271">benci</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2272">itu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2273">justru</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2274">baik</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2275">menurut</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2276">SWT</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2277">Perang</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2278">adalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2279">sesuatu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2280">hal</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2281">sangat</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2282">dibenci</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2283">orang</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2284">tetapi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2285">mungkin</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2286">saja</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2287">hanya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2288">dengan</span> jihad <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2289">di</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2290">jalan</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2291">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2292">bisa</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2293">masuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2294">syurga</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2295">Saat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2296">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2297">mengejar</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2298">sesuatu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2299">kemudian</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2300">gagal</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2301">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2302">saja</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2303">justru</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2304">kegagalan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2305">ini</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2306">akan</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2307">membawa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2308">kebaikan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2309">kepada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2310">kita</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2311">Sebagai</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2312">contoh</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2313">misalnya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2314">Anda</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2315">melamar</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2316">ke</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2317">suatu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2318">perusahaan</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2319">dan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2320">Anda</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2321">gagal</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2322">menjadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2323">karyawan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2324">perusahaan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2325">tersebut</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2326">kita</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2327">membencinya</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2328">Tetapi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2329">ternyata</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2330">karyawan</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2331">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2332">di</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2333">dalam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2334">perusahaan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2335">itu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2336">tidak</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2337">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2338">bebas</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2339">beribadah</span>.<br />Ada <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2340">juga</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2341">orang</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2342">merasa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2343">membenci</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2344">dirinya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2345">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2346">dirinya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2347">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2348">tampan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2349">atau</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2350">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2351">cantik</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2352">Padahal</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2353">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2354">jadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2355">jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2356">dia</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2357">cantik</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2358">dia</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2359">malah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2360">terjurumus</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2361">ke</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2362">dunia</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2363">orang</span>-<span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2364">orang</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2365">suka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2366">pamer</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2367">aurat</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2368">dibenci</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2369">oleh</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2370">SWT</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2371">Bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2372">saja</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2373">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2374">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2375">cantik</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2376">justru</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2377">menyelamatkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2378">dirinya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2379">dari</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2380">rasa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2381">sombong</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2382">dan</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2383">takabur</span>.<br />Yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2384">jelas</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2385">apa</span> pun yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2386">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2387">pada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2388">diri</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2389">kita</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2390">berbaik</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2391">sangkalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2392">kepada</span> Allah<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2393">SWT</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2394">bahwa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2395">itu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2396">semua</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2397">terbaik</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2398">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2399">kita</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2400">Sesuatu</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2401">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2402">suka</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2403">atau</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2404">kita</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2405">benci</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2406">semuanya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2407">tidak</span> lain <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2408">nikmat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2409">sekaligus</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2410">ujian</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2411">Terimalah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2412">apa</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2413">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2414">pada</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2415">diri</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2416">kita</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2417">Jangan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2418">membenci</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2419">apa</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2420">terjadi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2421">pada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2422">diri</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2423">kita</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2424">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2425">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2426">jadi</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2427">semua</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2428">itu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2429">adalah</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2430">terbaik</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2431">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2432">kita</span>.<br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2433">Jika</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2434">kita</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2435">sudah</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2436">bisa</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2437">menerimanya</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2438">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2439">lapang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2440">dada</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2441">hidup</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2442">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2443">lebih</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2444">bersemangat</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2445">dalam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2446">mengejar</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2447">prestasi</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2448">karena</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2449">tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2450">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2451">lagi</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2452">kata</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2453">gagal</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2454">di</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2455">dalam</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2456">kamus</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2457">hidupnya</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2458">Hidup</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2459">akan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2460">lebih</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2461">tenang</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2462">dengan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2463">segala</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2464">kekurangan</span> yang <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2465">ada</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2466">di</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2467">dalam</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2468">diri</span>. <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2469">Tidak</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2470">ada</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2471">kekhawatiran</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2472">begitu</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2473">bebas</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2474">lepas</span>, <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2475">semuanya</span><br /><span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2476">diserahkan</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2477">kepada</span> Allah <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2478">untuk</span> <span class="blsp-spelling-error" id="SPELLING_ERROR_2479">memberikan</span> yang terbaik bagi dirinya.<br />Renungan 6: Maafkanlah<br />Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta<br />berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. (QS. Al A'raaf:199)<br />Saat kita dilukai oleh seseorang tentu akan menyisakan luka pada diri kita.<br />Namun luka yang lebih berbahaya adalah luka di hati, luka secara emosional.<br />Luka emosional sering kali muncul saat kita diejek, direndahkan, dihina, atau<br />berbagai tindakan yang mengarah ke harga diri kita. Saat emosi kita luka, kita<br />akan sangat protektif, mengapa karena luka di atas luka lebih menyakitkan dari<br />pada luka baru.<br />Luka emosional akhirnya sering menjadi sabotase bagi diri kita untuk meraih<br />sukses. Kita takut gagal yang ujung-ujungnya takut diejek oleh orang lain. Kita<br />juga sering takut oleh anggapan dan perkataan orang lain. Ini adalah akibat luka<br />emosional yang masih ada dalam diri kita. Selama kita masih memiliki luka<br />emosional, kita akan tetap sangat protektif yang secara tidak langsung sesuatu<br />yang menyabotase diri Anda sendiri.<br />Seperti luka fisik, luka emosional juga bisa disembuhkan. Saat kita tertusuk duri,<br />agar jari kita sembuh, satu langkah penting ialah dengan mencabut duri yang<br />ada pada diri kita. Luka tersebut tidak akan sembuh jika kita tidak mencabut<br />durinya terlebih dahulu. Begitu juga dengan luka emosional, hanya akan sembuh<br />jika penyebab lukanya sudah kita cabut, caranya dengan memaafkan orang yang<br />membuat kita luka emosional.<br />Dengan memaafkan, luka emosional kita akan sembuh sehingga kita tidak akan<br />over protective lagi terhadap diri kita. Kita akan lebih tenang, tentram, sehat, dan<br />mendapatkan kedamaian pikiran. Tentu saja, memaafkan yang tulus, yang<br />benar-benar memaafkan tanpa syarat. Memaafkan yang seolah-olah orang yang<br />melukai Anda tidak pernah melukai Anda dimasa lampau, bahkan bisa jadi dia<br />adalah orang yang telah berjasa kepada kita karena memberikan peluang bagi kita untuk mendapatkan pahala dari memaafkan dan hikmah dari peristiwa yang<br />bersangkutan.<br />Dengan memberikan maaf yang sebenar-benarnya maaf, hati ini menjadi lebih<br />ringan, lapang dan leluasa. Tidak ada lagi ganjalan sesuatu pun di dalam hati<br />kita yang menghambat pikiran dan tindakan kita. Kita memandang masa depan<br />dengan lebih optimis, karena sesuatu yang kita lihat begitu cerah dan<br />menjanjikan.<br />Renungan 7:Yang Terjadi ya Terjadilah<br />Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu<br />sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami<br />menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.<br />(QS. Al Hadiid:22)<br />Jika memang sudah kehendak Allah SWT, kita bisa apa? Yang terjadi, ya<br />terjadilah. Kita tidak bisa menghindar dari berbagai bencana yang sudah<br />direncanakan Allah SWT, kita tidak bisa lari dari ketentuan-Nya, kita tidak<br />melawan-Nya, maka satu-satunya yang bisa kita lakukan ialah menerimanya.<br />Tunggu, yang dimaksud menerima bukanlah dalam makna “nrimo”, tetapi kita<br />harus menyadari dan meyakini bahwa semua itu adalah kehendak Allah SWT.<br />Dia-lah yang Maha Berkuasa menetapkan apapun yang terjadi pada kita.<br />Menerima artinya kita mengembalikan semuanya kepada Allah SWT, sebab<br />semuanya datang dari Allah, maka kita kembalikan kepada-Nya.<br />Jika kita sudah beriman akan ketentuan Allah, maka kita tidak lagi perlu larut<br />dalam kesedihan, penyelasalan, dan kebencian akan masalah, kesulitan,<br />musibah, dan kegagalan yang menimpa kita. Kita akan tenang menghadapi<br />usaha dan upaya kita, karena jika terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, itu<br />adalah sudah bagian dari ketentuan Allah SWT.<br />Jika hal ini sudah tertanam dalam jiwa, maka tidak ada lagi gundah, tegang,<br />resah, dan cemas di dalam hati kita. Kita akan menjalani hidup dengan penuh<br />optimis dan semangat, karena apa lagi yang harus kita cemaskan. Semuanya<br />sudah tertulis di Lauh Mahfudzh. Saat kesulitan menerpa, serahkan saja kepada<br />Allah SWT.<br />Renungan 8: Jalan keluar itu<br />Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya<br />jalan keluar. (QS Ath Thalaaq:2)<br />Dan barang-siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan<br />baginya kemudahan dalam urusannya. (QS Ath Thalaaq:4)<br />Bagi orang bertakwa, bershabarlah, sebab kemudahan sudah menunggu kita.<br />Matahari akan terbit esok hari bersamaan dengan kemudahan atas segala<br />kesulitan, beban, dan kegagalan yang menimpa kita. Tidak usah risau dan<br />pesimis, karena kemudahan dan jalan keluar sudah dijanjikan Allah SWT kepada<br />kita. Yang kita perlu lakukan ialah dengan menambah ketakwaan kita, agar jalan<br />keluar dan kemudahan segera menghampiri kita.<br />Jadi, sepelik apapun masalah yang sedang kita hadapi, bertaqwalah kepada<br />Allah. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselasaikan jika Allah memberikan<br />jalan keluar bagi kita. Jika kita bertaqwa, maka tidak ada alasan bagi kita untuk<br />putus asa dan menyerah saat menghadapi masalah yang sangat rumit. Kata<br />Umar bin Khatab ra., jika kita bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan menjaga<br />kita.<br />Renungan 9: Hanya mengharap keridhaan Allah<br />Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk<br />mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan<br />tidak pula (ucapan) terima kasih. (QS. Al Insaan:9)<br />Inilah ciri orang yang melakukan kebajikan, memberi makan kepada fakir miskin<br />hanyalah untuk menghadap ridha Allah semata. Sering kali saat kita berbuat<br />sesuatu, kita malah dikritik pedas oleh orang lain. Sering kali saat kita berbuat<br />baik, bukannya mendapatkan terima kasih, tetapi malah dihina. Bahkan tidak<br />sedikit orang yang berjuang malah mendapatkan fitnah.<br />Kita tidak akan membicarakan mereka yang tidak suka kepada orang-orang yang<br />berbuat baik. Kita fokuskan saja kepada diri kita sendiri. Jangan sampai<br />kehadiran orang-orang seperti ini menghambat kita berbuat baik. Kita hanya<br />mengharapkan keridhaan Allah, tidak peduli apakah orang yang kita tolong akan<br />berterima kasih kepada kita atau tidak.<br />Kita juga tidak usah memperdulikan orang yang malah mengkritik kebaikan kita.<br />Lebih baik dikritik karena berbuat kebaikan dari pada mengkritik yang berbuat<br />kebaikan tetapi tidak berbuat baik. Biarkan, teruskan berbuat kebaikan, teruskan<br />berjuang untuk orang lain, dan jangan berhenti untuk berkontribusi. Yang perlu<br />kita lakukan ialah menguatkan jiwa kita atas para pengkritik ini.<br />Begitu juga, kita mungkin mendapatkan fitnah, karena ada orang yang tidak suka<br />saat kita berbuat baik. Mereka memfitnah orang yang berbuat baik karena iri,<br />dengki, atau kedudukannya terancam. Teruskan berjuang, sebab yang kita kejar<br />adalah keridhaan Allah. Hanya keridhaan Allah.<br />Jangankan kita, para Nabi pun yang mulia, selalu mendapatkan perlakuan yang<br />jelek dari umatnya. Padahal para Nabi itu jelas akan menyelamatkan umatnya.<br />Tapi apa yang terjadi, dibunuh, disiksa, dan difitnah, padahal mereka itu adalah orang-orang teragung yang diutus justru untuk menyelamatkan manusia. Apalah<br />kita, jika kita bebuat baik, tentu saja akan mendapatkan perlawanan yang tidak<br />sedikit pula.<br />Renungan 10: Tegarlah<br />Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati,<br />padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orangorang<br />yang beriman. (QS.Ali 'Imraan:139)<br />Sungguh malu, saat kita menghadapi kesulitan, kita bersedih dan langsung<br />bersikap lemah. Kita hanya diam, menyerah, dan berbicara mengeluarkan<br />berbagai alasan-alasan mengapa kita menyerah. Kita menyalahkan orang lain,<br />lingkungan, atau kondisi di sekitar kita. Alasan-alasan ini hanyalah bukti<br />kelemahan kita, bukti bahwa kita tidak kuat menghadapi berbagai masalah yang<br />muncul.<br />Padahal Allah melarang kita bersikap lemah dan bersedih. Kita harus tetap tegar<br />sekokoh batu karang dan tidak bersedih atas segala kesulitan dan beban yang<br />menghimpit. Hapuslah air mata, bangunlah dari tidurmu. Bangkitlah, karena kita<br />sesungguhnya kuat untuk menghadapi berbagai cobaan yang menerpa kita.<br />Bersikap lemah dan larut dalam kesedihan tidak akan memberikan solusi bagi<br />kita. Berharap belas kasihan? Tidak dijamin, malah bisa saja kita malah<br />ditertawakan oleh orang lain. Kesedihan malah memadamkan api energi dalam<br />tubuh kita untuk bertindak dan berkarya. Bukankah diam ini justru akan membuat<br />masalah berlarut-larut?<br />Masalah tidak akan selesai hanya dengan ditangisi, kita harus kuat dan bertindak<br />mengatasi masalah tersebut. Bukannya diam lemah sambil bersedih hati yang<br />justru akan menambah kesemasan demi kecemasan dalam diri kita. Langkah<br />kita akan gamang, tak jelas arah, dan ujung-ujungnya kita malah tidak akan<br />peduli lagi dengan apa yang akan terjadi, menyerah dan pasrah.<br />Bangkitlah kawan, hapus air matamu, dan kuatkan dirimu.<br />Renungan 11: Kemenangan Thalut<br />Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya<br />Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu<br />meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barang siapa tiada meminumnya,<br />kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku." Kemudian<br />mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala<br />Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai<br />itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada<br />hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa<br />mereka akan menemui Allah berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang<br />sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah<br />beserta orang-orang yang sabar." (QS Al Baqarah:249)<br />Dr. Ahzami S. Jazuli dalam menafsirkan ayat ini menekankan akan pentingnya<br />ujian lapangan bagi pengembangan diri. Beliau melanjutkan, di antara<br />keistimewaan Islam adalah adanya sinkronisasi antara mitsali dan waqii (antara<br />idealita dengan realita). Penyebab kemenangan pasukan Thalut lainnya ialah,<br />karena yang ada dalam benak pengikut Thalut yang minoritas ketika mereka<br />berperang: tujuan mereka adalah bertemu dengan Allah SWT. Menurut Dr.<br />Ahzami, mereka paham bahwa kemenangan bisa diraih hanya semata-mata atas<br />ijin Allah, bukan kepiawaian berperang. Kemudian beliau menambahkan,<br />kesabaran adalah syarat mutlak untuk mendapatkan kemenangan.<br />Penafsiran Dr. Ahzami sangat selaras seperti apa yang seperti penafsiran<br />Sayyid Quthb dalam tafsirnya Fi Zhilalil Quran, Sayyid mengatakan:<br />Kekuatan yang tersimpan (tersedia) di dalam jiwa itu tidak lain adalah iradah<br />(kemauan, tekad, kehendak), yaitu iradah yang dapat mengendalikan syahwat<br />dan keinginan, yang tegar menghadapi kesulitan dan penderitaan, yang mampu<br />mengungguli semua kebutuhan dan keperluan, yang lebih mengutamakan ketaatan dan mengemban tugas-tugas dan tanggung jawabnya sehingga mampu<br />melewati ujian demi ujian.<br />Selanjutnya Sayyid Quthb mengatakan bahwa tentara yang diperlukan itu bukan<br />sekedar jumlahnya besar, tetapi haruslah dengan hati yang kokoh, kemauan<br />yang mantap, iman yang teguh, dan konsisten di atas jalan yang lurus. Itulah<br />yang menjadi bekal bagi Thalut beserta pasukannya dalam mengalahkan Jalut<br />dan tentaranya.<br />Kalau begitu, kita tidak usah mundur sedikit pun untuk meraih sukses yang<br />besar, meski sumber daya kita terbatas. Mungkin modal materi kita kurang.<br />Mungkin kita tidak memiliki karyawan profesional. Mungkin kita kurang memiliki<br />ilmu yang memadai, tetapi seperti pasukan Thalut, meskipun dengan segala<br />keterbatasan bisa memenangkan pertempuran jika bermodalkan hati yang<br />kokoh, kemauan yang mantap, iman yang teguh, serta konsisten dijalan yang<br />lurus.<br />Renungan 12: Rahmatan lil’alamiin<br />Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi<br />semesta alam. (QS. Al Anbiyaa':107)<br />"Ah saya mah, sudah bisa ngasih makan anak sama istri sudah cukup. Saya<br />tidak akan muluk-muluk."<br />"Saya hanya ingin bermanfaat bagi orang lain."<br />Coba bandingkan dua kalimat di atas. Mana yang lebih baik? Jika Anda memilih<br />kalimat yang kedua, sepakat dengan saya.<br />Bagaimana dengan contoh kalimat yang pertama? Menurut saya banyak sekali.<br />Sebagai ciri orang-orang yang seperti ini ialah orang yang hanya mementingkan<br />dirinya sendiri. Ciri lain ialah orang yang cepat puas dengan hasil yang dia<br />peroleh, karena sudah mencukupi untuk diri serta keluarganya.<br />Padahal masih banyak orang-orang yang membutuhkan bantuan kita. Pengemis,<br />gelandangan, anak-anak jalanan, anak-anak yatim piatu, anak-anak berandal,<br />dan sebagainya. Jika kita sudah cukup, kenapa kita tidak berpikir untuk<br />mencukupi mereka?<br />Semua terserah Anda, kalimat mana yang akan Anda pilih. Pemilihan kata-kata<br />itu merupakan pencitraan pada diri Anda sendiri, apakah Anda orang yang egois<br />yang hanya mementingkan diri sendiri atau orang yang peduli dengan sesama,<br />yang menjalankan peran Anda sebagai seorang Muslim yaitu rahmatan lil<br />'alamin.<br />Jangan karena kita sudah bisa memenuhi kebutuhan kita, lalu kita berhenti<br />meraih sukses yang lebih tinggi lagi. Sebab, kita ini diutus menjadi rahmatan<br />lil’alamiin, bukan saja rahmat untuk diri sendiri dan keluarga. Jika sudah sukses pun tidak ada alasan untuk tidak meraih sukses berikutnya, apa lagi jika kita<br />masih merasa belum sukses.<br />hidup kepada mereka hingga<br />waktu yang tertentu. (QS Ash Shaafaat:139-148)<br />Ayat-ayat ini mengisahkan saat Nabi Yunus a.s. meninggalkan umatnya.<br />Kemudian beliau naik ke sebuah kapal yang penuh dengan muatan. Karena<br />sesuatu hal yang mengancam keselamatan kapal, maka diputuskan untuk<br />mengurangi penumpang dengan cara melempar sebagian penumpang ke laut.<br />Untuk menentukan siapa yang akan dilempar ke laut, maka diadakan undian dan<br />Nabi Yunus a.s. kalah dan harus dilempar ke laut. Kemalangan tidak sampai di<br />sana, di laut beliau ditelan oleh seekor ikan yang besar. Beliau berdoa di dalam<br />perut ikan sampai pertolongan Allah datang. Beliau dilemparkan ke suatu daerah<br />yang tandus dan dalam keadaan sakit.<br />Setelah mengalami berbagai kemalangan dan kesulitan tersebut, akhirnya<br />pertolongan Allah SWT datang. Mulai ditumbuhkannya pohon labu dan diterima<br />oleh umat yang beriman. Suatu kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada<br />orang-orang yang bershabar atas segala ujian yang dihadapinya.<br />Oleh karena itu hendaknya kita semua selalu berpikir positif. Selalu yakin bahwa<br />ada hikmah dari setiap kejadian atau kondisi yang kita alami saat ini. Suatu kesulitan bukan berati kita akan sulit selamanya. Ada kebaikan dan kemudahan<br />setelahnya, insya Allah.<br />Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya<br />sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS.Alam Nasyrah:5-6)<br />Dan belum tentu pula kesulitan yang kita hadapi merupakan gambaran dan<br />kehinaan kita,<br />Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata:<br />"Tuhanku menghinakanku" Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak<br />memuliakan anak yatim. (QS. Al fajr:16-17)<br />Kesempitan rezeki bukan indikasi yang menunjukan kehinaan dan kesia-siaan.<br />Apapun kejadian yang menimpa kita, apabila hati kita penuh dengan iman, maka<br />kita insya Allah akan selalu berhubungan dengan Allah SWT dan mengerti apa<br />yang ada di sana. Harga diri seseorang dalam timbangan Allah SWT bukan<br />ditentukan oleh nilai-nilai lahiriah.<br />Kesulitan dan kegagalan bukanlah diri kita. “kesalahan kita” dan “kita” adalah<br />berbeda. Kesalahan adalah kesalahan, diri kita adalah diri kita. Maksudnya jika<br />kita melakukan kesalahan, bukan berarti diri kita orang yang selalu salah, kita<br />hanya membuat kesalahan saja, yang masih bisa kita perbaiki. Jangan putus<br />asa, jangan berhenti, teruslah maju.<br />Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya<br />sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS.Alam Nasyrah:5-6)<br />Dan belum tentu pula kesulitan yang kita hadapi merupakan gambaran dan<br />kehinaan kita,<br />Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata:<br />"Tuhanku menghinakanku" Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak<br />memuliakan anak yatim. (QS. Al fajr:16-17)<br />Kesempitan rezeki bukan indikasi yang menunjukan kehinaan dan kesia-siaan.<br />Apapun kejadian yang menimpa kita, apabila hati kita penuh dengan iman, maka<br />kita insya Allah akan selalu berhubungan dengan Allah SWT dan mengerti apa<br />yang ada di sana. Harga diri seseorang dalam timbangan Allah SWT bukan<br />ditentukan oleh nilai-nilai lahiriah.<br />Kesulitan dan kegagalan bukanlah diri kita. “kesalahan kita” dan “kita” adalah<br />berbeda. Kesalahan adalah kesalahan, diri kita adalah diri kita. Maksudnya jika<br />kita melakukan kesalahan, bukan berarti diri kita orang yang selalu salah, kita<br />hanya membuat kesalahan saja, yang masih bisa kita perbaiki. Jangan putus<br />asa, jangan berhenti, teruslah maju.<br />Renungan 15: Seberat-beratnya beban…<br />Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia<br />mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa<br />(dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami,<br />janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan<br />kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana<br />Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah<br />Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri<br />ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami,<br />maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS. Al Baqarah:286)<br />Kita sering merasa beban yang sedang kita alami adalah sangat berat, bahkan<br />paling berat diantara beban yang dimiliki oleh orang lain. Orang cendrung suka<br />menceritakan beban, kesulitan, atau masalahnya kepada orang sambil<br />meyakinkan orang lain bahwa bebannya yang paling berat. Apa itu membantu?<br />Menceritakan beban kepada orang terdekat atau yang terpercaya mungkin akan<br />meringankan, tetapi kalau ke banyak orang justru malah tidak baik.<br />Dari pada bercerita ke sana ke mari tentang beban kita, mengapa tidak bercerita<br />dan mengadu kepada Allah SWT. Berdoalah:<br />Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat<br />sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan<br />kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami<br />memikulnya.<br />Allah SWT tidak pernah memberi beban yang melebihi kemampuan kita. Ini<br />menurut Al Quran. Jadi bagaimana pun besarnya beban, kesulitan, dan masalah<br />yang kita hadapi, yakinlah bahwa kita akan mampu melewatinya dan<br />mengatasinya.<br />Ayat ini memberikan kekuatan kepada kita untuk lebih percaya diri dalam<br />menjalani hidup ini. Kita percaya, bahwa diri kita sudah diberikan kekuatan untuk<br />menghadapi masalah bagaimana pun beratnya menurut ukuran kita. Kita juga<br />yakin, bahwa Allah tidak akan memberikan beban yang melebih kemampuan<br />kita.<br />Justru, saat kita mendapatkan masalah yang berat, sangat berat, bahkan paling<br />berat dibanding masalah yang dihadapi orang, ini menunjukan bahwa kita<br />memang memiliki kemampuan yang lebih. Seorang anak SD tentu hanya akan<br />diberikan soal ujian untuk SD, sementara seorang mahasiswa akan mehadapi<br />ujian untuk tingkat perguruan tinggi. Harusnya kita malu, jika kita menyerah<br />dengan ujian yang kita hadapi. Jangan-jangan, ujian yang diberikan adalah untuk<br />level SD, sementara orang lain menghadapi ujian level perguruan tinggi dan<br />mereka mampu menghadapinya.<br />Renungan 16: Susah Payah<br />Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.<br />(QS. Al Balad:4)<br />Susah payah adalah sudah kodrat kehidupan manusia. Hidup ini selalu dijalani<br />dengan susah payah, semua perlu usaha. Kata orang barat, “no free lunch” tidak<br />ada sesuatu yang gratis, semua perlu kerja semua perlu usaha. Jadi tidak ada<br />gunanya berkeluh kesah, sebab jika kita berkeluh kesah dalam menghadapi<br />kesulitan, maka kita akan berkeluh kesah selamanya.<br />Untuk kaya memang susah, tapi miskin juga susah. Kalau begitu mendingan<br />milih kaya. Untuk maksiat perlu susah payah, untuk beribadah juga susah payah.<br />Kalau begitu mending beribadah. Apapun yang kita lakukan, akan disertai<br />dengan susah payah. Jadi susah payah tidak bisa dijadikan oleh kita sebagai<br />alasan kita tidak bertindak apa-apa.<br />Jika susah payah selalu menyertai kita, pilihan terbaik ialah menjalani hidup yang<br />baik. Tidak ada alasan tidak berkarya, tidak ada alasan untuk tidak memberikan<br />kontribusi, tidak alasan untuk tidak berdakwah, tidak ada alasan untuk tidak<br />berjihad, tidak ada alasan untuk tidak meraih sukses yang besar, toch meskipun<br />kita tidak berusaha untuk itu semua, kita tetap susah.<br />Susah payah mungkin sama, tetapi hasil dan makna dari yang kita lakukan<br />mungkin berbeda. Apakah sama orang yang susah untuk mengejar kesenangan<br />dunia dengan orang yang susah payah mengejar kesenagan akhirat? Apakah<br />sama orang yang susah payah mengejar harta untuk diri sendiri dengan orang<br />yang mengejar harta untuk jihad? Apakah sama susah payah untuk<br />mempertahankan kemalasan dengan susah payah untuk berkarya? Susah<br />payahnya sama, tapi hasilnya beda.<br />Orang yang tidak mau susah payah sebenarnya, hanya tidak mau berpindah<br />bentuk susah payahnya. Apa pun yang kita lakukan, kondisi apapun yang ada<br />pada diri kita, semuanya memerlukan susah payah. Untuk malas pun perlu<br />susah payah, kata siapa tidak? Untuk berjuang pun perlu susah payah, oleh<br />karena itu lebih baik berjuang.<br />Renungan 17: Bagimu apa yang telah kamu usahakan<br />Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu<br />apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan<br />jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al Baqarah:134)<br />Mungkin orang tua kita hebat, mungkin pendahulu kita hebat, tetapi yeng lebih<br />penting ialah sehebat apa diri kita. Mungkin kita bisa menikmati apa yang sudah<br />diperoleh oleh para pendahulu kita, tetapi jika kita hanya menikmati dan<br />membangga-banggakan hasil pendahulu kita, itu tidak ada artinya, karena yang<br />hebat bukan diri kita, tetapi pendahulu kita.<br />Kita tidak akan mendapatkan apa-apa atas yang dilakukan oleh pendahulu kita.<br />Pahala mereka bagi mereka, kita tidak akan kebagian kecuali kita memanfaatkan<br />apa yang telah diperoleh oleh pendahulu kita untuk tujuan yang baik. Kita boleh<br />memanfaatkan yang sudah ada sebagai pijakan perjuangan selanjutnya. Islam<br />menginginkan perbaikan secara terus menerus. Kita tidak bisa mengandalkan<br />pada apa yang sudah dicapai oleh pendahulu kita.<br />Atau, jika pun pendahulu kita tidak baik. Itu bukan alasan kita untuk mengikuti<br />jejak mereka. Apa yang mereka lakukan untuk mereka. Sekarang tinggal apa<br />yang akan kita lakukan dan untuk diri kita sendiri. Kita tidak akan diminta<br />pertanggung jawaban atas apa yang diperlakukan oleh mereka. Jadi apapun<br />yang dilakukan oleh pendahulu kita, baik atau buruk, kita harus tetap bertindak<br />untuk diri kita.<br />Renungan 18: Kamu adalah umat yang terbaik<br />Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh<br />kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada<br />Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara<br />mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang<br />fasik. (QS. Ali 'Imraan:110)<br />Allah SWT melalui Al Quran, menyatakan bahwa kita adalah umat yang terbaik.<br />Oleh karena itu kita tidak perlu merasa minder dari umat-umat lain, meskipun<br />saat ini umat lain cendrung lebih maju dari pada kita. Kita sebenarnya umat<br />terbaik, memiliki berbagai kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, jika saat<br />ini umat yang lain relatif lebih maju, artinya kita belum mengoptimalkan segenap<br />potensi yang kita miliki.<br />Karena kita adalah umat yang terbaik, konsekuensinya kita harus menjadi<br />pemimpin yang mengarahkan kepada kebaikan, kita harus meminpin dalam<br />teknologi agar teknologi diarahkan untuk kebaikan. Kita harus memimpin<br />dibidang informasi, agar informasi digunakan untuk kebaikan. Kita harus<br />memimpin di bidang politik agar politik dimanfaatkan untuk kebaikan, dan kita<br />harus memimpin di berbagai bidang lainnya agar bisa digunakan untuk kebaikan.<br />Kebaikan bukan hanya hasil bicara, kebaikan akan lebih nyata jika merupakan<br />hasil kerja. Apa lagi hanya bicara kritik sana kritik sini seperti seorang calo,<br />banyak ngomong tetapi dia sendiri hanya diam saja. Kita harus bergerak,<br />bertindak, dan berbuat.<br />Dari Abu Sa’id al-Khudri r.a., dia berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw.<br />bersabda, ‘Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah<br />ia mengubahnya dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka hendaklah dengan<br />lisannya. Dan jika tidak mampu, maka hendaklah dengan hatinya. Ini merupakan<br />amalan iman paling lemah.’” (HR Imam dan Muslim)<br />Renungan 19: Kata siapa harus miskin?<br />Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan<br />membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan<br />menyiapkan baginya jalan yang mudah. (QS. Al Lain:5-7)<br />Ini hanya salah satu ayat saja, jika mau membuka Al Quran lebih dalam lagi,<br />akan banyak ditemukan ayat-ayat yang senada dengan ayat ini, yaitu ayat-ayat<br />yang memerintahkan kita untuk berinfaq, shadaqah, atau berzakat. Pada intinya<br />banyak ayat yang memerintahkan kita untuk memberi, bahkan saya belum<br />pernah menemukan ayat yang memerintah untuk menerima.<br />Bahkan jika ada orang kaya yang menafkahkan hartanya untuk kebenaran, kita<br />boleh iri, seperti sabda Rasulullah saw. dalam hadits berikut:<br />Dari Abdullah bin Mas’ud ra., dari Nabi saw., beliau bersabda : “Tidak<br />diperbolehkan hasud (isi hati), kecuali dalam dua hal, yaitu seseorang yang<br />dikaruniai harta oleh Allah kemudian dibelanjakan dalam kebenaran, dan<br />seseorang yang dikaruniai ilmu oleh Allah kemudian diamalkan dan<br />diajarkannya.” (HR Bukhari Muslim)<br />Ayat dan hadits ini memberikan inspirasi kepada kita, untuk tetap berusaha<br />mencari harta dengan niat untuk dibelanjakan dalam kebenaran. Memang, untuk<br />melakukan hal ini sulit, tetapi kita juga sulit jika dalam keadaan miskin, bahkan<br />bisa jadi kemiskinan ini malah membuat kita kufur. Kaya atau miskin tetap<br />membawa resiko, jika demikian saya memilih kaya. Namun demikian, jika Allah<br />menakdirkan kita miskin, maka kita harus bershabar.<br />Jika kita berjuang mencari harta untuk jalan kebenaran, itu adalah salah satu<br />jenis jihad yang diperintahkan oleh Al Quran,<br />Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta<br />mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan<br />Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar<br />dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati<br />janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah<br />kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS.At Taubah:111)<br />Dalam hadits yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi dan An Nasai, Rasulullah saw.<br />bersabda:<br />“Barang siapa membelanjakan hartanya di jalan Allah, niscaya Dia akan<br />membalasnya dengan 700 kali lipat.”<br />Kini semakin jelaslah, bahwa memiliki harta itu memang diperintahkan selama<br />tujuannya untuk berjihad membela agama Allah. Pilihan ada ditangan kita,<br />apakah kita mau kaya yang bersyukur dan berjihad atau miskin tetapi shabar?<br />Keduanya tidak salah, tetapi yang utama ialah kaya yang bersyukur dan<br />berjihad.<br />Renungan 20: Allah menjadikannya mudah<br />Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala<br />penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah<br />kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (QS. Al Mulk:15)<br />Ternyata, Allah telah memudahkan kita untuk mendapatka rezekinya. Allah telah<br />memberikan tuntunan dan motivasi kepada kita bahwa mencari rezeki itu tidak<br />sulit. Salah satu tuntunannya ialah kita harus ingat bahwa hanya kepada Allah<br />kita kembali setelah dibangkitkan. Artinya apa? Janganlah mencari harta menjadi<br />tujuan hidup yang utama bagi kita.<br />Jika kita menjadikan akhirat sebagai tujuan utama kita, insya Allah kita akan<br />mudah mendapatkan rezeki, seperti yang difirman dalam ayat berikut:<br />…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya<br />jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.<br />Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan<br />mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang<br />(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiaptiap<br />sesuatu. (QS Ath Thalaq:2-3)<br />Dengan ayat-ayat tersebut, diri kita akan terbebas dari kegelisahan akan rezeki.<br />Kita akan tetap berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperolehnya. Jika<br />Allah yang menjamin rezeki kita, kita tidak lagi perlu memohon dan meminta<br />kepada manusia atau makhluq lainnya. Kita hanya memohon kepada Allah yang<br />telah menjamin rezeki kita dan berusaha untuk menjemput rezeki tersebut.<br />Dunia ini sudah berlimpah dengan rezeki, kita tinggal menyebar dimuka bumi<br />untuk mengambil kelimpahan tersebut dan Allah telah memudahkannya. Lalu<br />mengapa terasa sulit? Bukan ayat ini yang salah, karena Al Quran tidak mungkin<br />salah, yang salah ada pada diri kita, mungkin kita kurang giat mencarinya atau mungkin cara kita mencarinya masih salah. Atau jika kita sudah giat dan cara<br />sudah benar, Allah sengaja menangguhkannya untuk menguji kita. Tetapi kita<br />tidak pernah tahu, yang kita tahu adalah berdoa dan berusaha. Jika usaha kita<br />kurang giat, maka tambahkan. Jika usaha kita masih salah, belajarlah baik dari<br />pengalaman pribadi maupun pengalaman seseorang.<br />Penutup<br />Bacalah Berulang-ulang<br />Anda akan mendapatkan manfaat yang optimal jika Anda membacanya<br />berulang-ulang sambil. Semakin sering Anda membaca, akan semakin tertanam<br />di hati dan di kepala Anda, sehingga akan membekas pada sikap dan perilaku<br />Anda. Saya merasa lebih nyaman, lega, dan semangat setelah menulis ebook<br />ini, saya berharap Anda juga mendapatkan hal yang sama.<br /><br /><a href="http://www.mediafire.com/download.php?b7i8ticf2db9urd">Download dokumen ini Via Mediafire</a><br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-70735642838010268152011-04-27T04:01:00.000-07:002011-04-27T04:03:00.669-07:00DongengTANJUNG GAJAH MUNDUR<span class="fullpost"><br />Musim kemarau panjang , membuat hampir semua sungai kekeringan . Rumput – rumput menjadi layu . Daun – daun tanaman menjadi luruh . Binatang – binatang ikut menderita . yang bertubuh gemuk rata – rata terlihat kurus . Dengan mengelompok , masing – masing pergi mencari makanannya kemana – mana . Di mana ada air disitu bertahan . Dimana ada sesuatu yang dapat dimakan , disitu mereka berteduh .<br />Demikian pula halnya yang menimpa sekelompok gajah di pulau Jawa . Meghindari malapetaka itu , mereka menyebrangi laut mencari tempat tinggal baru . Terserah , di mana terdampar , disitulah mereka menetap . Akhirnya mereka tiba di pulau Kalimantan . Dan kebetulan pula persis di muara sungai Kahayan . Rombongan tersebut , terus mudik menyusuri sungai , betapa gembiranya rombongan gajah itu .<br />Walaupun musim kemarau sama dengan di tempat asalnya tetapi makanan masih mudah didapat . Air juga sangat banyak .<br />Pada suatu hari , seekor kancil sedang lewat . Betapa kagetnya kancil melihat rombongan tadi. Seumur hidupnya belum pernah melihat binatang sebesar itu . Lama kancil menatap mereka satu persatu . “ Kalau terinjak tubuhku ini , pasti hancur luluh , “ pikir kancil .Perlahan – lahan kancil mendekat seraya bertanya :<br />“ Hai , sobat ! Baru sekarang aku melihat kalian . Dari mana sebenarnya kalian ini ? Siapa nama kalian ? Dan mau kemana pula ? “<br />“ Betul sobat ! Kami ini bearasal dari pulau seberang . Nama kami , gajah ! Kami kemari , sebab di sana tidak ada lagi makanan . “ Jawab pimpinan gajah itu . “ Kamu sendiri , siapa namamu ? “ gajah balik bertanya . “ Nama saya …Kancil ! “ jawab kancil singkat . “ Adakah penghuni tempat ini , yang lebih besar dari kami ? “ Tanya gajah lagi .<br />Mendengar pertanyaan itu , kancil sempat terdiam . Sambil berpikir , apa kira – kira kemauan gajah dengan pertanyaan itu . “ Kalau ada , apa mau mu ? “ Tanya kancil lagi . “ Kami ingin mencoba adu kekuatan . Kalau kami kalah , biarlah kami semuanya ini dijadikan hamba sahaya kalian . Bila kami menang , maka kamilah raja di sini . Kalian semua menjadi hamba sahaya , “ jelas gajah . “ Ada ! kapan rencanamu mau bertanding ? “ kata kancil tegas .<br />“ Kami tunggu lima hari lagi ! “ jawab gajah singkat . “ Baik ! “ kalian jangan jauh dari sini ! “ tukas kancil .<br />Setelah itu kancil pergi mencari badak . Setelah bertemu , diceritakannya kejadian tersebut . Badak juga merasa kecut mendengarnya . Ia membayangkan bahwa musuh itu pasti tidak tanggung – tanggung . Lama badak berjalan hilir mudik sambil berpikir . Siapa diantara penghuni hutan ini yang sepadan . Hamba rasa jelas tidak satupun , “ tukas kancil . “ Begini saja ! “ Suruh mereka berkumpul ke sini , tanpa kecuali !” perintah badak . “ Baik , tuanku ! “ jawab kancil lalu pergi.<br />Semua binatang yang ditemui , disuruhnya berkumpul , atas perintah badak . Babi marah sekali . Saat ia asyik tidur , tiba – tiba kancil berteriak membangunkannya . Begitu pula landak . Lagi asyik mengeruk tanah untuk tempat tinggalnya , terpaksa harus berhenti . Perintah badak , semua harus berkumpul tanpa kecuali . Dan harus hari itu juga . “ Ada sesuatu yang amat penting sekali ! “ kata kancil bila ada yang bertanya . Begitulah , bukit tempat badak tinggal hiruk pikuk oleh kawanan binatang berkumpul sore itu . Badak segera berdiri memberi penjelasan . Bahwa di daerah itu ada tamu baru yang datang tanpa diundang . Mereka mengajak adu kekuatan . Siapa yang menang dialah yang menjadi raja di daerah itu . Untuk itu semua diminta berkumpul , menentukan siapa kira – kira yang berani menandingi mereka . Dan kepada kancil diberi kesempatan untuk menjelaskannya .<br />Kancilpun berdiri . Dengan terperinci diceritakannya tentang tamu itu . Mendengar cerita kancil , rata -rata mereka gemetar ketakutan . Kepada macan ditawarkan : “ Tidak berani ! “ babi apalagi ! Kepada beruang , saat namanya disebut saja dia sudah lari . Akhirnya rapat itu buntu . Tidak satupun dari yang hadir menyanggupinya. Dalam keadaan bingung , badak berjalan mondar mandir. Yang lain , satupun tidak ada yang bersuara . Semua dicekam rasa takut . Akhirnya ……..: Begini , saudara – saudara ! “ kata kancil . Seperti mendengar bunyi halilintar mereka mendengarkan suara kancil . Rata – rata yang hadir menjadi kaget sekali . Baru satu dua berani mengangkat kepalanya . Rusa sendiri baru kelihatan matanya berkedip . Begitu pula trenggiling . Tubuhnya yang bulat seperti bola sekarang baru berani diluruskan.<br />Kalau satupun diantara kita tidak ada yang berani melawan saya ada akal , “ katanya . “ Baik ! “ Katakanlah ! “ kata yang lain serempak . Badak mendengus marah . “ Diam ! “ gertaknya . “ Kita tunggu dulu , apa pendapat kancil ! “ Saya Cuma minta beberapa <br />haldari saudara – saudara . Pertama , saya minta dari saudara landak , bulunya yang paling panjang . Cuma satu helai . Kemudian saya minta saudara Ketut seru memasukkan kentutnya ke ruas bambo . Dan saudara beruang , saya minta untuk mencarikan satu lembar kulat barung . Tetapi yang paling besar .”<br />“ Kalau saya boleh tahu , untuk apa semua itu ?”Tanya badak . “ Begini tuanku ! Pada hari yang dijanjikan , saya akan menemui mereka . Saya katakana bahwa kita tidak usah adu kekuatan . Cukup mereka melihat apa yang saya bawa . Mereka boleh membayangkan kekuatan kita . Dengan itu , mereka berpikir , berani melawan atau tidak . Bulu landak , saya katakana bulu ketiak raja . Kentut Seru , saya jelaskan bau kentut raja . Kulat barung , daun telinganya , “ jelas kancil sambil tersenyum . “ Bagus ! “ Setuju sekali !” kata mereka serempak . Badak sangat memuji kecerdikan kancil . Saat itu juga badak memerintahkan mereka menyiapkannya .<br />Hari yang dijanjikan telah tiba . Dengan dibantu oleh yang lain kancil membawa semua yang diperlukan . Dari jauh , sudah kelihatan barisan kawanan gajah . Melihat gajah – gajah itu , teman – teman kancil tidak berani mendekat . Berlomba – lomba mereka bersembunyi di bawah semak belukar .<br />Kancilpun memanggil pimpinan gajah : “ Hai , saudara gajah ! “ teriak kancil . Seperti bunyi bukit runtuh , kawanan gajah itu mendekat “ Hai , Kancil !” Dimana kawanmu yang kau suruh melawan aku ?”Tanya pimpinan gajah . “ Begini , saudara gajah ! kata raja kami , sementara beliau tidak usah datang dulu . Cukup dengan hamba memperlihatkan beberapa hal sebagai contoh . Bila kalian setelah melihat barang yang kubawa ini masih berani melawan , beliau akan datang . “Jelas kancil dengan suara tegas . “ Apa yang kamu mau perlihatkan itu ? Coba buka lekas aku mau lihat !”ujar pimpinan gajah . “Baiklah ! Kemarilah lebih mendekat lagi !” kata kancil seraya mengeluarkan bawaannya satu persatu . “ Apa itu ? “ Tanya gajah sambil mengamati bulu landak dengan teliti . “ Itu bulu ketiak raja kami . Bila tertusuk sampai batas warna hitam itu , pasti mati . kata kancil . “ Bulu ketiak ?” Tanya gajah sambil menggeleng – gelengkan kepala . “ Ya !” jawab kancil singkat . “ Waduh ! “ Mati aku !” kata gajah , sambil gemetar . “ Kalau isi ruas bambo itu ? “ Tanya gajah lagi . “ Hati – hati , saudara !” kata kancil . “ Mengapa ? Apa bisa meledak ? “ Tanya gajah ingin tahu . “ Coba dekatkan hidungmu !”ujar kanjil seraya membuka sumbat ruas bambo itu . Tiba – tiba seperti kena tembakan , beberapa ekor gajah yang dekat di situ lari sambil meronta – ronta . Ada yang bersin . Ada yang batuk . Malah du tiga ekor dari mereka ada yang muntah . “ Kurang ajar ! “ Bau apa itu ? “ Tanya gajah saja begitu . ‘ Itu bau kentut raja kami ,”jawab kancil . Bau kentutnya saja begitu . Apalagi kekuatannya !” jelas gajah itu “ Apa lagi ?”Apa itu ? ini daun telinga raja kami !” Daun telinganya ?” “Ya !”jawab kancil dengan gagah . “ Mati aku Daun telingaku sendiri belum sampai separuh daun telinga rajamu ,”kata , pemimpin gajah itu .”Sekarang bagaimana pendapatmu ? Apakah masih perlu kita adu kekuatan ? “ Tanya kancil dengan sombong . “ Jangan ! Tidak usah saja ! Jujur saja kami , tidak berani ! “ kata pimpinan gajah itu.Keesokan harinya kawanan gajah itu , menghilir sungai Kahayan . Mereka langsung mundur . <br />Demikian sebuah dongeng yang ada di desa tanjung hilir Palangka Raya yang diberi nama : “ Tanjung Gajah Mundur .” <br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-2970256707866671992011-04-27T03:32:00.000-07:002011-04-27T03:34:20.823-07:00FonologiFonologi <span class="fullpost"><br />1. Faktor artikulasi dan titik artikulasi, jenis bunyi, watak bunyi dan nama bunyi ditentukan oleh artikulator dan titik artikulasi bunyi konsonan itu.<br />2. Faktor jalan udara , berdasarkan faktor inibunyi konsonan dibedakan menjadi konsonan oral yaitu bunyi konsonan yang dihasilkan dengan jalan udara melewati rongga mulut, dan bunyi konmsonan nasal yaitu bunyi konsonan yang dihasilkan dengan jalan udara melewati rongga hidung.<br />3. Faktor selaput suara, udara yang berhembus dari paru-paru akan melewati pita-pita suara ( vocal chords ).<br />Apabila udara yang keluar dari paru-paru dapat menggetarkan dinding selaput suara , maka bunyi konsonan yang dihasilkan disebut konsonan bersuara dan apabila udara yang keluar tidak dapat menggetarkan dinding selaput suara maka bunyi yang dihasilkan disebut bunyi konsonan tak bersuara.<br />4. Faktor halangan, udara yang keluar dari paru-paru pada saat menghasilkan bunyi konsonan mendapat halangan bisa sepenuhnya , sedikit atau hanya menimbulkan geseran.<br />Berdasarkan halangan , maka bunyi konsonan dapat dibedakan menjadi bunyi konsonan stop, geseran , afrikatif, getar dan lateral.<br />Pembagian bunyi konsonan berdasarkan keempat faktor di atas :<br />a. Bunyi konsonan bilabial , bersuara , oral , stop , dengan lambang ( b ) .<br />b. Bunyi konsonan bilabial , stop , tak bersuara dengan lambang ( p ).<br />c. Bunyi konsonan bilabial nasal , bersuara dengan lambang ( m ).<br />d. Bunyi konsonan apiko alveolar , oral , stop , bersuara dengan lambang ( d )<br />e. Bunyi konsonan apiko alveolar , oral , stop , bersuara dengan lambang ( n ).<br />f. Bunyi konsonan apiko alveolar, letus,oral, tak bersuara dilambangkan dengan ( t )<br />g. Bunyi konsonan apiko alveolar,desis, oral tak bersuara dilambangkan dengan ( s )<br />h. Bunyi konsonan apiko , alveolar, tril ( getar ), bersuara, oral dengan lambang ( r )<br />i. Bunyi konsonan apiko ahrolan ( likwida ), oral, bersuara dengan lambang ( l )<br />j. Bunyi konsonan fronto palatal , nasal , bersuara dengan lambang ( n )<br />k. Bunyi konsonan fronto palatal , oral , bersuara dengan lambang ( j )<br />l. Bunyi konsonan fronto palatal , oral , tak bersuara dengan lambang ( c )<br />m. Bunyi konsonan dorso velar , letus , oral , tak bersuara dilambangkan dengan ( k )<br />n. Bunyi konsonan dorso velar , letus , oral , bersuara dilambangkan dengan ( g )<br />o. Bunyi konsonan dorsovelar, bersuara , nasal , dengan lambang ( n )<br />p. Bunyi konsonan glotal stop, tak bersuara dengan lambang ( ? )<br />q. Bunyi konsonan glotal frikatif ( geseran ), tak bersuara dengan lambang ( h )<br />2.3.1.3 Bunyi Semi Konsonan<br />Dalam Bahasa Indonesia selai bunyi konsonan dan bunyi vocal ditemukan juga bunyi semi vokal yang dalam buku ini disebut bunyi semi konsonan. Bunyi ini dihasilkan oleh alat ucap yang bermula dari bunyi vokal kemudian kalau lidah agak ditinggikan akan melahirkan bunyi yang mirip dengan bunyi konsonan.<br />Bunyi yang memiliki ciri bunyi konsonan dan bunyi vokal ini lazim disebut bunyi semi vokal. Misal sewaktu mengucapkan bunyi vokal ( i ) lidah berada dalam posisi teratas. Kalau lidah ditinggikan lagi maka terjadilah bunyi ( y ).<br /><br />Mengapa tidak dicantumkan bunyi konsonan f ( ( f ) , v ( v ) , sy ( s ) , kh ( x ) , dan z ( z ) ?<br />Bahasa Melayu yang menjadi asal Bahasa Indonesia tidak memiliki bunyi konsonan ( f , v , s , x , z ), dan Bahasa Indonesia tidak memiliki kelima konsonan ini. Seandainya kelima konsonan ini ditemukan statusnya hanya sebagai bunyi pungutan dari bahasa asing ( bunyi tidak asli ). Beberapa contoh kata pungutan dari bahasa Belanda dan bahsa Arab di bawah ini yang mengandung huruf ef, ve, esye, kha, dan zet :<br />maaf, variasi, syair , khalifah , zat , dan lain-lain.<br />Data tersebut ditulis secara ortografis atau sesuai dengan ejaan yang berlaku. Ternyata lafal yang ada dan sahih dalam kata maaf ialah ( ma?ap ) Bunyi sebenarnya ada lima buah yaitu ( m ) , ( d ) , ( ? ) , ( a ) dan ( p ). Apabila tulisan ortografis ( ma?ap ) maka ternyata huruf ef bukan melambangkan bunyi ( f ) melainkan melambangkan bunyi ( p ). Selain itu bunyi ( ? ) ada tetapi tidak dilambangkan dengan huruf.<br />Lafal yang diperlukan adalah lafal yang sahih. Untuk mendapatkan lafal yang sahih perlu diperhatikan masalah informan dan cara-cara pengumpulan data. Informan boleh dari berbagai daerah dan dari berbagai lapisan sosial. Dan masih ada hal lain lagi yang betul-betul diperhatikan , yaitu cara yang dipakai untuk mendapatkan lafal yang spontanitas , wajar apa adanya atau tidak dibuat-buat ( lafal yang sahih ).<br />Berikut ini dijelaskan beberapa hal yang penulis lakukan dan yang penulis jauhi di dalam menemukan lafal yang sahih.<br />1. Penulis selalu mengusahakan agar informan tidak mengetahui bahwa lafalnya akan diteliti.<br />2. Penulis memilih pembicaraan berlangsung dalam suasana santai.<br />3. Kalau penulis ingin mendapatkan lafal suatu kata dari informan misalnya lafal kata fakultas , maka penulis melontarkan pertanyaan sebagai berikut :<br />Di mana anda kuliah ?<br />Di mana saja anda memberikan kuliah ?<br />Penulis tidak mau mengajukan pertanyaasn seperti di bawah ini :<br />Di fakultas apa Anda kuliah ?<br />Dsi fakultas apa saja Anda memberikan kuliah ?<br />Dengan menggunakan sejumlah informan yang memenuhi persyarata dan dengan melakukan cara-cara mendapatkan lafal seperti yang tewlah dijelaskan di atas ternyata penulis menemukan lafal yang sash sebagai berikut :<br />Huruf ef dan ve dalam kata-kata pungutan itu dilafalkan dengan ( p ) , huruf sy dilafalkan ( s ) , huruf kh dilafalkan ( h ) dan ( k ) , huruf zet dilafalkan ( s ) dan ( j ).Jadi secara spontanitas, secara wajar, secara apa adanya tidak ditemukan lafal ( f ), ( v ), ( s ), ( x ) dan ( z ). Dengan demikian sampai saat ini penulis belum menemukan bunyi konsonan ( f ), ( v ), ( s ), ( x ) dan ( z ) dalam bahasa Indonesia.<br />Bunyi Suprasegmental<br />Berbedas dengan bunyi segmental , maka bunyi supra segmental belum dapat dilambangkan denga huruf. Oleh karena itu bunyi suprasegmental tidak ditemukan dalam bahsa tulis. Bunyi ini hanya bisa didengar dalam bahasa lisan. Berikut ini akan disajikan sejumlah bunyi suprasegmental yang ditemukan di dalam bahasa Indonesia yang berupa nada, kualitas dan aksen bunyi suprasegmental yang berupa nada dibedakan menjadi nada naik dan nada turun.Bunyi yang berupa kualitas dibedakan menjadi panjang , dan pendek sedangkan bunyi suprasekmental yang berupa aksen dibedan menjadi tekanan keras dan tekanan lemah.<br />2.3.2.1 Bunyi suprasegmental berupa nada.<br />Bunyi suprasegmental berupa nada naik dilambangkan dengan ( / ), nada turun ( ), nada turun naik ( V ) dan nada datar ( -- ) .<br />Keempat bunyi di atas dapat dilihat dalam data :<br />Makan ( makan )<br />Makan ( makan )<br />Siasat ( siyasat )<br />2.3.2.2 Bunyi suprasegmental berupa kualitas<br />Bunyi suprasegmental berupa kualitas yang dibedakan menjadi panjang dan pendek masing-masing dilambangkan dengan ( : ) dan ( . ) ini terdapat dalam data :<br />Bangsat ( Ban.sa:t )<br />Merdeka ( m r.dE.ka: )<br />Angkuh ( an:kUh )<br />2.3.2.3 Bunyi suprasegmental berupa Aksen<br />Bunyi suprasegmental berupa aksen dibedakan menjadi tekanan keras dan tekanan lemah. Dalam bahasa Indonesia masih belum ada lambangannya. Di buku ini dibuat lambang masing-masing ( ’’ ) untuk tekanan keras ) dan ( ’ ) untuk tekanan lemah.<br />Contoh :<br />Kritik ( k ritIk )<br />Perdana ( p rdana )<br />Resah ( r sah )<br />2.4 Distribusi Bunyi<br />Distribusi bagi setiap bunyi dimaksudkan sebagai kemampuan bagi setiap bunyi untuk berada pada posisi yang tertentu dalam sebuah kata dasar. Dalam sebuah kata dasar bunyi memiliki tiga posisi yaitu di depan kata dasar, di tengah kata dasar dan di akhir kata dasar.<br />Lengkap tidaknya posisi bunyi dalam sebuah kata dasar ditentukan oleh mampu tidaknya bunyi itu berada pada ketiga posisi itu. Sebuah bunyi dikatakan berdistribusi lengkap apabila bunyi itu ditemukan pada ketiga posisi dalam sebuah kata dasar dan dikatakan tidak lengkap apabila bunyi itu tidak titemukan pada ketiga posisi tersebut dalam kata dasar.<br />2.4.1 Distribusi Bunyi Vokal<br />a. Bunyi vokal depan , atas, tak mundur ( i ) memiliki distribusi yang lengkap terbukti dalam data berikut :<br />awal kata : ipar ( ipar )<br />ibu ( ibu )<br />irama ( irama )<br />tengah kata : tidak ( tida? )<br />tirai ( tira )<br />biasa ( biyasa )<br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-16068677367675267222011-04-27T02:54:00.000-07:002011-04-27T02:56:42.925-07:00PERBANDINGAN KURIKULUMPERBANDINGAN KURIKULUM 1984 DAN 2006 <span class="fullpost"><br /><br />A. Pengertian<br />Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pedoman mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.<br /><br />Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa dan bernegara tidak terlepas dari pengaruh perubahan global , perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perkembangan dan perubahan secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.<br /><br />Atas dasar tuntutan tersebut perlu diupayakan peningkatan mutu pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia seutuhnya yakni aspek – aspek moral, ahlak, budi pekerti, prilaku , pengetahuan , kesehatan , ketrampilan dan seni yang bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup, menyesuaikan diri dan berhasil di masa datang. Oleh sebab itu peserta didik harus memiliki ketangguhan , kemandirian dan jati diri yang dikembangkan melalui pembelajaran atau pelatihan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan .<br /><br />Setelah kurikulum 1984 timbul lagi kurikulum-kurikulum baru lainnya seperti kurikulum 1986, kurikulum 1994 penyempurnaan/penyesuaian suplemen GBPP 1999, dan yang berikutnya adalah kurikulum 2004 yang menggunakan sistem KBK, yang terakhir adalah kurikulum KTSP 2006. Kurikulum 2004 dan KTSP 2006 isinya hampir mirip yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan untuk mencapai tujuan nasional dan cara pencapainnya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah dan sekolah itu sendiri. Suplemen ini dengan pertimbangan tidak akan mengubah kompetensi minimal yang harus dikuasai oleh siswa dan diharapkan tidak menimbulkan dampak yang jauh dari proses belajar mengajar itu serta buku-buku paket maupun buku penunjang pada kurikulum yang telah lalu masih bisa digunakan pada pelaksanaan kuriulum berikutnya.<br /><br />B. Perbandingan kurikulum 1984 dan Kurikulum 2006.<br />a. Kurikulum 1984<br /><br />Sebagai pelaksanaan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0461/U/1983 tentang perbaikan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang sekaligus memenuhi tuntutan Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1983 tentang GBHN di mana dinyatakan antara lain bahwa sistem Pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di segala bidang maka disusunlah GBPP bidang studi untuk semua jenis dan tingkat sekolah oleh para ahli dan tim pengembangan GBPP melalui lima tahapan, yaitu penentuan arah/tujuan dan ruang lingkup, penentuan tujuan kurikuler dan tujuan intruksional, pemilihan materi/pokok bahasan yang penting bagi bidang studi yang bersangkutan, pendistribusian materi/pokok bahasan pada tiap kelas dan cawu/semester sekaligus deuraikan dan dilengkapi dengan metode penilaian serta sumber bahan. Rancangan GBPP ini diuji coba kepada guru-guru di lapangan untuk melihat keterbacaan dan keterlaksanaannya, baru berdasarkan masukan dari guru-guru dilapangan kurikulum ini dimantapkan.<br /><br />Komponen kurikulum ini terdiri dari Tujuan kurikuler, tujuan intruksional umum, bahan pengajaran ( Pokok bahasan, sub Pokok Bahasan, dan Uraian ),Program ( kelas, caturwulan, alokasi waktu ), metode, sarana/sumber, penilaian dan sebagainya.<br />Kurikulum inin disusun dengan tujuan agar guru memperoleh pedoman yang jelas dalam melaksanakan tugasnya, menyusun program-program pengajaran dan mengadakan penilaian dengan memperhatikan kesinambungan, keluasan dan kedalaman materi. Makin tinggi kelasnya makin luas dan mendalam bahannya seperti mengikuti dasar spiral dalam perluasan kurikulumnya.<br />Pada kurikulum 1984 yang memegang peranan ......adalah menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan sejarahwan. Bila dilihat dari segi isi kurikulum ini terlalu syarat beban atau terlalu padat, Kurikulum 1984<br />sama dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya mendapat tanggapan, kritik dan saran dari berbagai kalangan. , maka perlu dilakukan evaluasi , pengkajian dokumen dan pelaksanaan kurikulum itu sebagai bagian dari proses pengembangan kurikulum dan kemudian dilanjutkan dengan perbaikan, penyempurnaan/ penyesuaian kurikulum sebagai upaya untuk menaggapi tuntutan kebutuhan pembangunan nasional dan perkembangan iptek serta kritik dan saran dari para praktisi , pakar, ahli dan masyarakat tersebut.<br /><br />Penyempurnaan tersebut berupa pengurangan / penghilangan dan penambahan dari cakupan materi mata pelajaran tertentu yang dianggap terlalu luas sesuai dengan, materi yang tumpang tindih , urutan materi yang kurang sesuai , materi yang dianggap belum waktunya untuk diberikan dan isi yang dianggap padat sehingga menghasilkan kurikulum yang dianggap baik dan sesuai.<br /><br />Pada kurikulum 1984 guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar serta menentukan cara penilaian sendiri secara lebih bebas.<br /><br /><br /><br /><br /><br />b. Kurikulum 2006<br /><br />Seiring dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa dan bernegara tidak terlepas dari pengaruh perubahan global , perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya secara terus menerus menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Maka kurikulum yang ada perlu disempurnakan lagi. Hasil penyempurnaan itu adalah kurikulum baru sebagai salah satu subtansi pendidikan dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan tuntutan kebutuhan siswa , keadaan sekolah dan kondisi daerah. Seperti yang ditetapkan oleh Depdiknas berupa kerangka dasar kurikulum yang baru antara lain yang meliputi : Standar kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi pokok, Indikator dan hasil belajar yang dituangkan dalam dokumen yang disebut dengan kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal dengan KTSP 2006.<br /><br />Kurikulum 2006 ini berisikan seperangkat rencana dan pedoman mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum ini menekankan pada lulusan yang punya ketrampilan atau kecakapan hidup ( Life Skill ).<br />Pada kurikulum ini guru ditempatkan sebagai fasilitator dan mediator yang berfungsi sebagai :<br />1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab ....<br />2. Menyediakan / memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingin tahuan siswa dan membantu siswa mengekspresikan gagasan-gagasannya, menyediakan sarana yang merangsang siswa berfikir produktif , menyediakan kesempatan dan pengalaman yang komplek.<br />3. Memonitor dan mengevaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar/penilaian dalam upaya penguasaan atau pencapaian kompetensi.<br /><br />Pencapaian pembelajaran menggunakan metode yang bervariasi dan lebih mengarah ke penggunaan metode-metode ilmiah serta sumber belajar disini tidak hanya guru tetapi lingkungan atau hal-hal yang memenuhi unsur pendidikan dan lebih beroriantasi/menekan pada ketercapaian kompetensi belajar siswa secara individual atau secara klasikal.<br />Dengan demikian lulusannya pun diharapkan :<br />a. Mengenali dan berprilaku sesuai dengan ajaran agama yang diyakini.<br />b. Mengenali dan menjalankan hak dan kewajiban diri, beretos kerja, dan peduli terhadap lingkungan.<br />c. Berpikir secara logis, kritis, dan kreatif serta berkomunikasi melalui berbagai media.<br />d. Menyenangi keindahan.<br />e. Membiasakan hidup bersih, bugar dan sehat.<br />f. Memiliki rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah air.<br />g. Memiliki pribadi yang trampil dan mandiri<br /><br /><br />Lebih lanjut sekarang kurikulum 2006 ini sudah mulai mengembangkan / mengintegrasikan muatan karakter kedalam kurikulum yang ada agar siswa memiliki fondasi karakter.<br /><br />Untuk lebih memahami kelemahan dan kelebihan kedua kurikulum diatas maka kami membuat perbandingan sederhana mengenai kedua kurikulum tersebut di bawah ini khususnya kurikulum tingkatan Sekolah Dasar ( SD ) seperti :<br />1. Kurikulum 1984 isinya lebih padat seperti mata pelajarannya banyak sedangkan kurikulum 2006 isinya sedikit seperti mata pelajarannya berkurang karena pada kurikulum 1984 mata pelajaran<br />2. Pendidikan Moral Pancasila ( PMP ) yang bertujuan untuk mempertebal akhlak dan mempertinggi budi pekerti para siswa sehingga dia mampu meghadapi dan menyikapi segala macam perubahan kondisi kehidupan di masa yang akan datang. Sedangkan pada kurikulum KTSP istilah mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila diubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan ( PPKn ).<br />3. Dalam srtuktur kurikulumnya kurikulum 1984 tidak ada mata pelajaran Muatan Lokal, Kegiatan pembelajaran pembiasaan, dan pengembangan diri, pendekatan yang digunakan mengacu/mengarah pada pendekatan CBSA, sekarang kurikulum 2006 ada mata pelajaran tersebut ada dan dikembangkan juga pendekatan tematik seperti pada kelas 1, 2, 4, dan 5 sekarang.<br />4. Dalam kurikulum 1984 cakupan materi mata pelajaran tertentu terlalu luas , terdapat materi yang tumpang tindih , urutan materi yang kurang sesuai , materi yang dianggap belum waktunya untuk diberikan , dan ada materi yang dihilangkan atau ditambah, dan dalam sedangkan pada kurikulum 2006 tidak.<br />5. Pada kurikulum 1984 alokasi waktu yang tersedia lebih banyak sedangkan pada kurikulum 2006 alokasi waktu yang disediakan lebih sedikit. <br />6. Pelaksanaan kurikulum 1984 mengarah ke penyempurnaan / penyesuaian kurikulum-kurikulum selanjutnya, sedangkan kurikulum 2006 pelaksanaannya berdasarkan pada kurikulum berbasis sekolah, landasan pengembangan silabus, program semester, rencana pembelajaran serta analisis / telaah kompetensi dasar dan pemerintah daerah serta sekolah berkewajiban mengembangkan kerangka dasar kurikulum tersebut menjadi silabus yang lebih operasional.<br />7. Pada kurikulum 1984 masih sistem catur wulan ( Cawu ), sedangkan pada kurikulum 2006 sudah menggunakan sistem semester dan sistem KBK.<br />8. Pada kurikulum 1984 istilah mata pelajaran IPA berubah menjadi SAINS pada kurikulum 2006.<br />9. Dalam kurikulum 1984 masih mengunakan istilah Tujuan Umum , tujuan khusus , pokok bahasan dan sub pokok bahasan sedangkan pada kurikulum 2006 mengunakan istilah Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, hasil belajar dan pengalaman belajar.<br />10. Di kurikulum 1984 TIK ( indikator ) dibuat sendiri oleh guru sedangkan pada kurikulum 2006 sudah tersedia pada silabus guru hanya menambahkan yang dianggap perlu.saja.<br />11. Kurikulum 1984 tujuan pembelajaran tertentu kurang jelas sedangkan kurikulum 2006 tujuan pembelajaran sudah jelas dirumuskan.<br />12. Bentuk penilaian pada kurikulum 1984 lebih praktis dan lebih menekankan pada aspek pengetahuan sedangkan pada kurikulum 2006 bentuk penilaian lebih rumit dan lengkap yaitu aspek kognitif, afektif, psikomotor tapi yang lebih ditekankan pada aspek ketrampilan atau kecakapan hidup.<br />13. Kurikulum 1984 menggunakan istilah GBPP, sedangkan pada kurikulum 2006 menggunakan istilah Silabus.<br />14. Istilah Tujuan Instruksional Umum pada kurikulum 1984 berubah menjadi Tujuan Pembelajaran pada kurikulum 2006.<br />15 Pada kurikulum 1984 menggunakan istilah Satuan Pelajaran ( SP ), sedangkan pada kurikulum 2006 menggunakan istilah Rancangan Rencana Pembelajaran ( RRP ).<br />16. Komponen kurikulum 1984 terdiri dari TIU, Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan , Alokasi waktu, alat dan sumber belajar, Bentuk penilaian , sedangkan pada kurikulum 2006 mencakup Kompetensi Dasar, Standar kompetensi, Materi Pokok, Kegiatan pembelajaran, indikator, Bentuk penilaian, Alokasi waktu dan sumber belajar.<br />17. Pada kurikulum 1984 guru menyusunan soal sesuai dengan materi yang diajarkannya/buku pegangannya mengajar , sedangkan pada kurikulum 2006 selain harus sesuai materi harus menggunakan kisi-kisi soal.<br />18. Pada kurikulum 1984 mulai berkembangnya metode permainan simulasi dalam rangka pemasyarakatan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila ( P-4 ), sedangkan pada kurikulum KTSP 2006 lebih mengutamakan metode-metode yang bersifat ilmiah.<br />19. Kurikulum 1984 masih mengenal istilah EBTANAS sedangkan kurikulum sekarang UAS / UAN.<br />20. Pada kurikulum 1984 terdapat mata pelajaran PSPB sedangkan pada KTSP sekarang tidak ada.<br />21. Yang memegang peranan penting dalam hal penyelenggaraan pendidikan yang bermutu pada kurikulum 1984 adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan sejarahwan sedangkan pada kurikulum sekarang adalah Dewan pendidikan dan komite sekolah.<br /><br />Jika dilihat lebih teliti baik dari segi isi maupun pelaksanaan kurikulum, banyak sekali kita temui perbedaan kedua kurikulum tersebut. Namun dari sejumlah perbedaan tersebut terdapat beberapa perbedaan yang mendasar yaitu :<br />1. Jumlah mata pelajaran<br />2. Jumlah waktu ( Jam pelajaran ) terutama pada kelas 3 s.d. 6.<br />3. Bentuk penilaian<br />4. Sistem dan pendekatan yang digunakan<br />5. Aspek penilaian<br />6. Penggunaan istilah-istilah<br />7. Komponen yang terdapat dalam kurikulum.<br />8. Cara penentuan kelulusan<br />9. Isi kurikulum<br />10. Penyelenggaraan/pengelolaan ( operasionanlnya )<br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-26201374725363118952011-04-27T02:06:00.000-07:002011-04-27T02:37:00.117-07:00Kata Bijak Matematika<span class="fullpost">MEREKA Bilang...<br /><br />“matematika adalah ratu ilmu pengetahuan” (Karl Freidrich gauss),<br />“jangan biarkan orang yang tak tahu geometri masuk ke sini” (Plato),<br />“bilangan mengatur alam semesta” (Pythagoras),<br />“imajinasi lebih penting dari pada pengetahuan” (Albert Einstein),<br />“matematika adalah aktivitas manusia yang tanpa batas” (Paul Erdos).<br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-76821175257340666072011-04-27T02:05:00.000-07:002011-04-27T02:41:57.074-07:00Al Qur'an<span class="fullpost"><br />"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?" (Quran, 41:53<br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-17442545746727078862011-04-27T02:01:00.001-07:002011-04-27T02:43:28.464-07:00Kata Bijak<span class="fullpost"><br />"Bertahan hidup artinya selalu siap untuk berubah; karena perubahan adalah jalan menuju kedewasaan. Dan kedewasaan adalah sikap untuk selalu mengembangkan kualitas pribadi tanpa henti." Henri Bergson, Filsuf Prancis (1859-1941)<br /><br />"Perubahan adalah kata lain untuk berkembang atau mau belajar. Dan, kita semua mampu melakukannya jika berkehendak." Prof Charles Handy, Filsuf<br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-21600207661235725162010-02-14T01:11:00.001-08:002011-04-27T02:46:32.338-07:00Minat BacaMENUMBUHKAN MINAT BACA <br />DIKALANGAN SISWA<span class="fullpost"><br /><br /><br />I. PENDAHULUAN<br /><br />Buku bacaan dan sumber mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha mengembangkan kebiasaan dan keterampilan membaca. Kedua unsur tersebut dapat menambah perbendaharaan kata, memperkaya informasi, dan dapat meningkatkan motivasi serta mengembangkan wawasan. Sejalan dengan pemiiran tersebut maka sebaiknya kegemaran dan kebiasaan membaca sejak usia dini diterapkan, paling tidak sejak siswa masuk sekolah dasar.<br /><br />Mengembangkan minat baca bagi masyarakat, khususnya siswa sekolah menyangkut berbagai faktor. Salah satu faktor yang harus disiapkan adalah seperangkat buku sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pengembangan minat baca. Dalam hal ini guru dan orang tua siswa mempunyai peranan yang sangat penting untuk memotivasi dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan minat dan kegemaran membaca. <br /><br />Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan perubahan proses berbagai aspek kehidupan sosial menuntut terciptanya siswa yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca. Oleh karena itu, siswa yang gemar membaca adalah siswa yang gemar belajar. Melalui membaca, siswa memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang semakin mencerdaskan kehidupannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan zaman.<br /><br />Sesuai dengan salah satu tujuan utama program wajib belajar 9 tahun, yaitu menumbuhkembangkan kemampuan membaca dan melek huruf peserta didik, pemerintah menyediakan cukup banyak buku pelajaran yang dibagikan secara cuma-cuma ke sekolah-sekolah. Buku-buku tersebut harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para siswa.<br /><br />Meningkatkan minat dan kegemaran membaca merupakan salah satu tolak ukur meningkatnya mutu pendidikan. Oleh karena itu, para Kepala Sekolah, Guru, Pengawas dan Pustakawan bersama-sama dengan orang tua dan masyarakat diharapkan secara sunguh-sungguh ikut mendukung suksesnya pengembangan minat dan kegemaran membaca siswa. Kesadaran akan pentingnya membentuk kebiasaan membaca dan menciptakan siswa gemar membaca yang pada gilirannya akan berperan penting dalam menunjang upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan secara khusus meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu diperlukan upaya yang terus menerus dan berkesinambungan agar minat baca siswa dapat ditumbuhkembangkan secara mantap. <br /><br />II. MENUMBUHKAN MINAT BACA DIKALANGAN SISWA<br />A. Pengembangan Minat dan Kegemaran Membaca<br />Telah diuraikan pada pendahuluan bahwa untuk menumbuhkan minat baca dikalangan siswa perlu adanya faktor pendukung yang saling terkait dari berbagai pihak yaitu kepala sekolah, guru, pustakawan, pengawas, orang tua, siswa itu sendiri dan sarana dan prasarana pendidikan. <br /><br />1. Karakteristik Sekolah<br />Karakteristik sekolah adalah merupakan salah satu faktor pendukung yang dapat menumbuhkan minat baca dikalangan siswa yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :<br />a. Kepala Sekolah<br />1). Pendidikan minimal S1 (SLTP), minimal D2 (SD)<br />2). Memiliki pengalaman mengajar<br />3). Sering mengikuti penataran-penataran dan pelatihan<br />4). Terhimpun dalam Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Kelompok Kerja Guru (KKG), Kelompok Kerja Sekolah (KKS), dan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah di suatu sanggar untuk SD.<br />b. Guru<br />1). Pendidikan minimal D2 untuk SD atau MI dan minimal D3 untuk SLTP atau MTs dan sesuai dengan bidang mata pelajaran yang diajarkan.<br />2). Sering mengikuti penataran-penataran dan pelatihan tentang metodologi dan materi.<br />c. Pustakawan<br />1). Telah mendapat pendidikan atau pelatihan khusus perpustakaan.<br />2). Mempunyai pendidikan pustakawan.<br />3). Mempunyai kemampuan yang baik dalam mengelola perpustakaan sekolah (baik teknis maupun manajerial).<br />d. Pengawas<br />1). Pendidikan minimal S1<br />2). Telah mengikuti penataran dan pelatihan sesuai dengan bidang binaannya.<br />3). Telah matang menghadapi segala benturan dalam pembinaanya (emosi yang stabil).<br />e. Siswa<br />1). Siswa yang masuk sekolah SD rata-rata telah mengalami pendidikan TK.<br />2). Siswa pada umumnya telah dapat membaca kalimat sederhana.<br />3). Memiliki kemampuan belajar mandiri.<br />4). Siswa yang masuk SLTP telah mempunyai kemampuan dasar yang cukup.<br />5). Memiliki kesadaran dan kesenangan membaca.<br />f. Orang tua<br />1). Orang tua rata-rata berpendidikan sekolah menengah keatas.<br />2). Memahami pentingnya pendidikan.<br />3). Status ekonomi menengah keatas.<br />4). Memiliki perpustakaan keluarga (bahan bacaan untuk anak).<br />g. Sarana atau Prasarana Pendidikan.<br />1). Gedung sekolah lengkap dengan ruang kelas, ruang perpustakaan, tempat ibadah, aula serbaguna, dan prasarana lainnya.<br />2). Sering diadakan lomba yang berkaitan dengan membaca.<br />3). Lingkungan sekolah menunjang proses pendidikan. Koleksi buku perpustakaan sangar beragam.<br />4). Tersedia sarana majalah atau koran dinding.<br /><br />2. Kegiatan Yang Dapat Dilaksanakan Menumbuhkan Minat Baca Dikalangan Siswa<br /><br />a. Kegiatan Kepala Sekolah<br />1. Menyusun program pengembangan minat dan kegemaran membaca di sekolah, minimal satu kali dalam setahun (awal tahun ajaran).<br />2. Menetapkan jam wajib membaca bagi siswa selama 15 menit setiap hari belajar di sekolah dibawah pengawasan guru. Dilaksanakan sebelum jam pelajaran pertama berlangsung.<br />3. Merencanakan dan melaksanakan berbagai lomba berkaitan dengan peningkatan minat dan kegemaran membaca. Dalam program tahunan atau semester.<br />4. Merencanakan dan melaksanakan wajib kunjung perpustakaan sekolah seminggu sekali.<br />5. Menyediakan sarana dan prasarana perpustakaan sekolah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS).<br />6. Menyediakan hadiah/penghargaan untuk berbagai kegiatan termasuk lomba yang berkaitan dengan peningkatan minat dan kegemaran membaca melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (APBS). <br />7. Mengusahakan dana untuk pengadaan koleksi perpustakaan melalui komite sekolah atau sponsor lain.<br />8. Memantau pelaksanaan program pengembangan minat dan kegemaran membaca di sekolah secara periodik disesuaikan dengan kegiatan.<br />9. Memantau pelaksanaan jam wajib membaca setiap hari.<br />10. Memantau pelaksanaan berbagai kegiatan termasuk lomba secara periodik disesuaikan dengan kegiatan.<br />11. Memantau pelaksanaan wajib kunjung perpustakaan secara periodik disesuaikan dengan kegiatan.<br />b. Kegiatan Guru<br />1. Mengadakan kegiatan yang menarik minat siswa untuk membaca. Contoh : menunjukkan dan membacakan sebagian cerita dari suatu buku, koran, atau majalah.<br />2. Melaksanakan kunjungan ke perpustakaan sekolah bersama siswa minimal satu kali dalam seminggu.<br />3. Guru membantu siswa membuat pojok atau sudut bacaan sederhana minimal satu kali dalam satu tahun ajaran.<br />4. Menugaskan siswa untuk membaca 15 menit dengan pengawasan guru di kelas setiap hari.<br />5. Menugaskan siswa untuk membaca dan meringkas minimal 1 buku di kelas setiap akhir bulan.<br />6. Mengadakan lomba membaca karya sastra (puisi, drama, dan sebagainya secara periodik setiap tahun.<br />7. Menugaskan siswa membuat kliping dari majalah dan surat kabar secara periodik setiap tahun.<br />8. Mengadakan lomba meringkas bacaan secara periodik setiap tahun.<br />9. Menugaskan siswa membaca pengumuman di Balai Desa dan Puskesmas dan hasilnya dilaporkan kepada guru secara periodik setiap tahun.<br />10. Membentuk kelompok membaca siswa / klub buku awal tahun ajaran baru.<br />11. Menugaskan siswa untuk membaca buku pelajaran yang ditentukan diluar jam pelajaran setiap minggu.<br />12. Menugaskan siswa untuk menjawab soal-soal yang bersumber dari buku perpustakaan setiap selesai kunjungan ke perpustakaan.<br />13. Menugaskan seorang siswa untuk membaca di depan kelas secara bergantian setiap bidang studi.<br />14. Menugaskan siswa untuk mencari informasi tambahan di perpustakaan untuk memperkaya pengetahuan setiap pokok bahasan.<br /><br />c. Kegiatan Pustakawan/Guru Pustakawan<br />1. Membeli / mengadakan buku dan bahan pustaka lain yang sesuai dengan kebutuhan siswa, guru, dan kepala sekolah setahun sekali.<br />2. Mengusahakan sumbangan buku dari siswa dan instansi pemerintah atau swasta diakhir tahun ajaran.<br />3. Tukar menukar buku atau bahan pustaka lain apabila memungkinkan.<br />4. Mengusahakan peminjaman buku antar perpustakaan apabila memungkinkan.<br />5. Mengadakan pengenalan perpustakaan bagi para siswa setiap awal tahun ajaran baru.<br />6. Menyelenggarakan pameran buku secara reguler di sekolah setiap peringatan hari besar, misalnya : Hardiknas.<br />7. Memperpanjang jam buka perpustakaan menjelang ujian sekolah.<br />8. Mengadakan bimbingan membaca disaat kunjungan perpustakaan.<br />9. Membuat daftar buku baru dengan anotasi secara berkala setiap ada pengadaan buku baru.<br />d. Kegiatan Pengawas<br />1. Memantau pelaksanaan program minat dan kegemaran membaca secara periodik.<br />2. Memantau kebijakan kepala sekolah/pustakawan dalam mengelola perpustakaan (jadwal kunjung, tata tertib, dan data pengunjung) secara periodik.<br />3. Memantau guru dan pustakawan dalam melaksanakan program peningkatan minat dan kegemaran membaca secara periodik.<br />4. Membuat evaluasi pelaksanaan program peningkatan minat dan kegemaran membaca siswa di sekolah dan melaporkannya ke atasan setiap caturwulan.<br />e. Kegiatan Siswa<br />1. Membentuk kelompok baca siswa/klub buku untuk siswa SD dengan bimbingan guru, untuk SLTP dapat diprakarsai siswa.<br />2. Membuat kliping dari media cetak tentang Iman dan Taqwa (Imtaq) dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) sesuai tugas dari guru kelas atau guru bidang studi.<br />3. Tukar menukar buku antarsiswa sesuai keperluan siswa.<br />4. Membantu pelayanan perpustakaan sekolah setiap kunjungan keperpustakaan sekolah.<br />f. Kegiatan Komite Sekolah<br />1. Menganggarkan dana komite untuk melengkapi sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan peningkatan minat dan kegemaran membaca setiap awal tahun ajaran.<br />2. Menganjurkan orang tua siswa agar membiasakan siswa di rumah gemar membaca (termasuk mengatur jadwal menonton TV) setiap hari.<br />3. Menghimpun majalah / buku dari orang tua untuk melengkapi koleksi perpustakaan sekolah diakhir tahun ajaran dengan arahan buku dan majalah yang diperlukan.<br />B. Perlunya Bimbingan Orang tua Untuk Menumbuhkan Minat Membaca Siswa<br /><br />Orang tua adalah guru pertama di rumah. Segala potensi yang dimiliki anak, pengembangannya tergantung pada bagaimana orang tua mengarahkannya terutama dalam hal belajar membaca. Orang tua yang sering meluangkan waktu bersama anak-anaknya lebih bisa menyesuaikan dengan hobi anak dan kemudian memberi respons positif yang sesuai. Anak yang tertarik pada buku perlu dibantu dan dibimbing agar ia mau bereksplorasi untuk memperluas wawasannya pada hal yang diminati. Bagi orang tua perlu menciptakan suasana rumah yang penuh dengan stimulasi agar anak selalu ingin belajar membaca. <br /><br />Ada beberapa hal yang memerlukan bimbingan orang tua secara intensif terhadap anak dalam menghadapi kesulitan membaca. Kesulitan membaca adalah ketidakmampuan mengenal simbol-simbol huruf, serta ketidakmampuan memahami bahwa rangkaian simbol tersebut dapat digunakan untuk menyatakan suatu maksud. Hal-hal yang menyebabkan kesulitan membaca, antara lain :<br />1. Anak tidak mengenal huruf.<br />2. Anak tidak dapat menyambungkan suku kata.<br />3. Penglihatan anak kurang baik.<br />4. Pendengaran anak kurang baik.<br />5. Penggunaan metode membaca yang kurang sesuai bagi anak.<br />6. Adanya kelainan bicara pada anak.<br />7. Anak belum memiliki kematangan visual motorik.<br />Untuk mengatasi hal-hal dalam kesulitan membaca tersebut maka peran orang tua sekaligus guru terdekat pada anak berperan membesarkan hati anak dan membantu anak berpikir jernih serta memberi penanganan yang tepat dalam kesulitan membaca. Berikut ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua, antara lain :<br />1. Kalau anak merasa tidak senang membaca, orang tua dapat membantunya mengatur waktu, antara bermain dan belajar. <br />2. Sebaiknya kalimat-kalimat negatif yang dilontarkan orang tua dihindarkan, seperti kata-kata ”bodoh ”, ” dasar pemalas ”, dan lain-lain.<br />3. Tugas yang diberikan kepada anak tidak semata-mata hanya untuk dikerjakan, tetapi untuk membantu dan membimbing anak menyelesaikan masalahnya sendiri. Orang tua dapat menunjukkan kepada anak bahwa membaca itu tidaklah sulit.<br />4. Kalau anak sulit memahami bacaan, orang tua dapat membacakan untuknya, sementara anak berkonsentrasi mendengarkannya, sehingga anak dapat menyenangi bacaan.<br />5. Bila anak kesulitan dalam mendengarkan bacaan dan sulit berkonsentrasi, orang tua dapat membantu menuliskan beberapa kalimat, dan anak disuruh untuk menirukan bacaan tersebut.<br />6. Ketika berbicara pada anak, hindari kalimat yang agak kasar, meskipun hanya bercanda. Karena candaan bisa ditanggapi anak secara serius.<br />7. Untuk anak yang mangalami gangguan dalam hal kesulitan membaca, orang tua dapat memprogramkan secara remedial, dengan mencari dahulu faktor-faktor kesulitan yang dimiliki anak melalui observasi. Lama program terapi ini tergantung pada bentuk kesulitan, keadaan, kemampuan, kemauan, dan bantuan orang tua. Bila kesulitan termasuk berat, perlu diusahakan bantuan tutor.<br /><br />III. Kesimpulan <br />Dari yang telah diuraikan pada hal tersebut maka untuk dapat menumbuhkan minat baca dikalangan siswa dapatlah disimpulkan :<br />1. Buku bacaan dan sumber mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha mengembangkan kebiasaan dan keterampilan membaca. Kedua unsur tersebut dapat menambah perbendaharaan kata, memperkaya informasi, dan dapat meningkatkan motivasi serta mengembangkan wawasan. <br />2. Menumbuhkan minat baca dikalangan siswa itu sangat penting. Tentunya untuk menumbuhkan minat baca dikalangan siswa perlu adanya faktor pendukung yang saling terkait dari berbagai pihak yaitu kepala sekolah, guru, pustakawan, pengawas, orang tua, siswa itu sendiri dan sarana dan prasarana pendidikan. <br />3. Kegiatan yang dapat dilaksanakan menumbuhkan minat baca dikalangan siswa jelas tidak lepas dari peran dan kegiatan Kepala Sekolah, guru, kegiatan pustakawan/guru pustakawan, pengawas, komite sekolah, dan siswa itu sendiri. <br />4. Perlunya bimbingan orang tua untuk menumbuhkan minat membaca siswa sangatlah penting karena orang tua adalah guru pertama di rumah.<br />5. Untuk anak yang mangalami gangguan dalam hal kesulitan membaca, orang tua dapat memprogramkan secara remedial, dengan mencari dahulu faktor-faktor kesulitan yang dimiliki anak melalui observasi. Lama program terapi ini tergantung pada bentuk kesulitan, keadaan, kemampuan, kemauan, dan bantuan orang tua. Bila kesulitan termasuk berat, perlu diusahakan bantuan tutor.<br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-61145799907702078012010-02-13T23:44:00.000-08:002011-04-27T03:38:42.585-07:00Pantun15 Buah Pantun<span class="fullpost"> <br /><br />Kandangan jambatan papan<br />Martapura jambatan wasi<br />Kaganangan di wayah makan<br />Banyu mata gugur ka nasi <br /> <br />Bukan aku mananam pandan<br />Tapi aku mananam kaladi<br />Bukan aku mamandang tampan <br />Tapi aku mamandang budi<br /><br />Amun kutahu manisnya susu<br />Kada kucampur lawan gula<br />Amun kutahu cintamu palsu<br />Kada kuterima dari samula <br /> <br />Manisnya limau di darat<br />Siapa jua ampun tanaman<br />Manisnya nang batahi lalat<br />Siapa jua ampun tunangan<br /><br />Kalau kaka mandi ka hulu<br />Ambilkan ading bunga kambuja<br />Kalau kaka mati dahulu<br />Hadangi ading di lawang surga <br /><br />Jaruju padang jaruju<br />Disangkutakan ka atas dahan<br />Sudah untung nasib diriku<br />Disarahakan kapada tuhan<br /> <br />Tiwadak marimbun daun <br />Tapi sayang kada babuah<br />Hati handak batahun-tahun<br />Tapi sayang inya masih sakulah<br /> <br />Makan karak di dalam panci<br />Makan nasi batambah pulang<br />Awan ba arak nang ditangisi<br />Kakasih jauh di banua urang<br /><br />Buat apa bajalan kaki<br />Amun kada mamakai sandal<br />Buat apa handak babini<br />Amun kada baisi mudal <br /> <br />Kuputik naya si bunga mawar <br />Mawar naitu habang warnanya<br />Hati naini tarasa bagatar<br />Saat dikau nyatakan cinta<br /><br />Matan pasar lama ke barabai<br />Mambawa karung baisi tomat<br />Patuah agama jangan diabai<br />Maka hidup balimpah rahmat <br /> <br />Buah anggur lain pang tumat<br />Jangan ditukar lawan nang lain<br />Amun diri handak tahurmat<br />Hurmatilah urang lain<br /><br />Pasang bandira katuk dauh<br />Naik taksi ka Bati-Bati<br />Supaya cidera jangan tumbuh<br />Baik-baik mambawa diri <br /><br />Dari Barabai ka Kandangan<br />Di tangah jalan baulih sumangka<br />Jangan diabai parintah Tuhan<br />Matinya bisa masuk naraka<br /><br />Gugur mantapuk buah ramania<br />Mantah dimakan tarasa latar<br />Jangan mabuk mancintai dunia<br />Hidup ini hanya sabantar<br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-86594453988298993662010-02-13T23:41:00.000-08:002011-04-27T03:39:57.914-07:00Syair15 Buah Syair<span class="fullpost"><br /><br />Tanam melati di huma-huma<br />Dabur dabur angin sanja<br />Amun jadi hidup bersama<br />Kita mahambur kambang saroja <br /><br />Handak mari-ing kayu baduri <br />Halat sakilan mandua jari<br />Handak guring kada jadi<br />Hati dandam di rasuk mimpi<br /><br />Siuragung di puhun kasturi<br />Buah manggis gugur sabigi<br />Mamakan jagung sambunyi-sambunyi<br />Anak manangis kada dibari <br /> <br />Urang tuha sudahlah lali<br />Mata kabus pandangaran tuli<br />Manyumpah aku kada parduli<br />Manyambah musuh enggan sakali<br /><br />Jalan-jalan ka Ujung Murung<br />Hari panas maurak payung<br />Biar habis duit sakantung<br />Asal dapat nang hidung mancung <br /> <br />Banyak kumbang ditaman bunga<br />Hanya satu nang kupuja<br />Banyak pemuda tampan wajahnya<br />Hanya satu nang kucinta<br /><br />Tulang ikan mas patah dua<br />Agar-agar takipai ka bawah tangga<br />Mambuang naas kala bacinta<br />Agar bahagia dalam barumah tangga<br /><br />Patah tainjak pisau balati<br />Si Atun datang sambil manari<br />Janganlah syak didalam hati<br />Ini syair mahibur diri<br /><br />Ada labu di tangah padang<br />Dirabutakan anak bilalang<br />Malihat mamaku datang<br />Hati sadih manjadi hilang <br /> <br />Jalan-jalan ka kuta Paris<br />Malihat rumah babaris-baris<br />Biar mati diujung karis<br />Asal dapat nang hirang manis<br /><br />Matan mana handak kamana<br />Matan Kalua ka Bandar Cina<br />Amun bulih kaka batanya<br />Ading nang langkar siapa ampunnya <br /> <br /><br />Halabiu tanahnya rata<br />Dikulilingi kumpai banta<br />Kalau anak handak bacinta<br />Bisa-bisa maulas kata<br /><br />Kuumpamakan palita itu lilin<br />Baliuk-liuk ditampur angin<br />Kada nyaman jadi pemimpin<br />Harus ingat rakyat nang miskin <br /> <br />Rasa dan akal, daya dan nafsu<br />Di alam raga nyata basatu<br />Aku maliputi segala liku<br />Matan hujung rambut ka hujung kuku<br /><br />Dadalang simpur bamain wayang<br />Wayang asalnya si kulit kijang<br />Agung dan sarun babun dikancang<br />Kaler bapasang di atas gadang<br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-24338295841123391742010-02-13T23:34:00.000-08:002011-04-27T03:42:04.145-07:00Karangan ilmiahPENGERTIAN TENTANG ISTILAH-ISTILAH DAN KEGUNAANNYA DALAM KARANGAN ILMIAH<br /><br /><br /><br />3.1 PENDAHULUAN<br /> Kita terlebih dahulu harus mendalami pengertian dan kegunaan sejumlah istilah yang sering dipakai dalam penelitian dan penulisan agar dapat meneliti dan menulis sesuai prosedur.<span class="fullpost"><br />3.2 BEBERAPA ISTILAH PENTING<br />3.2.1 Fakta<br /> Fakta adalah laporang tentang sesuatu yang dipikirkan atau dilihat, didengar, dicium, diraskan, dan diraba. Fakta dalam psikologi umumnya bersifat subjektif, tidak dikenal dalam ilmu pengetahuan eksak. Dalam psikologi fakta yang sedang kita pikirkan, yang sedang kita sedihkan atau telah kita mimpikan.Fakta seperti ini disebut bersifat non-ilmiah atau dapat disebut fakta pribadi. Fakta Pribadi adalah fakta yang tidak dapat diperiksa benar tidaknya. Ilmu yang memperlajari tentang fakta-fakta pribadi ini termasuk ke dalam golongan pengetahuan lunak ( soft science ) sedangkan ilmu yang mempelajari tentang fakta-fakta umum mengenai sesuatu di luar jiwa kita termasuk ke dalam golongan ilmu pengetahuan keras ( hard science ). Sesuatu yang kita cari datanya, dapat diraba, dilihat, dicium, dirasakan, dibau sehingga dapat diperiksa benar tidaknya. Fakta ini terbagi menjadi dua yaitu fakta pribadidan fakta umum. Berlainan dengan fakta pribadi fakta umum adalah fakta yang dapat dibuktikan benar tidaknya oleh orang lain, seperti ukuran, panjang, lebar, kekuatan, warna, dan sebagainya.<br />3.2.2 Konkret<br /> Dalam ilmu pengetahuan istilah konkret menunjuk sesuatu yang ada eksistensinya di dunia fisik ini yaitu sesuatu yang berada di luar jiwa kita ata batin kita dapat dibuktikan melalui perabaan, atau penglihatan dan mungkin juga pembauan.Jadi konkret menunjuk benda fisik atau objek, baik spesifik bersifat khusus ( khas ) maupun yang bersifat golongan ( banyak benda ). Contoh objek yang bersifat khusus : Universitas Gadjah Mada, Bengawan Solo, dan Pegunungan Himalaya, yang bersifat golongan : rumah, gunung, gedung , sungai, dan universitas.<br />3.2.3 Abstrak<br /> Dalam ilmu pengetahuan istilah abstrak dan abtraksi itu menunjukkan sesuatu yang tidak nyata adanya di dunia fisik ini. Contoh keadilan, keindahan, kebenaran. Pernyataan : ”Asap gunung Merapi hilang di dalam Atmosfer.” itu benar, tetapi kebenaran itu terutama hanyalah sebagai kualitas pernyataan, jadi kebenarannya konkret. Pernyataan tersebut disebut abtraksi. Asap gunung Merapi ” itu sesuatu yang konkret, dan ” hilangnya asap dalam atmosfer ” itu sesuatu yang abstrak yang hanya ada dalam pikiran dan sebagai sesuatu yang abstrasi tergantung kepada kepekaan dan kekhususan alat pengamatannya dapat diamati. Kemampuan orang membuat abstraksi dan berpikir abstrak tidak dapat diukur. <br />3.2.4 Pernyataan<br /> Pernyataan adalah permakluman sesuatu hal yang disertai keterangan dan penjelasan secukupnya, sehingga memperhatikan kebenaran fakta yang mendasari pernyataan tersebut, merupakan catatan tabiat dan corak benda-benda konkret yang khas, sehingga pernyataan itu bersifat khas. Tulisan ilmiah tidak memberi informasi tentang benda yang khas atau khusus. Pernyataan umum itu bisa terbatas bisa tidak, namun menyangkut benda-benda yang sifatnya tetap khas. Pernyataan : ” Semua dokter di lingkungan Rukun Warga saya bermobil ” Benda yang khas dalam pernyataan itu ialah dokter dan mobil. Pernyataan : ” Di dunia ini tidak ada benda yang langgeng ”, ” benda ” di sini tidak khas dan menyangkut semua golongan benda konkret. Pernyataan dalam karangan ilmiah umumnya berlaku untuk masa yang lalu dan hari ini. Tetapi untuk masa yang akan datang kita tidak mengetahuinya.<br />3.2.5 Hukum<br /> Hukum adalah ketentuan, kaidah, atau patokan yang berkenaan dengan peristiwa-peristiwa alam. Walaupun semua hukum itu pernah diuji satu per satu, namun ada kemungkinan, seluruh atau sebagian hukum yang berlaku sekarang ini ternyata salah di kemudian hari.<br /><br />3.2.6 Hipotesis<br /> Hipotesis adalah pernyataan umu yang belum diuji kebenarannya atau suatu pernyataan generalisasi sementara ( tentatif ) atau suatu teori penyamarataan coba-coba, yang dibuat setelah observasi terhadap beberapa fakta khas. Agar menghasilkan teori diperlukan kerja pembuktian. Pernyataan yang berupa generalisasi tentatif disebut hipotesis kerja. Contoh klasik hipotesis kerja ialah : sifat-sifat unsur, pertama kali dikemukakan oleh Democritus, kemudian dimodifikasi oleh Dalton, Avogadro, Thomson, Rutherford, Bohr dan seterusnya. Sejarah hipotesis kerja tentang sifat-sifat unsur tersebut adalah bukti yang menarik suatu contoh hipotesis yang dalam penelitian kemudian dibuang atau diubah selama berlangsungnya penelitian.<br />3.2.7 Teori<br /> Teori adalah hipotesis yang kaya akan bukti-bukti pendukungnya, yang telah diuji secara mendalam dan diterima secara umum , sehingga menjadi teori yang bulat dan utuh, kalau tidak teori tersebut disebut hanya sebatas teori. Contoh teori evolusi Darwin tentang hubungan filologis antara manusia dan kera yang terkenal belum dikatakan utuh karena tidak ada bukti yang mendukungnya.<br />3.2.8 Dugaan<br /> Dugaan adalah pernyataan yang berdasarkan pada beberapa fakta atau pengalaman, sehingga sebagai khayalan dan angan-angan. Tidak berdasarkan observasi sistematis dan tidak didukung fakta, sehingga tingkat ilmiahnya tergantung siapa yang menduga.<br />3.2.9 Opini ( Opinion )<br /> Opini adalah pendapat atau pernyataan umum khas yang berbeda tingkat kebenarannya dan tingkat ilmiahnya satu dari yang lain, sebagian besar adalah dugaan berdasarkan pengalaman dan dipengaruhi oleh emosi, prasngka, dan selera pribadi.Contoh : ”Direktur yang sekarang ini tidak jujur.”<br />3.2.10 Pertimbangan ( Judgement )<br /> Pertimbangan adalah pendapat ( pernyataan umum ) khas yang dibuat melalui pertimbangan yang berbeda pula tingkat ilmiahnya, karena masih dipengaruhi oleh emosi, prasangka, atau perasaan perorangan. Baik opini dan pertimbangan bukan fakta umum dan tidak dapat dibuktikan benar tidaknya atau tidak didukung bukti ilmiah.<br />3.2.11 Inference<br /> Kesimpulan dan inference dibuat berdasar segala apa yang sudah diobservasi. Kesimpulan atau konklusi adalah ikhtisar yang ditarik dari hasil observasi fakta-fakta dan yang berupa generalisasi umum. Inference dibuat berdasar pada hasil observasi satu atau beberapa fakta khas sehingga tidak dapat untuk membuat generalisasi umum.<br />3.2.12 Implikasi<br /> Implikasi adalah pendapat berdasar pengertian atau suatu konklusi ( kesimpulan ) yang ditarik bukan dari fakta, melainkan dari bukti yang tidak langsung diucapkan dengan kata-kata tapi berupa tarikan perhatian untuk menimbulkan pengertian.<br />3.2.13 Induksi<br /> Induksi adalah proses terbitnya pernyataan-pernyataan umum dan observasi-observasi khas. Contoh : Orang pertama mati, orang kedua mati, orang ketiga mati dan seterusnya. Dari observasi timbullah pernyataan umum : ” Semua orang mati ”.<br />3.2.14 Deduksi<br /> Deduksi adalah proses pengetrapan pernyataan umum yang telah diketahui atau diduga benar, atau proses pengetrapan induksi. Hasil dan proses deduksi itu juga disebut deduksi. Contoh : Aristoteles itu orang. Diketahui semua orang ini mati. ( induksi ) contoh tersebut menunjukkan bahwa ” Semua orang mati ” ini sebagai pendapat dasar, dan Aristoteles mati sebagai proses kesimpulan.<br /><br />3.3 DEFINISI<br />3.3.1 Arti Definisi <br /> Definisi adalah arti suatu kata. Definisi ini diperlukan agar pembaca mengerti dengan jelas, sudut pandangan penulis terhadap problem dan barang apa yang akan dibicarakan.<br /><br />3.3.2 Metode membuat definisi<br /> Membuat definis untuk suatu maksud dapat dipakai metode-metode berikut ini :<br />a. Eksplikasi<br /> Dengan menguraikan arti suatu istilah.<br />b. Analisis<br /> Dengan membagi-bagikan objeknya, jadi semua bagian-bagiannya, kemudian tiap bagian diuraikan.<br />c. Deskripsi<br /> Dengan menguraikan sifat-sifat fisik benda tersebut atau menguraikan menjadi sejumlah detail dari mana definisi itu dibentuk.<br />d. Ilustrasi<br /> Dengan melukiskan proses, mekanisme, organisasi dan prosedur dengan bagan dan lukisan.<br />e. Perbandingan<br /> Dengan membandingkan pengertian benda yang satu dengan yang lain untuk mendapatkan perbedaan ( kontras ) atau kesamaan sesuatu dengan yang biasa dipikirkan.<br />f. Analogi<br /> Analogi adalah kiasan antara dua hal yaitu perbandingan mengenai kualitasnya, akibatnya, dan efeknya.<br />g. Eliminasi<br /> Dengan mengatakan apa yang tidak atau membetulkan konsepsi yang salah dengan jalan mengeliminasi paham yang salah akan memperoleh pernyataan yang benar.<br />h. Deskripsi asal, sebab, dan efek<br /> Dengan mendeskripsikan sebab-sebabnya dan efeknya. Definisi ini biasanya terbentuk setelah bagaimana sesuatu barang atau hal ini terbentuk. Contoh : Listrik adalah daya atau kekuatan, antara lain dinimbulkan karena adanya pergesekan atau dapat terjadi melalui proses kimia.<br /><br /><br />I Etimologi<br /> Dengan menerangkan arti asli asal kata, awalan dan kata akhirannya. Biasanya ini dipakai pada kata-kata yang berasal dari bahasa Latin dan Grik.<br /><br />3.4 PETUNJUK PEMBUATAN DEFINISI<br />3.4.1 Umum<br /> Dalam membuat kerangka mantik definisi tidak memakai asal kata atau kata itu sendiri, gunakanlah istilah-istilah yang lebih dikenal daripada kata yang dicari definisinya, tidak menggunakan sinonim, hindari pemakaian kata yang abstrak atau kata yang kabur, dan tidak terlalu banyak membicarakan tentang istilah yang sedang dicari definisinya.<br />3.4.2 Deduktif<br /> Prosedur disebut deduktif apabila memulai dengan pernyataan umum, kemudian selanjutnya dibuat pernyataan khusus. Contoh : ’ jembatan ’ adalah sebuah struktur yang dibangun melintas di atas sungai, rel kereta api, jalan raya, dan sebagainya untuk jalan lintas kendaraan atau pejalan kaki.<br />3.4.3 Induktif<br /> Mulai dari ilustrasi, perbandingan, analogi, atau beberapa metode lainnya dalam metode pengluasan, dan definisi mantik akhir sebagai pernyataan umum dapat diperoleh kemudian. Contoh : ’ Komputer ’ adalah mesin elektronik yang dengan menggunakan instruksi-instruksi dan informasi-informasi tersimpan dapat menyajikan penghitungan dan perhitungan, penyususnan, korelasi, dan seleksi data secara cepat dan sangat kompleks.<br /><br />3.5 KLASIFIKASI<br />3.5.1 Pengetian tentang Klasifikasi<br /> Klasifikasi adalah proses penyusunan rangkaian obyek menjadi golongan-golongan untuk memperjelas kesamaan dan perbedaannya. <br />3.5.2 Macam-macam Klasifikasi<br />a. Klasifikasi tak terbatas, termasuk semua anggota suatu klas. Contoh otomotif semua otomotif yang tidak tentu tahun pembuatannya.<br />b. Klasifikasi terbatas, hanya yang termasuk suatu bagian dari suatu klas. Contoh otomotif buatan Jepang tahun 1975.<br />c. Klasifikasi formal, adalah cara penggolongan yang sistematis. Contoh : rumah berlantai 2, berlantai 3, dan seterusnya ini lebih formal daripada rumah yang menyenangkan, rumah yang menarik, rumah yang kaku.<br /><br />3.6 ANALISIS DAN LAPORAN ANALISIS<br />3.6.1 Pengertian tentang Analisis<br /> Analisi adalah proses pemecahan tujuan menjadi unsur-unsur terpisah berdiri sendiri. Berdasarkan pada bahan ( material atau materi ) yang dianalisis, maka pengertian analisis perlu dibedakan menjadi 2 macam yaitu analisis fisis dan analisis mantik. Analisis fisis atau analisis kemis terdiri dari pemecahan material atau bahan ke dalam unsur-unsurnya. Analisis mantik terdiri dari pemecahan idea atau konsep ke dalam unsur-unsur mantik. Dalam analisis mantik bahan yang dianalisis adalah produk ingatan atau angan-angan.<br /> Berdasarkan sifat objek bahan yang dianalisis, maka sifat analisis ada 2 macam yaitu formal ( ilmiah ) dan nonformal ( nonilmiah ). Analisis formal bila teliti, tepat dan lengkap, dicatat hal-hal yang eksak. Analisis nonformal yaitu analisis tentang tabiat atau watak orang tidak dapat diperlakukan secara eksak, sehingga analisis tentang tabiat dan watak orang termasuk analisis nonformal.<br />3.6.2 Syarat-syarat bagi seorang penganalisis formal.<br /> a. Memiliki pengetahuan bidang yang ditekuni <br /> b. Penuh kejujuran<br /> c. Bebas Prasangka<br /> d. Penilaian yang baik<br /> e. Kesabaran<br />3.6.3 Organisasi Laporan analisis<br /> Dalam organisasi analisis kita membuat kerangka klasifikasi dan memuat bagian-bagiannya, dan apa yang termasuk dalam bagian-bagian itu. Yang dimaksud dengan laporan analisis ialah berupa susunan kerangka analisis dengan menyajikan bagian-bagiannya, unsur0unsurnya, faktor-faktornya, secara sistematis, tetapi bukan deskripsi bagian-bagian ini. Laporan analisis itu bentuknya seperti sinopsis tetapi bukan sinopsis.<br />3.7 DIAGNOSIS<br /> Diagnosis adalah proses kombinasi antara klasifikasi dan analisis. Proses diagnosis dalam ilmu kedokteran mungkin tepat dipakai kombinasi antara klasifikasi dan analisis ini. Menentukan sesuatu atau apa yang terjadi dengan pasien dengan belajar dari gejala-gejala yang ada, selanjutnya berdasarkan gejala tersebut ia membuat diagnosis ( tentatif ). Dengan metode mengklasifikasikan gejala-gejala dokter tidak bisa menentukan secara pasti ( meyakinkan ) penyakit pasiennya. Ia memerlukan analisis tentang kondisi pasiennya agar dapat menentukan penyakit sesungguhnya atau untuk mengungkapkan gejala-gejala yang timbul.<br /><br />3.8 Deskripsi<br />3.8.1 Bagian-bagian Deskripsi<br /> Tiga bagian deskripsi : Introduksi, deskripsi bagian demi bagian dan kesimpulan. Prinsip yang dipegang dalam deskripsi ialah ’ Pembaca ingin mengetahui tentang apa ’. Mendeskripsi sesuatu itu ialah menceritakan tentang sesuatu sampai bagian-bagiannya dengan maksud semata-mata memberi informasi, atau impresi sesuai yang diinginkan oleh pembaca. <br />a. Introduksi, memuat penjelasan tentang apakah itu, apakah maksudnya atau gunanya, dan sebagaimana bentuknya.<br />b. Deskripsi bagian demi bagian, masing-masing bagian disertai introduksi. Deskripsi bagian dari suatu bagian, sehingga dalam angan-angan pembaca terdapat suatu rantai gambaran bagian, subbagian, dan sub-subbagian.<br />c. Kesimpulan, memuat suatu organisasi deskripsi sehingga fungsi bagian-bagian dalam suatu unit, atau genus benda, atau penelitian.<br />3.8.2 Macam-macam Deskripsi<br />a. Deskripsi mekanisme<br /> Tergantung pada maksud deskripsi, yaitu uraian sifat fisik menjadi detail, maka deskripsi itu dapat dibagi menjadi 2 : Impresionisme dan ilmiah.Deskripsi ilmiah tidak memperhatikan impresi yang terbentuk karena emosi. Deskripsi ilmiah ada 2 macam : umum dan spesifik. Deskripsi ilmiah umum membatasi diri pada corak, ciri, tabiat suatu genus, dan bukan anggota genus itu. Deskripsi spesifik berlaku hanya untuk satu jenis ( spesies ) atau bahkan mungkin untuk satu individu jenis itu saja.<br />b. Deskripsi proses<br /> Deskripsi proses dapat dibagi menjadi 2 ialah :<br />1. Deskripsi impresionistis, dengan maksud utama untuk memberi informasi dan menjelaskan bagaimana impresi penulis terhadap sesuatu benda yang dideskripsi.<br />2. Deskripsi ilmiah, dengan maksud semata-mata untuk memberi informasi.<br />Deskripsi ilmiah terbagi 2 macam : deskripsi ilmiah umum yang memberikan informasi tentang corak, ciri dan tabiat benda suatu genus, dan deskripsi ilmiah spesifik hanya untuk suatu spesies bahkan mungkin hanya satu benda.<br />Deskripsi proses itu berupa ringkasan uraian proses dengan maksud utma memberi definisi untuk melengkapkan pengertian. Deskripsi ini juga berupa ’ cerita ’ tentang proses berbagai langkah yang dikerjakan yang membentuk bagian-bagian garis besar secara mantik. Deskripsi proses yang impresionistis itu non-ilmiah, sebab kata-katanya menunjuk kepada impresi subyektif dan tidak menunjuk kepada fakta tersebut.<br />c. Deskripsi organisasi dan kerangka penelitian<br /> Deskripsinya memerlukan pemecahan ke dalam unsur-unsurnya dan selanjutnya uraian secara sistematis.<br />1. Deskripsi organisasi penelitian<br /> Deskripsi ’organisasi’ penelitian memerlukan pula penguraian bagian-bagiannya dan tanggung jawab masing-masing, kaitannya satu dengan lainnya dan sistem operasinya. Dalam deskripsi ini harus dimaparkan secara jelas, tujuan organisasi, sifat pekerjaan dan lokasinya, jumlah dan kewajiban pengawas, peneliti, dan sistem kerjanya secara kronologis. Deskripsi juga dilampirkan ilustrasi bagian organisasi yang menggambarkan susunan tingkat dari atas ke bawah, dan peta urutan langkah kerja sistem operasinya.<br />2. Deskripsi kerangka penelitian<br /> Kerangka penelitian yang dideskripsi secara benar dan jelas akan membantu lancarnya penelitian. Oleh sebab itu diperlukan pengetahuan mendalam tentang sistem operasi bagian-bagian dan penilaian terhadap kualitas dan kuantitas kerjanya.<br />d. Tujuan deskripsi<br /> Baik yang umum maupun yang spesifik deskripsi ilmiah itu semata-mata untuk memberi informasi. Tujuan deskripsi ilmiah ialah kejelasan. Persyaratan karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut :<br />1. Susunan dan panjang kalimat bervariasi<br />2. Menggunakan kalimat bernada lembut<br />3. Hal-hal penting ditaruh di bagian depan kalimat, disusul hal-hal yang kurang penting.<br />4. Hal-hal pkok disusun dalam kalimat paralel dan susunannya sesuai dengan kaidah-kaidah susunan kalimat paralel.<br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-57308962431481237032010-02-13T23:29:00.001-08:002011-04-27T03:44:03.130-07:00Filsafat bahasaFILSAFAT BAHASA<br /><br />Filsafat adalah induk dari seluruh ilmu pengetahuan, karena filsafat itulah yang baru muncul baru ilmu-ilmu lain.<span class="fullpost"> <br /><br />Dari segi pengertian ilmu pengetahuan terbagi dua yaitu ilmu dan pengetahuan yang mempunyai pengertian berbeda, yaitu :<br />Ilmu adalah apabila segala sesuatu yang didapat secara metode-metode ilmiah. Sedangkan, pengetahuan adalah segala sesuatu yang didapat dari pengalaman, bukannya ilmiah. Seperti halnya Bahasa, Matematika, IPA, IPS adalah pengetahuan bukan ilmu. <br /><br />Ilmu dibagi 3 :<br />1. Ilmu-ilmu Alam : - Fisika<br />- Biologi<br />- Kimia<br />- Teknik Sipil<br /> Mesin<br /> Elektro<br /> Penerbangan<br /> Kimia<br /> dan lain-lain<br />2. Ilmu-ilmu Sosial<br />3. Ilmu-ilmu Humaniora <br />Maka filsafat adalah mengkaji cara berpikir secara radikal, artinya mengkaji secara menyeluruh, yaitu : <br />1. Filsafat Objek material<br /> Objek formal – metode<br />2. Ilmu<br />3. dan Agama <br />Dalam mengkaji filsafat harus menggunakan kata-kata apa ?, mengapa ?, dan untuk apa ?<br /><br />Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani. Oleh karenanya banyak para filsuf berasal dari bangsa Yunani, seperti Aristoteles, Socratis, plato dan lain-lain. Kebanyakan masalah yang timbul dalam pembicaraan filsafat berasal dari kenyataan bahwa para filsuf menggunakan istilah secara menyimpang, berlainan dengan makna yang sebenarnya. Oleh karena itu orang-orang dari kelompok lain berpendapat bahwa bahasa yang dipakai sehari-hari memang kurang kuat, kurang cermat, kurang memenuhi syarat, kurang sesuai sebagai sarana pengantar filsafat. Sehingga bahasa itu samar, tidak lugas, mengandung keraguan, kurang mandiri atau suka tergantung pada konteks dan sering menimbulkan salah paham. <br />Agar dapat sampai kepada filsafat bahasa, ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan. Pertama, tentang informasi linguistik yang akan dipakai dasar untuk memahami ilmu pengetahuan konseptual. Kedua, sumber dari mana informasi itu datang. Ketiga, jenis pembenaran yang harus diterapkan kepada pernyataan-pernyataan linguistik yang menjadi dasar dari dalil-dalil tentang pengetahuan konseptual atau masalah-masalah filsafat. Keempat, bentuk organisasi informasi linguistik. Kelima, cara bagaimana si filusuf bergerak dari bahasa ke filsafat. <br /><br />Perbedaan dua ahli antara filsuf dan Linguis.<br />Filsuf :<br />Tentang sumber darimana informasi teore bahasa universal itu ditarik, dapat dikatakan sebagai berikut. Setiap penutur bahasa yang sehat, sudah dewasa dan sudah menguasai bahasanya secara baik dapatlah dipakai sebagai sumber itu. Para penutur yang dalam keadaan demikian itu biasanya sudah memiliki kompetensi bahasa yang baik. Oleh karena itu, mereka itu sudah dapat dipakai seabagai sumber dari mana keterangan-keterangan bahasa itu dapat ditarik.<br /><br />Tentang jenis pembenaran kepada pernyataan-pernyataan yang dihasilkan oleh para filsuf bahasa kiranya dapat dikatakan bahwa hal itu sama saja dengan jenis pembenaran yang biasanya dipakai oleh para linguis.<br />Tentang bentuk, kiranya para filsuf bahasa dapat menggunakan bentuk organisasi-organisasi teori bahasa sebagai pola pengorganisasian dalil-dalil yang dibuatnya.<br /><br />Akhirnya, tentang bagaimana argumentasi itu sebaiknya diproses, sebaiknya para filsuf bahasa melangkah dari bahasa ke filosofi.<br /><br /><br />Linguis :<br />Linguis adalah ilmu kebahasaan mengkaji masalah bahasa sebagai objek, yang dikaji adalah hakikat bahasa.<br />Pengkajian linguis menyangkut beberapa hal :<br />1. Bunyi bahasa ( Fonologi )<br />2. Bentukan kata ( Morfologi )<br />3. Susunan kalimat ( Sintaksis )<br />4. Makna denotatif ( Semantik )<br />5. Makna Konotatif ( Pragmatik )<br />6. Bahasa dalam masyarakat ( Sosiolinguistik )<br />7. Perbandingan bahasa ( Linguistik bandingan )<br />8. dan lain-lain <br />Dari segi rumpun bahasa, bahasa Jawa satu rumpun dengan bahasanya Bali.<br />Bahasa Banjar satu rumpun dengan melayu Riau.<br />Sebagai bukti bahwa bahasa Proto kita adalah dari Austronesia, adalah sebagai berikut :<br />No. Austronesia Banjar Dayak Mandarin Bugis Jawa<br />1 apuy api apuy api api geni<br />2 atey hati atey ate ati ati<br />3 telu talu telu tallu tellu telu<br /><br /><br />Bahasa proto itu ditemukan daerah tenggara gunung Bromo, Malang.<br />Kelemahan-kelemahan bahasa menurut filsuf :<br />1. Bahasa itu terdapat satu kata yang maknanya lebih dari satu.<br />2. Adanya kekaburan makna, apalagi didalam ungkapan.<br />Makna itu ada artinya apabila adanya lingkungan. Oleh karena itu makna itu mengaburkan para filsafat.<br />Contoh ;<br />Kalimat Anton menendang bola<br />Fungsi S P O<br />Peran Agen Tindakan Penderita<br />Katagore Nomina Verba Nomina<br /><br />Peran dalam bahasa itulah yang dipengaruhi filsafat.<br />Pengetahuan :<br />Filusuf >>>>>> Orangnya<br />Filsafat >>>>>> Nama bidangnya<br />Filosofi >>>>>> Pandangannya<br />Linguistik >>>>>> Nama bidangnya<br />Linguis >>>>>> Orangnya<br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-49345503927276577432010-02-13T23:27:00.000-08:002011-04-27T03:47:36.076-07:00Sosiologi dan SasraSOSIOLOGI DAN SASTRA <span class="fullpost"><br /><br />1.1 Secara singkat dapat dijelaskan bahwa sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat ; telaah tentang lembaga dan proses sosial.<br /><br />Pertanyaan Daiches ( 1956 : 275 ) apakah sosiologi suatu ilim yang normatif terlalu jauh karena menganggap sosiologi suatu ilmu dan istilah ilmu itu sendiri bukannya sesuatu yang tidak kabur artinya dalam kontek ini.<br /><br />Setidaknya kita sepakat bahwa penyelidikan yang dilakukan terhadap struktur masyarakat tertentu, dan penyelidikan tentang tindak-tanduk yang timbul dalam masyarakat tersebut telah terbukti memberikan pengetahuan yang bernanfaat kepada kita.<br /><br />Meskipun sosiologi boleh dianggap bukan suatu ilmu yang normatif tapi ia dapat memberikan pengetahuan yang dapat menimbulkan sikap normatif kalau pengetahuan itu kita olah berdasarkan akal dan kecerdasan kita misalnya seorang yang cerdas akan selalu menyangkutkan hasil penelitian dengan status dan kebutuhan manusia sebagai manusia misalnya saja ia memberikan penafsiran etis terhadap data-data sosiologis tentang beberapa lembaga sosial akibatnya ia bisa memberi penilaian terhadap masing-masing lembaga yang ditelitinya itu yang kriteria penilainya tersebut jelas tidak didasarkan pada sosiologi itu sendiri , namun sosiologi selalu menyediakan data yang segera dapat ditafsirkannya berdasarkan pada ukuran baik-buruk dalam tindak-tanduk manusia.<br /><br />2.2 Sosiologi sastra dan sastra berbagi masalah yang sama , dengan demikian novel genre utama sastra dalam zaman indutri ini dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali dunia sosial yaitu hubungan manusia dengan keluarganya, lingkungannya, politik, negara dan sebagainya, yang dalam pengertian dokumenter murni jelas tampak bahwa novel berurusan dengan tekstur sosial, ekonomi dan politik yang juga menjadi urusan sosiologi.<br /> <br /> Perbedaan yang ada antara sosiologi dan novel adalah bahwa sosiologi melakukan analisis ilmiah yang objektif, sedangkan novel menyusup menembus permukaan kehidupan sosial dan menunjukkan cara-cara manusia menghayati masyarakat dengan perasaannya.<br /><br /> Walaupun ada persamaan objek yang digarap namun ada sesuatu yang di dalam novel yang tidak bisa diganti oleh sosiologi oleh karenanya tampaknya keduanya memiliki kemungkinan yang sama untuk terus berkembang dan mungkin untuk bekerja sama.<br /> <br />2.3 Zaman kita ini telah menyaksikan perkembangan pesat sosiologi agama, sosiologi pendidikan , sosiologi politik, sosiologi ideologi , tetapi sosiologi sastra ternyata munculnya sangat terlambat dan harus diakui bahwa sosiologi sastra belum sepenuhnya merupakan suatu himpunan pengetahuan yang mapan karena mungkin kesulitannya terletak pada kenyataan bahwa yang dihadapi sosiologi sastra adalah unikum yang tidak bisa didekati dengan cara yang sangat subjektif.<br /> <br /> Karya sastra harus didekati dari segi struktur dalam, metafora, penyusunan citra, ritme, dinamika alur, penokohan dan lain-lain dan mereka yang telah mengembangkan pendekatan tekstual terhadap sastra sama sekali menolak pandangan bahwa hal-hal yang bersifat ekstrinsik dapat membantu kita dalam mengungkapkan karya sastra.<br /><br /> Mereka tidak menghendaki campur tangan sosiologi dalam telaah sastra , sebab sosiologi tidak akan mampu menjelaskan aspek-aspek unik yang terdapat dalam karya sastra walaupun sosiologi dapat memberikan penjelasan yang bermanfaat tentang sastra dan harus diakui bahwa telaah sastra dan telaah sosial memerlukan metode dan orientasi yang berbeda-beda.<br /><br /> Pendekatan sosiologi sastra yang banyak dilakukan saat ini menaruh perhatian yang besar terhadap aspek dokumenter sastra ; landasannya adalah gagasan bahwa sastra merupakan cermin zamannya ( cermin langsung dari pelbagai segi struktur sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas dan lain-lain, sehingga tugas sosiologi sastra adalah menghubungkan pengalaman tokoh-tokoh hayali dan situasi ciptaan pengarang itu dengan keadaan sejarah yang merupakan asal-usulnya.<br /><br /> Pendekatan ekstrinsik ini telah mendapat serangan pedas dan bertubi-tubi dari para kritikus sastra antara lain dari Wellek dan Warren ( 1956 : 82 ) dikatakan bahwa biasanya masalah seputar “ sastra dan masyarakat “ bersifat sempit dan eksternal, misalnya para kritikus Marxis yang mereka lakukan sebenarnya bukan kritik sastra melainkan “ penghakiman “ yang didasarkan atas kriteria etis dan politis yang sifatnya nonsastra. <br /><br /> Wellek dan Warren selanjutnya mengatakan bahwa tidaklah jelas pengertiannya apabila dikatakan bahwa sastra mencerminkan atau mengekpresikan kehidupan, walaupun sastrawan mengekpresikan pengalaman dan pahamnya yang menyeluruh tentang kehidupan tetapi jelas keliru kalau ia dianggap mengekpresikan kehidupan selengkap-lengkapnya, dan kita pun mengunakan kriteria evaluatif tertentu apabila beranggapan bahwa sastrawan harus mewakili zamannya dan masyarakatnya.<br /><br /> Keberatan yang diajukan Wellek dan Warren di atas jelas didasarkan pada anggapan dan kesimpulan bahwa pendekatan sosiologi terhadap sastra bersifat sempit – sastra dilihat lewat kaca mata ideologi tertentu dalam hal ini Marxisme yang mereka juga tidak percaya bahwa sastra dapat ditelaah dengan menggunakan “ masyarakat luar “ sebagai ukuran dan sekaligus tujuannya.<br /><br /> Kritikus lain yang melancarkan serangan terhadap campur tangan sosiologi dalam kritik sastra adalah Daiches ( 1956 : 360 – 364 ) pokok pertama yang ditampilkannya adalah hubungan antara data sosiologi dan kritikus sastra misalnya seandainya para ahli sosiologi pada abad kedelapan belas menyediakan data tentang struktur masyarakat Inggris pada saat itu , bagaimana cara seorang kritikus memanfaatkan data tersebut apabila ia ingin menulis esei-esei yang dimuat di majalah Spectator yang sangat terkenal pada abad itu.<br /><br /> Kita dapat menarik kesimpulan bahwa esei-esei itu tinggi nilainya karena telah mampu menjalankan fungsi sosialnya dengan efektif dan jelas dari contoh di atas bahwa jalan memintas dari sosiologi ke sastra tak dapat dibenarkan.<br /><br /> Sebuah analogi dari ilmu kedokteran mungkin dapat lebih menjelaskan masalahnya : bakat luar biasa penyair Inggris John Keats berkembang sewaktu ia menderita penyakit tuberkolosis – sajak-sajak nya buruk ( seperti penyakitnya ) atau tuberkolosisnya yang baik ( seperti sajaknya ).<br /><br /> Daiches beranggapan bahwa pendekatan sosiologi itu pada hakikatnya merupakan pendekatan genetik dengan pertimbangan karya sastra dari segi pandangan asal-usulnya baik yang bersifat sosial maupun individual atau kedua-duanya, ia berpendapat bahwa nilai sosiologi ( yang menjadi penyebab, asal-usul ) tidak dapat dipindahkan ke sastra ( yang menjadi akibat, hasil ) tanpa perubahan apa-apa.<br /><br /> Daiches percaya bahwa ada criteria penilaian karya sastra yang bersumber pada hakikat sastra itu sendiri misalnya hubungan antara nilai meja dengan kondisi pembuatannya.<br /><br /> Kita hanya bisa mengatakan bahwa kejelekan meja itu disebabkan oleh warna, bahan dan bentuknya yang memang buruk sedangkan untuk menentukan keburukan meja itu kita tidak usah keluar dari teori meja, tetapi kita boleh keluar dari teori itu agar dapat menjelaskan mengapa meja bentuknya buruk kalau dihasilkan dengan cara tertentu dalam hal ini produksi secara besar-besaran.<br /><br /> Apabila seorang kritikus meja menganggap sebuah meja buruk setelah ia diberi tahu bahwa meja itu dibuat di bawah kondisi yang tak disukainya , maka jelas bahwa ia tidak menilai meja itu sebagai meja,tetapi sebagai produk sosial. <br /><br /> Sebelum kita menilai sesuatu kita terlebih dahulu harus mengetahui apa yang kita nilai itu sebenarnya , inilah hubungan antara sejarah ( dan sosiologi ) dan sastra, hubungan antara pendekatan genetik dan pendekatan evaluatif adalah apabila langkah pertama yang diambil seorang kritikus adalah mengetahui apa sesusngguhnya karya sastra yang ia hadapi itu, ahli sosiologi dapat membantunya mencarikan jawaban.<br /><br />2.4 Penjelasan sikap Daiches di atas menunjukkan bahwa ia masih melihat adanya manfaat data sosiologi untuk kritik sastra yaitu sosiologi dapat membantu kritikus terhidar dari kekeliruan tentang hakikat karya sastra yang ditelaah dan kritik sosiologi disini berfungsi deskriptif yang penting untuk mendahului penilaian.<br /><br /> Kritik sosiologi juga dapat mengembangkan pengetahuan kita dengan memberikan keterangan tentang misalnya mengapa kelemahan menjadi cirri khas periode tertentu dan kalau seorang kritikus sastra menganggap suatu karya sastra tertentu bersifat sentimental, seorang sejarawan social dapat menjelaskan seba-sebab sosial sentimental tersebut.<br /><br /> Dalam hubungannya dengan kritik dan sosiologi, Daiches berpendapat bahwa kritik sosiologi paling bermanfaat apabila diterapkan pada prosa dan kurang berhasil kalau diterapkan pada puisi lirik, karena dalam kesusastraan Inggris misalnya novel banyak tergantung kepada apa yang dianggap penting seperti hubungan-hubungan sosial, cinta, perkawinan, pertengkaran, dan pertunjukkan, pencapaian atau pengguguran status sosial dan sebagainya, sedangkan puisi lirik cenderung untuk mengkomunikasikan pandangan perseorangan terhadap kenyataan.<br /><br />2.5 Tentang hubungan antara sosiologi dan sastra, Swingewood ( 1972 : 15 ) mengetengahkan pandangan yang lebih positif, ia mengingatkan bahwa dalam melakukan analisis sosiologi terhadap karya sastra kritikus harus berhati-hati mengartikan slogan “ sastra adalah cermin masyarakat “ dan slogan itu melupakan pengarang, kesadaran dan tujuannya, ia juga menyadari bahwa sastra diciptakan pengarang dengan menggunakan seperangkat peralatan tertentu.<br /><br /> Sastra karya pengarang besar melukiskan kecemasan, harapan dan aspirasi manusia oleh karena itu barangkali ia merupakan salah satu barometer sosiologis yang paling efektif untuk mengukur tanggapan manusia terhadap kekuatan sosial , dan karena sastra akan selau mencerminkan nilai-nilai dan perasaan social dapat diramalkan bahwa semakin sulit nantinya mengadakan analisis terhadap sastra sebagai cermin masyarakatnya sebab masyarakat semakin menjadi rumit.<br /><br /> Pendekatan sosiologis terhadap sastra dapat dilaksanakan sebaik-baiknya asal si kritikus tidak melupakan dua hal yaitu : (a). peralatan sastra murni yang dipergunakan pengaran besar uantuk menampilkan masa social dalam dunia rekaannya dan (b). pengarang itu sendiri lengkap dengan kesadaran dan tujuannya.<br /><br /><br />PELOPOR TEORI SOSIAL SASTRA<br /><br /><br />3.1 Salah satu dokumen yang tertulis yang memuat “ teori “ aoaial sastra adalah karya Plato, seorang filsuf Yunani yang hidup di abad kelima dan keempat sebelum Masehi dalam bukunya yang berjudul Ion dan Republik menyinggung-nyinggung tentang hubungan yang ada antara sastra dan masyarakat yang teorinya tentang paranan sastra dalam masyarakat terutama diungkapkannya dalam Republik Bab II dan X.<br /><br /> Plato menyinggung peranan sastra dalam masyarakat, dalam pembicaraannya itu ia menggunakan kata “ penyair “ untuk “ sastrawan “ sebab pada zaman itu semua bentuk sastra ditulis dalam karya sastra puisi.<br /><br /> Menurut Plato segala sesuatu yang ada di dunia ini sebenarnya hanya merupakan tiruan dari kenyataan tertinggi yang berada di dunia gagasan.<br /><br /> Dalam teori itu disebut-sebut tentang tiga macam “ seniman “ yaitu seniman pengguna, seniman pembuat dan seniman peniru dan dari urutan itu jelas bahwa yang tertinggi nilainya menurut Plato adalah seniman pengguna yang kedua pembuat dan yang ketiga adalah peniru.<br /> <br /> Bagian lain karangan Plato menjelaskan tentang pentingnya sastra bagi pendidikan anak, ia beranggapan bahwa cerita-cerita yang beredar di masyarakat harus disensor terlebih dahulu sebelum disampaikan pada anak karena anak itu sebaiknya hanya menerima cerita yang tidak mengandung hal-hal yang mungkin bisa menyesatkannya atau yang hasilnya negatif<br /><br /> Plato berkeyakinan bahwa setiap warga republik yang diidamkannya harus lebih banyak menggunakan pikiran sehatnya dan bukan perasaan dan bagi Plato puisi menyuburkan perasaan dan mengeringkan akal sehat sedangkan penyair adalah makhluk yang tidak memberikan manfaat apa pun pada masyarakat oleh sebab itu puisi dan penyair harus dijauhkan dari masyarakat.<br /> <br /> Pandangan Plato tentang peranan sastra dan sastrawan dalam masyarakat didasarkan pada kegunaan praktis saja dan pandangan ini agak aneh karena justru ditampilkan oleh seorang filsuf yang merasa yakin bahwa kenyataan tertinggi berada di dunia ini tetapi di dunia gagasan.<br /><br /> Meskipun teori filsuf ini kemudian dirobohkan oleh beberapa penulis sesudahnya antara lain Aristoteles Plato penting diingat sebagai salah seorang pemula yang menampilkan teori tentang hubungan sastra dan masyarakatnya , dan hurus diakui bahwa beberapa teori modern tentang hubungan sastra dan masyarakat masih ada kaitannya dengan beberapa pandangan dasar yang disodorkan oleh filsuf itu antara lain menyangkut kecurigaan terhadap sastrawan khususnya dan seniman umumnya.<br /><br />3.2 Para penulis pada waktu itu memperbincangkan pengaruh lingkungan terhadap sastra , salah satu yang menarik pembicaraan mereka itu adalah pendapat bahwa epik cocok untuk suatu macam masyarakat tertentu yakni yang “ masih kasar “ dan tidak begitu sesuai untuk masyarakat yang “ sudah halus “, dan dari pandangan serupa jelas bahwa faktor lingkungan mulai dianggap penting bagi perkembangan sastra, , istilah “lingkungan” disini diartikan sebagai himpunan faktor-faktor fisik terutama cuaca dan geografis ditambah dengan yamg agak kabur pengertinya yaitu “ watak bangsa “ dan “ kebebasan “, bisa juga iklim sebagai faktor utama yang bisa menciptakan perangai bangsa yang kemudian menghasilkan lembaga-lembaga sosial dan politik yang dapat mendorong atau menghalangi perkembangan sastra. <br /><br /> Tulisan-tulisan pada abad itu mengungkapkan pentingnya peran dokumenter sastra dalam hal ini ada pandangan yang dengan tegas menyatakan bahwa lakon adalah potret yang tepat dari tata cara dan tingkah laku orang-orang pada zaman naskah itu ditulis, pandangan inilah menyiratkan bahwa sastra bisa memegang peranan penting dalam penyusunan sejarah sosial dan selanjutnya faktor-faktor geografis mendapat perhatian yang semakin besar dalam hubungan pengaruhnya terhadap perkembangan sastra. <br /><br /> Kritikus penting pertama yang menyusun teori tentang pentingnya pengaruh factor geografis terhadap sastra adalah Johana Gottfried von Herder, ia menulis puisi yang termasuk periode klasik sastra Jerman, gagasan pentingnya adalah penolakkannya terhadap pandangan Kant tentang rasa keindahan yaitu Kant beranggapan bahwa rasa keindahan hanya dapat ditimbulkan oleh suatu penilaian murni tanpa pambrih sebaliknya Herder beranggapan bahwa setiap karya sastra berakar pada suatu lingkungan sosial dan geografis tertentu dan dalam beberapa tulisannya yang lain Herder menggunakan sejarah sebagai acuan untuk menganalisis sastra; lebih jauh lagi dipergunakannya sebagai alat untuk memahami sejarah.<br /><br /> Herder juga sering menyebut-nyebut tentang adanya hubungan sebab musabab antara sastra dengan “ jiwa zaman “ dan “ jiwa bangsa “.<br /> Kritikus lain yang menghubungkan sastra dengan iklim, geografis dan lingkungan sosial adalah Madame de Stael wanita Prancis , ia menulis novel, buku sejarah, dan kritik, bukunya yang banyak mendapat perhatian adalah “ De la Litterature Consideree dans ses Rapports eves les Institutions “ ia membicarakan hubungan yang ada antara sastra dan lembaga-lembaga sosial yang maksud utamanya adalah untuk membicarakan pengaruh agama, adat-istiadat, dan hukum terhadap sastra dalam pengertian sastra adalah segala tulisan yang melibatkan penggunaan pikiran, kecuali ilmu fisika.<br /><br /> Metafisika dan fiksi dihubungkannya dengan berbagai factor terutama iklim, berdasarkan pandangan itu di Eropa terdapat dua macam sastra yaitu Sastra Utara dan Sastra Selatan.<br /><br /> Menurut kritikus wanita ini iklim bukan satu-satunya factor yang mempengaruhi sastra , ia juga menyatakan bahwa sifat-sifat bangsa penting sekali perannya dalam perkembangan sastra di suatu daerah, menurutnya bentuk novel hanya bisa berkembang di dalam masyarakat yang memberikan status cukup tinggi kepada wanita dan yang menaruh perhatian besar terhadap kehidupan pribadi.<br /><br /> Meskipun dilakukan dengan cara sederhana dan tidak begitu sistematis langkah penting ke arah penelaahan sosial sastra telah dimulai, pengungkapannya tentang peran pembaca wanita dan kaum kelas menengah dalam perkembangan novel menunjukkan bahwa pandangan Madame de Stael benar-benar bersifat sosial.<br /><br /> Dalam pandangan selanjutnya pendekatan sosiologi terhadap sastra terbagi menjadi dua jalur utama yang pertama adalah pandangan yang kemudia dikenal sebagai positivisme yaitu usaha untuk mencari hubungan antara sastra dan beberapa factor seperti iklim, geografis dan ras, pandangan ini menyatakan bahwa tidak ada ukuran mutlak dalam penilaian sastra , penilaian artistic sepenuhnya tergantung pada waktu, tempat dan fungsinya.<br /><br /> Jalur kedua menolak sikap empiris ini dalam pendangan ini sastra bukanlah sekedar pencerminan masyarakatnya tetapi sastra merupakan usaha manusia untuk menemukan makna dunia yang semakin kosong dari nilai-nilai sebagai akibat adanya pembagian kerja, pandanga ini menomorsatukan nilai aspek-aspek lain dalam penelaahan sastra , sosiologi sastra terutama berupa penelaahan nilai-nilai yang harus dihayati oleh orang-orang dan masyarakat.<br /><br />3.3 Orang yang dianggap sebagai peletak dasar-dasar mazbah genetic dalam kritik sastra adalah Hippolyte Taine filsuf dari, sejarawan, politisi dan kritikus Prancis, yang dianggap sebagai pemuka aliran naturalisme Prancis telah berhasil tampil sebagai kritikus yang sangat cemerlang pada masanya dan salah satu bukunya adalah “ Histoire de Ia Litterature Anglaise ( 1865 ) yang merupakan telaah sosiologi tentang sastra Inggris, menjadikannya seorang tokoh yang sangat terhormat di dunia Internasional.<br /><br /> Disamping beberapa kekurangan yang ada Taine mencoba mengembangkan suatu wawasan yang sepenuhnya ilmiah yang menganggap sastra dan seni dapat diselidiki dengan metode-metode seperti yang digunakan di dalam ilmu alam dan pasti, baginya sastra bukanlah sekedar permainan imajinasi yang pribadi sifatnya, tetapi merupakan rekaman tata cara zamannya suatu perwujudan macam pikiran tertentu.<br /><br /> Jelas bahwa sosiologi sastra yang berdasarkan pada positivisme semacam itu yakni yang menganggap sastra sebagai cermin , sebagai dokumen harus siap untuk membicarakan segala macam sastra yang buruk, yang baik yang apapun macamnya.<br /><br />Taine bukanlah penganut positivisme murni seperti halnya kebanyak ahli sosiologi sastra ia berpendapat bahwa sastra hanya bisa dianggap sebagai dokumen apabila ia merupakan monumen, dan hanya pujanggalah yang sungguh-sungguh besar saja yang mampu “ menggambarkan “ zamannya sepenuh-penuhnya.<br /><br />Taine kemudian menentukan sebab-sebab yang menjadi latar belakang timbulnya sastra besar, ia mengajukan tiga konsep ras, saat dan lingkungan ( milieu ) dan hubungan timbale balik antara ras, saat dan lingkungan inilah yang menghasilkan struktur mental yang praktis dan spekulatif.<br /><br />Taine memberi batasan tentang ras dari segi cirri turun-temurun seperti perangai, bentuk tubuh dan lain-lain dan konsep kedua adalah saat Taine menyodorkan batasa dengan berbagai cara yang sering muncul dalam tulisannya adalah bahwa saat tak ada bedanya dengan jiwa zama dalam pengertian ini saat dapat berarti periode yang memiliki suatu gambaran khusus tentang manusia dan bisa juga diartikan tradisi sastra yakni pengaruh atas sastra pada zaman sesudahnya.<br /><br />Taine ternya lebih tertarik untuk membicarakan konsep ketiga yaitu lingkungan, teori lingkungan ini mencoba memberikan penjelasan tentang asal-usul sastra oleh karena Taine disebut-sebut sebagai bapak kritik sastra genetik.<br /><br />Bagian tulisan Taine yang paling berharga untuk perkembangan sosiologi sastra adalah pandangannya tentang masyarakat pembaca dikatakannya bahwa sastra selau menyesuaikan diri dengan cita rasa masyarakat pembacnya sebagai contoh diambilnya dua orang penyair Eropa yang pertama Alfred Tennyson penyair Inggris dan Alfred de Nusset penyair Prancis.<br /><br /> Taine ternyata berpandangan bahwa meskipun faktor-faktor luar memang menentukan karya sastra, yang lebih menentukan lagi adalah faktor kejiwaan, pandangan inilah yang juga mengokohkannya sebagai bapak aliran genetik dalam kritik sastra yakni yang mencoba mengungkapkan asal-usul karya sastra berdasarkan keadaan kejiwaan si pengarang.<br /><br /> Pandangannya yang terakhir itu bertemu dengan pandangannya yang telah dijelaskan terdahulu tentang karya sastra besar sebagai dokumen ia menghadapi dilema yaitu kontradisi untuk menerapkan teori materialisnya pada keinginannya untuk menghargai otonomi jiwa kreatif sehingga ia memilih hanya karya-karya utama saja sebagai bahan analisnya.<br /> <br /> Wellek dan Warren ( 1956 : 92 ) mengatakan bahwa tanpa mengetahui metode artistik yang dipergunakan oleh pengarang dalam teks kita akan bisa membuat kesimpulan yang keliru tentang kenyataan sosial yang ada sebelum menerapkan anggapan tentang “ sastra sebagai cermin masyarakat “ , kita harus terlebih dahulu mengetahui apakah karya itu realistis atau karikatural atau romantis atau satiri, jadi yang pertama dan utama harus kita lakukan adalah memahami metode artistik tersebut.<br /><br /> Taine mengatakan bahwa lingkungan terutama menentukan karya sastra, kenyataan ini membuktikan bahwa meskipun selama waktu antara abad Pertengahan dan zaman kebangkitan kapitalisme tidak terjadi perubahan teknologi yang radikal, kehidupan kebudayaan terutama sastra mengalami perubahan-perubahan yang paling dasar dan kenyataan lain sastra tidak selamanya tangkas dalam menyadari adanya perubahan teknologi.<br /><br /> Taine telah mengembangkan suatu teori social sastra tetapi ia tidak berhasil menciptakan metode yang sistematis untuk menerapkannya, namun para penulis yang hidup dalam abad sesudahnya mencoba untuk memanfaatkan beberapa pokok pikirannya dianyaranya dengan memberi batasan yang lebih tegas kepada pengertian lingkungan yaitu sebagai faktor-faktor ekonomi dan kelas sosial.<br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-26285150127684146582010-02-13T23:24:00.000-08:002011-04-27T03:52:00.935-07:00Perpustakaan SekolahPENGADAAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH<br /><br />A. Pengertian Perpustakaan Sekolah<br />Secara etimologis, perpustakaan berasal dari kata “ Pustaka,” yang berarti buku. Buku atau kitab adalah rangkaian tulisan berisi buah pikiran manusia yang sekaligus merupakan cermin budaya bangsa yang mengungkapkan rasa, cipta , dan karsa guna dibaca orang lain. Sementara perpustakaan mengandung arti kumpulan buku – buku yang disusun, ditata secara rapi, teratur menurut sistem tertentu, berdasarkan disiplin ilmu yaitu ilmu perpustakaan ( Koswara, 1998 : 1 ).<span class="fullpost"><br />Memahami perpustakaan secara umum merupakan dasar memahami perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah merupakan bagian dari perpustakaan secara umum. Perpustakaan bukanlah hal yang baru di kalangan masyarakat, di mana-mana telah diselenggarakan perpustakaan, seperti di sekolah-sekolah, baik sekolah umum maupun sekolah kejuruan, baik sekolah dasar maupun sekolah menengah.<br /> Banyak orang yang membuat definisi yang salah terhadap perpustakaan. Penyebab kesalahan itu karena mereka membuat definisi perpustakaan itu berpatokan dengan arti perpustakan secara etimologi. Mereka berasumsi bahwa perpustakaan itu adalah buku-buku, sehingga setiap tumpukan buku pada suatu tempat tertentu selalu diidentikan dengan perpustakaan. Padahal tidak semua tumpukan buku dapat dikatakan perpustakaan. Memang salah satu ciri perpustakaan adalah adanya bahan pustaka atau sering disebut koleksi pustaka. Tetapi masih ada ciri pokok perpustakaan yang lebih mengarah kearti perpustakaan yang sebenarnya. Ciri pokok perpustakaan adalah :<br />1. merupakan suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu.<br />2. mengelola sejumlah bahan pustaka. Pustaka di sini bukan hanya buku-buku tetapi juga bukan buku ( non book material ) seperti majalah, surat kabar, brosur, micro film, peta, globe, gambar-gambar dan lain-lain sesuai keperluan pemakainya, disusun, disimpan rapi dan ddikelola secara baik menurut aturan tertentu seperti diinventarisasi, diklasifikasi, dibua kartu katalog, dilengkapi lidah buku, label buku, kantong buku, kartu buku, dan sebagainya.<br />3. digunakan oleh anggota/pemakainya sesuai dengan unit kerjanya. Misal kalau sekolah digunakan oleh siswa, guru dan karyawan sekolah lainnya.<br />4. sebagai sumber informasi bagi semua pemakainya. Dengan kata lain tumpukan buku yang dikelola dengan baik dan dapat memberikan informasi kepada yang memerlukan.<br />Berdasarkan ciri pokok tersebut maka definisi perpustakaan adalah sebagai berikut :<br />Perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka, baik berupa buku maupun bukan buku yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi setiap pemakainya.<br />Menurut Supriyadi, perpustakaan sekolah adalah ” perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah guna menunjang program belajar mengajar di lembaga pendidikan formal tingkat sekolah baik dasar maupun sekolah menengah, baik sekolah umum maupun sekolah Lanjutan ”. ( Supriyadi, 1982 ; 1 ). <br /> Menurut CARTER V. GOOD definisi perpustakaan sekolah adalah perpustakaan sekolah merupakan koleksi yang diorganisasi di dalam suatu ruang agar dapat digunakan oleh murid-murid dan guru-guru, yang penyelenggaraannya diperlukan seorang pustakawan yang diambil dari seorang guru Ia menjelaskan sebagai berikut :<br />“ An organized collection of housed in a school for the use of pupils and teachers and in charge of librarian of a teacher.” ( Carter V. Good, 1945 ; 241 ) <br />Untuk mengelola perpustakaan sekolah sebainya ditunjuk seorang guru yang dianggap mampu mengelola perpustakaan sekolah, alasannya adalah akan mudah menginegrasikan penyelenggaraan perpustakaan dengan proses belajar mengajar.<br />Menurut Satuan Tugas Koordinasi Pembinaan Perpustakaan Sekolah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur, perpustakaan sekolah adalah “ koleksi pustaka yang diatur menurut system tertentu dalam suatu ruang, merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar dan membantu mengembangkan minat bakat murid.” ( SATGAS KPPS, 1982 ; 1 ). Sedangkan Ibrahim Bafadal dalam bukunya Pengelolaan perpustakaan sekolah, perpustakaan sekolah merupakan suatu unit kerja dari satu badan atau lembaga tertentu yang mengolah bahan-bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan yang diatur sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat dipergunakan sebagai sumber informasi oleh setiap pemakainya. <br />Dengan demikian pengertian perpuastakaan sekolah adalah suatu unit kerja yang mengkoleksi bahan-bahan pustaka yang berisi berbagai sumber informasi yang berupa buku – buku ilmu pengetahuan atau yang lainnya sebagai sumber belajar warga sekolah yang disusun rapi, ditata rapi, teratur menurut sistem tertentu, yang dikelola oleh suatu badan penyelenggara pendidikan atau lembaga pemerintah maupun sekolah, yang ada dilingkungan sekolah, guna mendukung aktivitas dan tercapainya tujuan pendidikan secara optimal.<br />Perpustakaan sekolah bisa juga diartikan sebagai :<br />1. Kumpulan berbagai macam buku ilmu pengetahuan sebagai sumber belajar bagi semua warga sekolah.<br />2. Tempat warga sekolah mencari berbagai macam informasi untuk melengkapi, memperjelas, untuk mengingatkan kembali, memperkaya ilmu pengetahun dan wawasannya.<br />3. Merupakan salah satu bentuk komponen penting yang mutlak ada di sekolah sebagai penunjang pelaksanaan pendidikan di sekolah.<br />Yang dimaksud dengan warga sekolah disini adalah siswa, guru, staf / karyawan sekolah yang lain. <br />Berdasarkan beberapa uraian tersebut, maka definisi perpustakaan sekolah adalah unit kerja suatu sekolah yang mengelola kumpulan bahan pustaka, baik yang berupa buku-buku maupun bukan buku yang diatur secara sistematis menurut sistem tertentu di dalam suatu ruang sehingga dapat digunakan oleh murid, guru dan karyawan sekolah lainnya dalam proses belajar mengajar.<br /><br />B. Dasar hukum pengadaan perpustakaan sekolah <br />1. Penjelasan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional RI Nomor 2 tahun 1989 pasal 35 yang mengharuskan setiap satuan pendidikan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat untuk menyediakan sumber belajar yang paling penting adalah perpustakaan.<br />2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas ) pasal 45, ayat 1 disebutkan bahwa setiap pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan .<br />3. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar pasal 9 ayat 1 menegaskan ” Pengadaan, pendayagunaan, dan pengembangan tenaga kependidikan, kurikulum, buku pelajaran, dan sarana pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah tanggung jawab menteri.”<br />4. Surat Keputusan Direktur Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar Nomor 069a/C2/SK/2006 tanggal 27 Januari 2006 tentang Pengadaan sarana sekolah dan perpustakaan.<br />5. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional, tanggal 21 Juli 2004 pasal 10 ayat 2 dan 3 tentang pengadaan buku perpustakaan sekolah bisa dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat membantu pengadaan buku pelajaran kepada satuan pendidikan dalam bentuk hibah uang / subsidi.<br /> <br />C.Fungsi dan tugas perpustakaan sekolah <br />Semua perpustakaan di seluruh dunia mengumpulkan buku, majalah, dokumen negara dan lain-lain. Beberapa perpustakaan juga mengumpulkan hasil karya seni lukis. Perpustakaan itu merupakan tempat utama untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang didokumentasikan dan merupakan sumber informasi. Perpustakaan itu berfungsi untuk menyediakan bahan perpustakaan untuk memperkaya kurikulum dan ilmu, menyediakan bacaan waktu senggang, dan melatih serta menanamkan ’library habit’ kepada para pembaca dan anggota masyarakat umumnya. Ditinjau secara umum perpustakaan sekolah sebagai pusat belajar. Apabila dilihat dari tujuan siswa mengunjungi perpustakaan adalah ada yang bertujuan belajar, ada yang memperoleh informasi, bahkan ada yang bertujuan hanya sekedar untuk mengisi waktu luang atau sifatnya rekreasi. Berikut ini dijelaskan beberapa fungsi perpustakaan sekolah :<br />1. Fungsi edukatif.<br /> Adanya berbagai macam buku baik yang pengadaannya sesuai kurikulum sekolah tersebut dapat menunjang penyelenggaraan pendidikan di sekolah maupun yang tidak sesuai kurikulum di perpustakaan sekolah dapat meningkatkan minat baca anak hingga sampai penguasaan teknik membaca, dan dapat membiasakan anak hidup mandiri.<br />2. Tujuan informatif.<br /> Sudah jelas perpustakaan menyediakan bahan pustaka sebagai sumber infomasi. Kalau perpustakaan yang sudah maju tidak hanya menyediakan buku sebagai sumber informasi, tetapi juga menyediakan bahan lain.<br />3. Tujuan tanggung jawab administrasi<br /> Fungsi ini tampak pada kegiatan sehari-hari pustakawan dan peminjam yang berkaitan dengan pengadministrasian.<br />4. Fungsi riset.<br /> Bagi siswa yang melakukan penelitian, ia mengumpulkan data/keterangan dari perpustakaan.Dengan kata lain mereka bisa melakukan riset literatur atau yang dikenal dengan sebutan ” Library research ”.<br />5. Fungsi rekreatif.<br /> Secara fisik mengunjungi perpustakaan, tetapi secara psikologis seseorang rekreasi di perpustakaan. Dengan membaca buku yang isinya indah akan berpengaruh terhadap kejiwaan seseorang.<br />Dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Agama Islam Tingkat Atas, secara umum perpustakaan sekolah berfungsi sebagai :<br />1. sebagai pusat ilmu pengetahuan<br />2. sebagai pusat informasi<br />3. sebagai saran belajar mengajar<br />4. sebagai pusat penelitian<br />5. sebagai tempat rekreasi<br />6. sebagai sumber inspirasi <br />Kalau kita perhatikan secara khusus, sebagai salah satu komponen pendidikan yang ikut menentukan keberhasilan pelaksanaan pendidikan nasional kita, perpustakaan sekolah berfungsi sebagai :<br />1. sumber ilmu pengetahuan bagi guru, siswa dan karyawan sekolah lainnya yang diperlukan.<br />2. salah satu sarana penunjang bagi kelancaran pelaksanaan pendidikan.<br />Karena fungsi perpustakaan sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan, perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu murid-murid dan guru dalam menyelesaikan tugasnya masing-masing dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu bahan-bahan pustaka harus mampu menunjang kegiatan proses belajar mengajar. Bahan pustakan yang dapat menunjang proses belajar mengajar itu dalam pengadaannya, hendaknya mempertimbangkn beberapa hal seperti kurikulum sekolah tersebut, minat para pembaca, dan lain-lain, sehingga akan lebih bermanfaat. Indikasi manfaat tersebut tidak hanya dilihat dari tingginya nilai prestasi anak, tetapi lebih jauh lagi antara lain anak mampu mencari, menemukan, menyaring, menilai informasi, terbiasa belajar, terlatih mandiri dan bertanggung jawab, selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, mempercepat penguasaan bahan, membantu perkembangan kecakapan berbahasa, membantu kecakapan bertindak dan berfikir dalam menghadapi masalah, dan sebagainya. <br />Dengan demikian perpustakaan sekolah bertugas menyediakan semua fasilitas yang diperlukan oleh siswa, guru dan karyawan sekolah ( pemakainya ) dan menugaskan pustakawan mengelolanya sesuai dengan aturan dan mekanisme yang telah ditentukan secara sistematis.<br /> Ditinjau dari fungsi, tugas, dan pemakainya, secara garis besar perpustakaan itu ada lima macam yaitu Perpustakaan Nsional, Perpustakaan Umum, Perpustakaan Khusus, Perpustakaan Perguruan Tinggi, dan Perpustakaan Sekolah. <br /><br />D. Tujuan pengadaan perpustakaan sekolah.<br /> Perpustakaan sekolah akan berfungsi sebagai sumber belajar dan sumber informasi apabila di dalamnya tersedia banyak bahan pustaka. Sepandai apapun seseorang tetap memiliki pengetahuan dan kemampuan yang terbatas. pengetahuan yang telah dimiliki sering terlupakan. Untuk itu perlu perpustakaan sebagai sumber ilmu pengetahuan untuk siswa, guru, dan karyawan sekolah lainnya. Makin banyak buku di perpustakaan sekolah, makin lengkap pula sumber ilmu pengetahuan yang diperlukan.<br />Dengan membaca buku-buku perpustakaan siswa dapat melengkapi atau memperjelas bahan pelajaran yang diterimanya di kelas, memperkaya ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan, meningkatkan minatnya untuk belajar sungguh-sungguh. Dengan membaca buku-buku perpustakaan guru bisa memperkaya diri dengan berbagai ilmu pengetahuan, menyiapkan dan memantapkan diri dengan bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan, lebih percaya diri melaksanakan kegiatan belajar mengajar sehingga kualitas prestasi belajar siswa bisa meningkat..<br />Mengingat perpustakaan sekolah sebagai sarana yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap sekolah yang secara langsung mempengaruhi dan mendukung aktivitas , proses pembelajaran dan pencapaian hasil belajar yang optimal di sekolah, maka pengadaan perpustakaan sekolah sangat diharapkan. Pengadaan perpustakaan sekolah bertujuan untuk :<br />1. Memenuhi kebutuhan sekolah akan berbagai informasi, baik itu berupa ilmu pengetahuan, pedoman/petunjuk, yang mendukung kelancaran proses pembelajaran.<br />2. Memperbaharui bahan yang ada, sehingga sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan program pendidikan yang dilaksanakan <br />3. Melengkapi dan menambah koleksi perpustakaan<br /><br />E. Mekanisme pengadaan perpustakaan sekolah <br />Untuk memiliki perpustakaan yang memadai bahkan yang lengkap bukanlah suatu hal yang mudah. Hal itu karena pengadaan perpustakaan sekolah ini hendaknya memperhatikan beberapa faktor yang menjadi acuan pertimbangan antara lain : ketersediaan dana, kemudahan pengadaan, keefektifan dan keefisienan. Dengan memperhatikan faktor tersebut, maka pihak sekolah tidak mungkin memiliki perpustakaan yang memadai tanpa bekerja sama dengan pemerintah, instansi-instansi lain / pihak- pihak lain. <br />Mekanisme pengadaan perpustakaan sekolah melalui dua tahap yaitu tahap perencanaan dan tahap pengadaan.<br /><br />a. Tahap perencanaan<br />Gagasan untuk merintis pengadaan perpustakaan sekolah ini, harus muncul dari pihak sekolah, yaitu Kepala Sekolah, guru-guru dan karyawan sekolah lainnya. Dalam tahap perencanaan, pihak sekolah melakukan pendataan kebutuhan, karena merekalah yang mengetahui situasi dan kondisi sekolah, seperti ketersedian prasarana berupa gedung / ruang, jumlah koleksi buku yang dimiliki, perlengkapan-perlengkapan yang tersedia dan menunjang penyelenggaran perpustakaan sekolah. Kegiatan pendataan ini melibat guru, pengelola perpustakaan, dan orang tua murid ( Komite sekolah ). Gagasan itu dirapatkan dengan seluruh staf sekolah dan Komite. Seandainya disetujui, maka pada rapat tersebut langsung saja disusun rangcangan pengadaan perpustakaan sekolah untuk dilaporkan atau diusulkan kepada instansi atasan yang bersangkutan. <br /><br />Rancangan tersebut harus mencakup hal-hal sebagai berikut :<br />- Latar belakang pendirian perpustakaan sekolah.<br />- Tujuan pendirian<br />- Rencana personalia.<br />- Struktur organisasi.<br />- Cara pencarian dana pengadaan dan pembinaan perpustakaan.<br />- Modal yang sudah tersedia untuk pengadaan sarana prasara dan bahan-bahan pustaka, dan lain-lain.<br />Selanjutnya Susunan Rencana pengadaan perpustakaan tersebut dilaporkan atau diajukan oleh Kepala Sekolah kepada instansi yang berwewenang. Untuk sekolah-sekolah negeri dilaporkan kepada Kepala Kandep/Bidang/Kanwil. Sedangkan untuk sekolah swasta yang penyelenggaraannya di bawah tanggung jawab yayasan atau lembaga tertentu minimal dilaporkan kepada yayasan atau lembaga tertentu yang bersabersangkutan. Saat melapor hendaknya Kepala Sekolah didampingi oleh seorang guru, dan jangan lupa minta saran-saran, bimbingan, atau bantuan instansi yang bersangkutan. Usahakan rancangan disetujui sehingga rancangan dapat segera dilaksanakan. Bila susunan rancangan tersebut disetujui maka Kepala Sekolah kembali mengadakan rapat sebagai tindak lanjut dari rencana tersebut. Pihak-pihak yang perlu diundang adalah :<br />- Kepala Kandep/Bidang/Kanwil Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.<br />- Ketua yayasan atau lembaga tertentu apabila sekolah tersebut di bawah tanggung jawab yayasan atau lembaga tersebut.<br />- Anggota BP3 atau Komite Sekolah sebagai wakil dari orang tua murid.<br />- Pemuka masyarakat dan agama antara lain Kepala Desa, Camat, Unsur Muspika, Ustad, Pimpinan Pesantren danlain-lain.<br />- Para guru dan staf sekolah.<br />- Ketua Osis atau ketua kelas masing-masing sebagai wakil dari murid.<br />Tujuan utama rapat ini adalah untuk memperoleh dukungan mereka baik spritual maupun material. Apabila rancangan tersebut mendapat tanggapan positif dan disetujui maka pada rapat tersebut langsung dibentuk Panitia Pengadaan Perpustakaan. Pembentukan Panitia perpustakaan diserahkan semua kepada peserta rapat. Usahakan pembentukan panitia itu berjalan lancar, sehingga rencana mendapat dukungan yang maksimal. Susunan dan keanggotan panitia di ambil dari berbagai kalangan. <br />Data yang terkumpul disusun berupa bentuk usulan tertulis / proposal. Selanjutnya pihak sekolah ( unit sekolah ) berkoordinasi dengan Unit tingkat kecamatan (Cabang Dinas Kecamatan ) dengan mengajukan usulan tertulis / proposal tadi, Unit tingkat kecamatan (Cabang Dinas Kecamatan ) melanjutkan usulan tersebut unit tingkat kabupaten/kota ( dinas pendidikan kabupaten/kota ) selanjutnya unit tingkat kabupaten/kota melanjutkannya ke unit tingkat provinsi ( dinas pendidikan provinsi ).<br /> Dinas Pendidikan provinsi memeriksa usulan dan kalau dianggap perlu satu orang atau lebih dari pihak mereka melakukan observasi ke sekolah. Usulan kebutuhan bisa diedit, disesuaikan dengan dana yang disediakan pemerintah pada angaran pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Bila usulan tersebut dianggap layak maka baru diberikan dana bantuan / subsidi untuk pengadaan perpustakaan yang dimaksud. <br /><br />b. Tahap pengadaan. <br /> Pada tahap ini adalah lanjutan dari tahap perencanaan. Sesuai dengan perencanaan di sini yang berperan penting adalah kerja sama yang solit dari panitia dan pihak sekolah.<br />Menurut Sulistiyo Basuki dalam bukunya Periodesasi perpustakaan sekolah Indonesia, diperlukan adanya sarana perpustakaan yang lengkap dan ditunjang dengan fasilitas yang memadai seperti ruang perpustakaan, ruang baca, koleksi buku-buku referensi siswa dalam memenuhi kebutuhan pendidikan , yang diharapkan mampu membangkitkan para siswa untuk lebih giat belajar dan cenderung diperpustakaan sekolahlah mereka menyelesaikan tugas yang diberikan guru kepada mereka maupun keinginan mereka menambah ilmu pengetahuannya melalui membaca di perpustakaan. <br />Panitia Pengadaan Perpustakaan ini yang bertugas untuk : mengusahakan pengadaan sarana prasana perpustakaan, merencanakan pengadaan dan pengaturan bahan-bahan pustaka, dan menunjuk personalia / pengelola. Pada tahap ini ia harus menjalankan tugasnya tersebut sebaik-baiknya.<br /><br />1. Mengusahakan sarana dan prasarana perpustakaan.<br /> Sarana di sini adalah semacam gedung atau ruang yang dapat digunakan untuk menyelenggarakan perpustaan. Pengadaan gedung atau ruang ini bisa dengan dua cara yaitu pertama dengan membangun gedung baru melalui rententan proses tertentu, kedua dengan cara memanfaatkan ruang khusus yang kosong kalau ada, kalau tidak ada dengan membagi salah satu ruang kelas atau kantor sebagai ruang perpustakaan. Sedangkan prasarana berarti perlengkapan dan alat yang memenuhi syarat baik kualitas maupun kuantitasnya untuk keperlulan menyelenggarakan perpustakaan sekolah tersebut.Misalnya meja dan kursinya masih baik dan apakah jumlahnya sesuai dengan jumlah pengunjung. Alat di sini ada dua yaitu alat yang habis pakai seperti spidol, kertas, lem dan lain-lain. Sedangkan alat yang tidak habis pakai seperti gunting, sarbet, sapu ember dan lain-lain.<br /><br />2. Mengusahakan pengadaan dan pengaturan bahan-bahan pustaka.<br />Pengadaan bahan-bahan pustaka ini perlu disesuaikan dengan ketersediaan dana sekolah. Apabila dana yang tersedia sedikit maka perencanaan ini disusun berdasarkan prioritas kebutuhan. Pengadaan bahan-bahan pustaka perpustakaan sekolah dapat menggunakan berbagai cara seperti mengumpulkan bahan-bahan pustaka baik yang berupa buku maupun bukan buku yang sekolah miliki, membeli, meminta sumbangan, pinjaman, tukar menukar, hibah, dan terbitan sendiri. Selain cara tersebut bisa juga dengan cara mempotocopy/mengutif, dan membuat kliping. <br />1. Mengumpulkan bahan-bahan pustaka baik yang berupa buku maupun bukan buku yang sekolah miliki <br />Kegiatan ini bisa dilakukan oleh pustakawan dibantu oleh murid, guru-guru, karyawan sekolah atau oleh anggota panitia pengadaan perpustakaan sekolah.<br />2. Membeli.<br />Pihak sekolah, membeli langsung atau memesan ke penerbit, toko buku / agen bahan apa yang diperlukan.<br />3. Meminta sumbangan.<br /> Panitia bersama sekolah meminta sumbangan dari pemuka masyarakat, penerbit, toko buku / agen, pengusaha, yayasan.<br />4. Pinjaman.<br />Pihak sekolah bisa meminjam dari perpustakaan lain apa yang diperlukan.<br />5. Tukar menukar.<br /> Pihak sekolah bisa bekerja sama dengan perpustakaan lain dengan cara melakukan tukar menukar bahan yang diperlukan.<br />6. Hibah<br /> Sekolah biasanya sering menerima hibah dari toko/agen buku, yayasan atau dari lapisan masyarakat. Walaupun sekolah boleh menerima hibah ini, tetapi biasanya bahan-bahan hibah ini sering tidak sesuai dengan keperluan.<br />7. Terbitan sendiri.<br /> Sekolah bisa mengumpulkan bahan dari hasil buatan warga sekolahnya sendiri sebagai bahan pelengkap perpustakaan misalnya karya tulis guru dan siswa baik yang berupa makalah, majalah dan lain-lain yang diterbitkan oleh sekolah itu sendiri.<br /> Selain dari cara tersebut bisa dengan cara :<br />1. Memotocopy yaitu bahan yang tidak dimiliki bila ada di perpustakaan lain bisa dipotocopy. Cara ini bisa dilakukan apabila perpustakaan itu berada di daerah kota. Tetapi bagi perpustakaan yang berada di daerah yang tidak ada potocopy <br />2. Mengutif, cara ini dilakukan bila di daerah tersebut tidak ada potocopy. Guru/pustakawan mengutit bahan dengan cara tulis tangan <br />3. Membuat kliping, cara ini dilakukan dengan menggunting artikel-artikel, berita-berita dan lain-lain lalu ditempelkan pada kertas buku atau bahan lain lalu dijilid jadi satu.<br />4. Membuat sendiri.<br /> Bahan pustaka yang ada drapikan, diberi stempel sekolah dan stempel inventaris. Selanjutnya semua bahan diinventarisasi sesuai prosedur inventaris, diklasifikasi sesuai sistem yang berlaku, dikatalog, dilengkapi dengan kantong buku, kartu buku, slip tanggal, call number, disusun rapi di rak buku atau lemari buku.<br /><br />3. Menunjuk tenaga pengelola / pustakawan.<br /> Untuk tiap tingkatan sekolah tenaga pengelola ini berbeda, misalnya tingkat SD lebih sedikit petugasnya daripada tingkat SMU. <br />Tenaga pengelola perpustakaan terdiri dari :<br />- Kepala perpustakaan/guru puatakawan<br />- Petugas perpustakaan sekolah seperti petugas pelayanan teknis, pelayanan membaca, dan tata usaha.<br /><br />4. Pembuatan tata tertib perpustakaan.<br /> Pembuatan tata tertib ini sangat penting dalam usaha penyelenggaraan, pembinaan dan pengembangan perpustakaan sekolah itu sendiri. Pembuatan tata tertib ini hendaknya melibatkan anggota panitia perpustakaan sama dengan saat penunjukkan pengelola perpustakaan. Hal-hal yang perlu dicantum dalam tata tertib tersebut adalah :<br />- sifat dan status perpustakaan<br />- keanggotaan perpustakaan<br />- bahan-bahan pustaka baik yang boleh dibawa pulang maupun yang boleh dibaca ditempat itu saja.<br />- Sanksi-sanksi bagi pengunjung yang melanggar tata tertib<br />- Iuran anggota<br />- Waktu layanan/jam buku<br />- sistem penyelenggaraan<br />- lamanya setiap kali pinjaman dan lain-lain.<br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-44222468301657600862010-02-13T23:22:00.001-08:002011-04-27T03:53:12.932-07:00MorfologiMORFOLOGI : MORFEMMIS SEGMENTAN : AFIKSASI DAN KLITISASI<br /><br /><br />1. Pengantar<br /> Diantara proses-proses morfemis yang terpenting adalah afiksasi, yaitu pengimbuhan afiks.<br />Afiks ada empat macam :<span class="fullpost"><br />a. Prefiks, yang diimbuhkan di sebelah kiri dasar dalam proses yang disebut “prefiksasi”.<br />b. Sufiks, yang diimbuhkan di sebelah kanan dasar dalam proses yang disebut “sufiksasi”<br />c. Infiks, yang diimbuhkan dengan penyisipan di dalam dasar itu dalam proses yang namanya “ infiksasi”<br />d. Konfiks, atau simulfiks, atau ambifiks, atau sirkumfiks, yang diimbuhkan untuk sebagian di sebelah kiri dasar dan untuk sebagian di sebelah kanannya dalam proses yang dinamai “konfiksasi”,atau “simulfiksasi”,atau “ambifiksasi”,atau”sirkumfiksasi”.<br />Fungsi utama yang dimiliki oleh proses afiksasi yaitu :<br />Fleksi, yaitu afiksasi yang membentukkan alternan-alternan dari bentuk yang tetap merupakan kata, atau unsure leksikal, yang sama dan Derivasi, yaitu afiksasi yang menurunkan kata atau unsure leksikal yang lain dari kata atau unsure leksikal tertentu.<br />2. Sekedar contoh afiksasi<br /> Diantara prefiks Indonesia ada ( men-) seperti dalam : mendapat, mencuri, menyalak, melintang, merintis, mengubah, menantang dan lain sebagainya. Ada pula prefiks ( pen-) seperti dalam : pengurus, pemarah, penterjemah, pencipta dan penyatu. Prefiks ( ke-) ada dalam : kedua, ketiga, ; prefiks ( se-) sepereti dalam : setinggi, sesuai; Prefiks ( ber-) seperti dalam berjuang, belajar, Prefiks ( memper-) seperti dalam memperbanyak, memperkuat dan masih banyak lagi.<br /> Sebagai Infiks untuk bahasa Indonesia dapat disebutkan hanya (-in-) dalam kesinambungan. Akhirnya konfiks adalah (men—kan),(memper—kan), (men-i), (memper—i) seperti dalam : menyembelihkan,mempermainkan,menduduki dan memperingati; (ke—an)1 seperti dalam keindahan, ketinggian dan ( ke—an )2 seperti dalam kelupaan, atau kelewatan.<br /> Dalam bahasa Inggris misal prefiks (un-) dalam uneasy, (dis-) dalam disable ( re-) dalam redo, (be-) dalam befriend. Ada sufiks (-able) dalam comfortable dan semua sufiks verba seperti (-ing),(-s), (-d) dalam fleying, plays, played. Dan masih banyak lagi contohnya dalam bahasa lain.<br />3. Konfiks atau prefiks plus sufiks ?<br /> Dalam bahasa Belanda gebeente, bukan * (ge-) berupa prefiks atau *(-te) berupa sufiks, melainkan (ge—te)lah yang berstatus konfiks atau ambifiks.<br /> Amati Struktur morfemis kata-kata Indonesia seperti kelupaan, kejatuhan dan sebagainya. Apakah prefiks ? (ke-) ditambah sufiks ? (-an), ataukah ambifiks ( ke—an ) ? Tentunya bahasa ini memiliki prefiks (ke-) seperti dalam ketujuh dan sufiks (-an) dalam bangunan, tetapi kata-kata tersebut tidak dalam kelas kata dengan anggota seperti kelupaan dan kejatuhan. Apabila ta ada kata kelupa atau ketujuh. Tidak ada pula kata *lupaan atau jatuhan. Jadi terbuktilah bahwa kelupaan terdiri atas (lupa) + (ke—an) .Dapat disimpulkan bahwa verba tadi struktur morfologisnya adalah dasar + ( ke—an).<br />4. Tipologi prefiksasi dan sufiksasi<br /> Istilah “tipologi” dalam ilmu linguistik berarti”jenis”bahasa atau penelitian tentang “jenis”bahasa. Amati tipologi dengan morfologi yang rumit bahasa Hibrani dan bahasa Indonesia !<br />Hibrani<br />1. (a) ka:tab se:per ‘ia (dulu) menulis buku’<br /> (verba) + (perfektif)<br /> (b) yikto:b se:per ‘ia akan menulis buku’<br /> (verba) + (imperfektif)<br /> (c ) hikti :b ‘ia membuat ( orang lain ) menulis’<br /> (kausatif) + (verba)<br /> (d) haka:tab se:per ‘apakah ia (dulu) menulis buku ?’<br /> (Tanya) + (verba)<br /> (e) lo: ka :tab ‘ia (dulu) tidak menulis’<br /><br />Indonesia<br />2. (a) ia turun<br /> hanya(verba) monomorfemis<br /> (b) ia tidak turun<br /> (ingkar) + (verba)<br /> (c )ia me-nurun<br /> (durative) + ( verba)<br /> (d) ia tidak me-nurun<br /> (ingkar) _ (duratife) + (verba)<br /> (e) apakah ia tidak me-nurun<br /> (Tanya) + (ingkar) _ (duratife) + (verba)<br /> (f) apakah ia tidak me-nurun-kan bendera<br /> ( Tanya) + (ingkar) + ( duratif = kausatif ) + (verba).<br /> Kita melihat beberapa morfem yang baru bagi kita dalam contoh-contoh ini. Morfem (perfektif), (imperfektif) dan (durative) adalah fonem yang menyatakan “aspek” verba, dan (permisif) dan (desideratif) adalah morfem yang “modal”. Ada pula morfem ( kausatif) yang menyebabkan terjadinya hal yang diartikan oleh bentuk dasar; dan (kala) sudah kita ketahui. Akhirnya ada morfem (Tanya) atau (introgatif) serta morfem (ingkar) atau (negatif).<br /> Dalam bahasa Hibrani dan Indonesia morfem (Tanya),(ingkar), (kausatif) dan (modal) mendahului morfem dasar verba ( dalam urutan tertentu ), sedangkan dalam bahasa Turki dan Jepang morfem tersebut menyusul morfem dasar dalam urutan yang sebaliknya, Hanya moprfem (kala) tidak konsisten dalam hal ini. Bahasa Hibrani dan bahasa Indonesia secara umum bahasa pemrefiks, sedangkan bahasa Turki dan Jepang adalah bahasa penyufiks.<br /><br />5. Komplikasi diakronik dalam penelitian morfologis.<br /> Untuk bahasa tertentu deskripsi morfologi menghadapi komplikasi yang sumbernya bersifat diakronik; perkembangan bahasa di masa lalu.<br /> Komplikasi morfologis tampak jelas dalam bahasa Ingris. Hal ini merupakan akibat dari banyaknya pemungutan kata dari bahasa Prancis dulu, dan juga akibat pembentukan dari kata-kata baru atas dasar bahasa Latin dan Yunani.<br /> Amatilah prefiks (per-) ( yang kita dapati juga dalam bentuk berprefiks yang sama seperti persuade ‘ meyakinkan’,permutation’perubahan’,permeate’memasuki’ perfection‘kesempurnaan’,dan sebagainya. Morfem (per-) itu jelas berstatus prefiks, dengan “beban fungsional” yang cukup tinggi.<br />6. Teknik deskripsi morfologis.<br /> Para ahli linguistik menganalisis data-datanya secara morfemis, juga dalam deskripsi sintaktis, karena pengertian sintaksis menuntut aadanya pengertian morfologis.<br /> Teknik deskripsi morfologis ini dipergunakan untuk analisis teks, yang memang selalu terdiri dari kalimat-kalimat. Dengan cara ini para ahli mempergunakan tiga baris; baris pertama memuat teks itu sendiri, yang tidak lain adalah “data” dan dinamai “baris dasar”, baris kedua memuat analisis morfem demi morfem , baris ini lazim disebut glos ( terjemahan ) “ antar baris” atau interlinear”, dan baris ketiga memuat “terjemahan bebas”atau disebut juga “glos bebas”.<br />Contoh :<br />Indonesia<br />Mari-lah kita ber- sama- sama memper-siap-kan pel- ajar-an<br />EXH EMPH 1: INCL VPR together RED CAUS ready FOBJ NOMN learnNOMN<br />‘Let us prepare the course material together.’<br /> Dalam interliner huruf besar dipakai untuk glos-glos gramatikal ( artinya, yang tidak leksikal). Pengarang selalu harus menjelaskan singkatan yang dipakai untuk glos gramatikal itu. Disini EXH=exhortative; EMPH=emphatic; 1:INCL=first person inclusive; VPR=verbal prefix;RED=reduplication; CAUS= causative; OF=objective focus;NOMN=nominalizing affix. <br /> Glos bebas seperti semua glos, diapit antara tanda petik tunggal.Perhatikan konvensi linguistik yang lain : contoh seperti selau dinomori ( dengan angka diantara kurung) dan selau menjorok ke dalam ( lazimnya tiga sampai lima spasi ). Morfem-morfem dalam baris dasar dipisahkan oleh garis penghubung ( tetapi glosnya interlinear tidak ), dan setiap glos morfemis interlinear disejajarkan dengan morfem asli pada baris dasar, di sebelah kiri.<br />7. Paradigma, fleksi dan derivasi.<br /> Para ahli linguistik memakai istilah “paradigma” untuk golongan konstruksi morfemis dengan dasar yang sama. “Anggota-anggota” daftar “paradigma” itu juga disebut “alternan-alternan” dari paradigma (“alternan” berarti dapat “bentukalternan”,atau bentuk lain”)<br /> Para ahli linguistik berkonsesus bahwa dua golongan bawahan yang terpenting dalam paradigma morfemis adalah golongan “fleksi” dan golongan yang berdasarkan “derivasi”.Golongan “fleksi” atau “ infleksional” adalah daftar paradigma yang terdiri atas bentuk-bentuk dari kata yang sama, sedangkan golongan derivasi adalah daftar yang terdiri atas bentuk-bentuk kata-kata yang tidak sama.Misalnya bentuk mengajar dan diajar adalah dua bentuk ( “aktif” dan “pasif”) dari kata yang sama, yaitu mengajar, sedangkan mengajar dan pengajar merupakan dua kata yang berbeda ( verba dan nomina). Kata yang sama dan yang tidak sama adalah istilah atau identitas kata atau identitas leksikal.Pendek kata : pengajar dan pengajaran tidak sama identitas leksikalnya dan hubungan diantaranya adalah derivasional bukan infleksional.<br />8. Klitika<br /> Klitika biasanya adalah morfem yang pendek paling-paling dua silabe, biasanya satu, tidak dapat diberi aksen atau tekanan apa-apa, melekat pada kata atau frase yang lain, dan memuat arti yang tidak mudah dideskripsikan secara leksikal. Klitika juga tidak terikat pada kelas kata tertentu, seperti biasanya ada keterikatan itu dengan morfem-morfem terikat. Amati klitika pun dalam klausa seperti : Dalam hal ini pun dia berbakat klitika pun tidak dapat dipisahkan dari hal ini. Bandingkan juga konjungsi sekalipun, dalam arti “ meskipun”, dengan pemakaian pun sebagai berikut : Malah sekali pun ia tidak mampir, dengan sekali dalam arti “ satu kali “ dan arti pun dengan konotasi “ konsesif”. Maka secara ortografis pun dapat saja diberi tekanan. Akhirnya pun tidak terikat pada kelas kata tertentu dan dapat menyusul verba atau nomina ajektiva dalam konteks yang sesuai.<br /> Klitika dibedakan menjadi “proklitika” dan “enklitika”, menurut posisinya.Disebelah kiri atau di sebelah kanan dari kata yang menjadi “tuhan rumahnya”, dalam bahasa Indonesia, pun dan -lah berupa enklitika.<br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-20641109982835790622010-02-13T23:19:00.000-08:002011-04-27T03:54:24.521-07:00Sastra IndonesiaPERIODESASI SASTRA INDONESIA<br /><br />A. Pengertian <br /> Sejarah sastra Indonesia merupakan studi sastra yang membahas perkembangan sastra Indonesia sejak lahirnya sampai perkembangannya yang terakhir.<span class="fullpost"> Hal ini terjadi karena sastra Indonesia itu selalu mengalami perkembangan dari periode ke periode. Periodesasi berarti pembabakan, periodesasi sastra Indonesia bermakna pembabakan sastra Indonesia berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu, atau dari periode ke periode. Periode menurut Wellek adalah bagian waktu yang dikuasai oleh sistem norma dan konversi sastra yang kemunculannya, penyebarannya, keragamannya, integrasi dan kelenyapannya dapat dirunut. Periode-periode sastra tidak tersusun secara mutlak atau dipatok dalam tahun yang pasti, karena periode-periode saling tumpang tindih yaitu sebelum periode angkatan sastra yang satu lenyap, sudah muncul angkatan sastra yang lainnya. Angkatan sastra adalah sekumpulan sastrawan yang hidup dan berkarya dalam satu kurun masa (periode tertentu). Mereka memiliki kemiripan dalam hal ide, gagasan, dan misi yang dituangkan dalam karya sastra masing-masing. Maka karya sastra suatu angkatan merupakan kumpulan karya sastra yang menunjukkan adanya kesamaan atau kemiripan ciri-ciri instrinsik antar sastrawannya.<br /><br />B. Periodesasi sastra Indonesia dan ciri-cirinya<br /> Pandangan berbagai pengamat sastra Indonesia (Ahli Sastra) tentang perkembangan sastra Indonesia dari masa ke masa (Periodesasi Sastra Indonesia) berbeda-beda karena sudut pandang mereka yang berbeda pula , tetapi walaupun demikian pada hakekatnya mempunyai titik persamaan. <br /> Pada umumnya periodesasi sastra Indonesia yang terdapat pada buku-buku yang beredar di tanah air kurang memuaskan, karena dasar periodesasinya kurang tepat seperti periodesasi Nugroho Notosusanto, H.B. Yassin, Ayip Rosidi dan lain-lain, yang didasarkan atas politik dan nasionalisme , seharusnya periodesasi sastra yang tepat adalah yang berdasarkan ciri-ciri instrinsik karya sastra sesuai dengan hakekat sastra itu sendiri, seperti yang disampaikan oleh Rahmat Joko Pradopo. Beliau membagi periodesasi sastra Indonesia modern atas periode angkatan Balai Pustaka, Pujangga Baru, periode angkatan 45, angkatan 50 dan angkatan 70.<br />Jadi secara garis besar perkembangan kesusastraan Indonesia itu dibagi atas Masa Kesusastraan Lama , Masa Peralihan dan Masa Kesusastraan Baru (Modern). Pembagian ini untuk melihat proses kesusastraan Indonesia dari masa lampau sampai sekarang ini.<br />1. Kesusastraan Lama ( Melayu Klasik )<br />a. Kesusastraan Zaman Purba/ Kuno<br />b. Kesusastraan Zaman Hindu<br />c. Kesusastraan Zaman Islam<br />2. Kesusastraan Peralihan<br />3. Kesusastraan Baru ( Modern )<br />a. Periode tahun 20-an ( Balai Pustaka )<br />b. Periode tahun 30-an ( Pujangga Baru )<br />c. Periode 45 ( Angkatan 45 )<br />d. Periode 50-an ( Angkatan 50 ) atau oleh H.B. Yassin disebut Angkatan 66<br />e. Periode 70-an ( Angkatan 70 / Mutakhir )<br /><br />1. Kesusastraan Lama ( Melayu Klasik )<br /> Periode Melayu Klasik dimaksudkan sebagai sastra milik suku-suku bangsa Indonesia di Nusantara sebelum timbulnya perjuangan kebangsaan atau nasionalisme Indonesia yang berawal dari gerakan Budi Utomo 20 Mei 1928 dan dilanjutkan pada peristiwa Sumpah Pemuda 28 )ktober 1928 . Masa ini terbagi dalam tiga periode yaitu sastra zaman purba/kuno yang mencerminkan sastra nenek moyang suku-suku bangsa Indonesia dahulu kala di Nusantara yang sifat sastranya masih “ asli “ . Setelah masuk masuknya kebudayaan Hindu di Nusantara abad ke- 7, kesusastraan Indonesia mendapat pengaruh dan berkulturasi dengan kebudayaan Hindu, sehingga menghasilakan sastra zaman Hindu yang memiliki corak kehinduan. Demikian pula dengan kedatangan kebudayaan Islam di Nusantara pada abad ke-13, kesusastraan Nusantara mendapat pengaruh dan berkulturasi dengan sastra Islam, sehingga menghasilkan sastra zaman Islam yang bercorak keislaman.<br />1.1 Kesusastraan zaman purba/kuno<br /> Masyarakat zaman purba hidup dalam suasana takut kepada roh yang menurut anggapan mereka bersarang dimana-mana. Guna memelihara hubungan dengan roh orang mempergunakan mentera, doa, dengan kata-kata pilihan dan bentuk yang tepat. Untuk tiap keperluan ada mentera dan doa tertentu dan biasanya tidak semua orang bisa mengucapkannya, yang biasa biasanya hanyalah pawang atau orang yang sudah biasa mendapatkan kekuatan gaib.<br /> Sebelum tahun 1500 kesusastraan Melayu bersifat cerita dari mulut ke mulut yang disampaikan oleh tukang cerita yang disebut pawang. Bentuk kesusastraan yang pertama-tama adalah :<br />a. Mentera-mentera, doa-doa atau ucapan-ucapan sakti yang diucapkan oleh pawing.<br />b. Dongeng-dongeng kepercayaan misalnya : tentang dewa dewi, binatang jadi-jadian dan sebagainya.<br />Contoh Mantera yang diucapkan pawang saat hendak bertanam padi agar benih-benih yang ditanam dapat tumbuh subur :<br />“ Seri Dangumala ! Seri Dangumala !<br />Hendak kirim anak sembilan bulan<br />Segala inang segala pengasuh<br />Jangan beri sakit jangan beri demam<br />Jangan beri ngilu dan pening<br />Kecil menjadi besar<br />Tua menjadi muda<br />Yang tak sama dipersamakan<br />Yang tak kejap diperkejap<br />Yang tak hijau diperhijau<br />Yang tak tinggi dipertinggi<br />Hijau seperti air laut<br />Tinggi seperti bukit kap.<br />1.2 Kesusastraan zaman Hindu<br /> Ketika orang-orang Hindu datang ke Indonesia maka masuk pulalah pengaruh kebudayaannya. Begitu pula halnya dengan kesusastraannya. Sistem feodalisme yang dibawanya ke mari makin lama makin kuat kedudukannya. Sejak itu hidup kebudayaan berpusat pada kraton dan sudah barang tentu kesusastraannya pun menjadi kraton sentris. <br />Contoh hasil kesusastraan zaman Hindu antara lain :<br />1. Mahabharata disusun oleh Wiyasa<br />2. Ramayana oleh Wamukti<br />3. Pancatantera.<br />Mahabharata ini bagi orang Hindu bukan hanya buku hikayat pahlawan nusa saja tetapi lebih dari itu Mahabharata sebuah buku agama, kesusilaan, hokum, filsafat dan sebagainya dan merupakan pegangan hidup disamping Kitab Weda.<br />Contoh Cerita Ramayana :<br />Ramayana adalah salah satu wira cerita (epos) yang disusunoleh Walkimi yang isinya adalah : Melukiskan apa sebab Rama kehilangan haknya atas tahta kerajaan Ayodhya. Kemudian Rama mengundurkan diri kehutan Dandhaka bersama istrinya Dewi Sinta dan Laksamana selama 14 tahun. Di hutan Dewi Sinta dilarikan oleh Rahwana dari negeri Lengka. Tetapi akhirnya dapat direbut kembali oleh Rama berkat bantuan Sugriwa dan Hanuman.<br />1.3 Kesusastraan zaman Islam.<br /> Agama Islam masuk ke Indonesia melalui Parsi dan masuknya agama Islam besar pengaruhnya terhadap kebudayaan Indonesia khususnya dalam bidang kesusastraan. Ke dalam kesusastraan Indonesia masuklah cerita-cerita dari Arab dan Parsi dalam bentuk prosa maupun puisi. Cerita Indonesia asli pun ada yang telah kemasukan unsur agama Islam.<br />Contoh hasil karya zaman Islam antara lain :<br />1. Kitab-kita yang bersifat agama Islam seperti Kitab Risalah dan Kitab Fikih<br />2. Hikayat-hikayat Islam antara lain : Hikayat Nabi Muhammad, Hikaya Nabi Yusuf , Hikayat Nabi Daud , Hikayat Nabi bercukur, Hikayat Nabi Ibrahim, Hikayat Nabi Sulaiman, Hikayat Nabi Musa, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Muhammad Ali Hanafiah, Hikayat Raja Badar, Hikayat 1001 Malam, Hikayat Bachtiar, Tajjusalatina, Bustanusalatina, cerita-serita berbingkai, Hikayat Bayan Budiman, cerita Pelipur lara seperti : cerita Si Umbut Muda, Kaba Sabai Nan Aluih, Hikayat Malim Deman, Hikayat Anggun Cik Tunggal, Hikayat Si Miskin, cerita Si Malim Kundang, dan lain-lain.<br />Beberapa pengarang Kesusastraan Lama dengan hasil karyanya adalah :<br />1. Hanzah Fansuri hidup pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 di Barus, Aceh. Karangannya antara lain : Syair Perahu, Syair Dagang, Syair Si Burung Pingai<br />2. Nuruddin Ar-Raniri hidup di istana Sultan Aceh karangannya antara lain : Bustanu’ssatina dan Sirata ‘I mustaqim.<br />3. Buchari Al Jauhari karangannya : Tajussalatina (Mahkota Raja-raja)<br />4. Tun Muhammad Sri Lanang karangannya : Sejara Melayu<br />5. Raja Ali Haji karyanya Gurindam Dua belas dan Syair Abdul Muluk.<br />Contoh Hikayat 1001 Malam isinya adalah menceritakan seorang Raja yang sangat lalim. Setiap malam raja itu menghendaki seorang cantik dan pada keesokan harinya sebelum matahari terbit perempuan itu disuruh dibunuh. Demikianlah aniaya raja itu. Akhirnya sampailah giliran seorang putri yang amat cantik dan pandai bercerita. Waktu hari akan pagi yaitu waktu datang saat ia akan dibunuh, perempuan itu menceritakan sebuah cerita yang ajaib. Demikianlah diperbuat perempuan itu pada tiap-tiap malam ia menceritakan cerita yang ajaib-ajaib sampai 1001 mala atau kurang lebih 3 tahun lamanya. Dengan jalan mendengar cerita itu raja lalu insaf akan dirinya, sehingga ia tobat dari dosanya dan perempuan itu lalu dijadikannya sebagai permaisurinya.<br /><br /><br />2 Kesusastraan masa Peralihan <br /> Pada permulaan abad ke – 19 tampak suatu usaha meninggalkan cara-cara karang mengarang seperti yang lazimdianut orang pada zaman dahulu. Masa ini sering disebut masa Peralihan. Adapun yang dimaksud ialah peralihan dari sastra lama ke sastra baru . <br /> Usaha ini dilancarkan oleh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi 1797-1854). Karena dialah satu-satunya pengarang yang kenamaan pada masa itu, maka masa peralihan sering juga disebut masa Abdullah.<br /> Abdullah lahir pada tahun 1797, ayahnya bernama Syeikh Abdulkadir berasal dari Arab sedangkan ibunya berasal dari India. Buah karya Abdullah dianggap bercorak baru dibandingkan sebelumnya. Perbedaan-perbedaannya dengan sastra lama ialah dari segi bentuk dan isinya. Isinya menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dari orang-orang biasa seperti riwayat hidup sendiri dan pengalaman dalam perjalanan.<br />Hasil karya Abdullah antara lain :<br />Hikayat Abdullah, Kisah Pelayaran Abdullah bin Abdulkadir Munsyi ke Kelatan, Hikayat Pancatanderan (saduran), dan Kisah Pelayaran Abdullah ke negeri Jedah serta terjemahan Pancatantera dari bahasa Tamil ke dalam bahasa Melayu.<br /><br />3. Kesusastraan Baru ( Modern ).<br /> Setelah Indonesia menerima pengaruh kebudayaan modern awal abad ke-20 yang ditandai oleh perjuangan kebangsaan ( Nasionalisme ) yang dipelopori oleh gerakan Budi Utomo 1908, lalu berlanjut pada peristiwa Sumpah Pemuda 1928 yang mengirarkan istilah “Indonesia“ sebagai tanah air, bangsa dan bahasa , maka periode kesusastraan memasuki periode Sastra Baru (Modern). <br /> Menurut Abdul Hadi W.M mengemukankan lahirnya angkatan baru lebih banyak ditentukan oleh adanya gagasan baru dalam bidang sastra yang disebabkan adanya peristiwa-peristiwa penting yang terjadi atau ada sastrawan baru yang membawa gagasan sastra baru dan banyak pengikutnya. Dalam kesusatraan Indonesia hal itu sedah nyata. Peristiwa penting itu seperti pergerakan kebangsaan, Perang Dunia, masuknya Jepang ke Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan, dibukanya sekolah-sekolah untuk bumiputra oleh penjajah Belanda dalam arti untuk melayani minat baca di kalangan rakyat pada waktu itu, dan terjadinya peristiwa-peristiwa lain. Hal itu akan menyebabkab timbulnya angkatan dalam sastra kesusastraan Indonesia baik langsung ataupun tidak. Selain itu juga untuk Periode Sastra Modern ini terbagi atas lima periode atau angkatan yaitu periode 20-an ( Balai Pustaka ), periode 30-an ( Pujangga Baru ), periode 50-an yang disebut H.B.Yassin Angkatan 66 , periode 70-an ( Angkatan 70 )<br /> Dalam uraian berikut kita akan mengemukan penjelasan tiap-tiap periode atau angkatan dalam sastra Indonesia yang didasarkan pada latar budaya dan corak kesusatraannya sebagai berikut:<br />3.1 Periode 20-an ( Balai Pustaka ) <br />Ini berarti bahwa lahirnya Angkatan Balai Pustaka sekitar tahun 1920-an dan melemahnya kekuatan dan lenyapnya disekitar tahun 1940 waktu integrasinya kekuatan sastra Balai Pustaka antara 1925 – 1935. Di anrata tahun – tahun itu terbit sebagian besar karya-karya roman Balai Pustaka yang kuat Di antarannya : Salah pilih ( 1928 ), Katak Hendak Jadi Lembu ( 1935 ) , Salah Asuhan ( 1928 ), Pertemuan Jodoh (1933), Sengsara Membawa Nikmat (1932) , Kehilangan Mustika (1935) , Ni Rawit ( 1935 ) dan lain-lain. Kurun waktu antara tahun-tahun itu dapat dianggap sebagai masa terintegrasi periode (Angkatan) Balai Pustaka. Sesudah 1935 kekuatannya mulai melemah , namun masih terbit karya-karya ( roman-roman ) yang baik, yang kuat seperti Neraka Dunia (1917), Kalau Tak Untung ( 1938), Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1939) dan lain sebagainya. <br />Ciri-ciri Angkatan Balai Pustaka antara lain jenis sastranya terutama roman yang umumnya beralur lurus terkecuali Azab dan Sengsara (Merari Siregar) dan di bawah Lindungan Ka’bah ( Hamka ), gaya bahasanya menggunakan perumpamaan klise dan peribahasa-peribahasa, tapi menggunakan bahasa percakapan sehari-hari , banyak digrasi bercorak romantik dan bersifat didaktis.<br />3.2 Periode 30-an ( Pujangga Baru ).<br /> Sesungguhnya para sastrawan Pujangga Baru telah menulis sajak-sajak di sekitar tahun 1920, namun sekitar tahun 1930 menunjukkan ciri-ciri periode atau angkatan yang kuat, seperti tampak dalam karya-karya Indonesia Tumpah Darahku (1929), Madah Kelana (1931) , Dian Yang Tak Kunjung Padam (1932). Sekitar tahun 1930 gagasan Pujangga Baru mulai menyebar luas hingga akhirnya terintegrasinya, masa kuat-kuatnya menunjukkan ciri-ciri sastra Pujangga Baru adalah antara 1933-1940.Di antara tahun itu terbit karya-karya utama seperti Layar Terkembang (1936), Belenggu (1940), Sandhyakalaning Majapahit (1933), Manusia Baru (1940), Nyanyi Sunyi (1937), Rindu Dendam (1934 ). Sesudah tahun 1940 kekuatan sastra Pujangga Baru mulai melemah, dan akhirnya sekitar 1945 sudah digantikan peranannya oleh Angkatan 1945. <br />Ciri-ciri sastranya jenis sastra puisi dominan, tetapi ada juga drama, cerpen, roman yang hanya beraliran romantik, puisinya jenis puisi baru dan soneta, menggunakan kata-kata nan indah, bahasa perbandingan, gaya sajaknya diafan dan polos, rima merupakan sarana kepuitisan.<br /> Sastra prosanya menggunakan watak tehnik perwatakan tidak analisis langsung, alurnya erat karena tak ada digresi, mempersoalkan kehidupan masyarakat kota seperti emansipasi, pemilihan, pekerjaan, diwarnai ide nasionalisme dan cita-cita kebangsaan serta bersifat didaktis.<br />3.3 Periode 45 ( Angkatan 45 )<br /> Pada masa kekuasaan fasisme Jepang di Indonesia , sekitar tahun 1942 telah muncul suatu angkatan sastra yang merasa lain dari angkatan Pujangga Baru. Menurut H.B. Yassin, kelainan itu sangat jelas pada penyair Chairil Anwar mengenai pandangan hidup, sikap hidup, rasa hidup dan pengucapan dalam persajakan. Begitu pula pengarang Idrus, persoalan-persoalan dalam prosesnya belum pernah dikenal dalam Pujangga Baru. Ida Nasution juga menggunakan prosa yang bersifat lain dari sebelumnya, oleh kepadatannya dan kelangsungan pengucapannya.<br /> Nama angkatan ini baru didapat pada tahun 1949 dan untuk pertama dilansir dalam majalah Siasat 9 Januari 1949 oleh Rosihan Anwar. Untuk angkata 45 menjadi penting sekali kemerdekaan itu. Angkatan 45 ini disebut juga Angkatan Kemerdekaan. Sebelum angkatan ini popular angkatan ini disebut Angkatan Chairil Anwar, Angkatan sesudah Perang, Generasi Gelanggang dan ada juga yang menyebutnya Angkatan Pembebasan. Lahirnya angkatan ini merupakan bukti ketidaksetujuan para sastrawan terhadap pengaruh Jepang dan Belanda .<br /> Di sekitar tahun 1940 itu penulis Angkatan 45 mulai menulis karya-karya sastranya. Tanggal tertua yang terdapat dalam antologi H.B. Yassin Gema Tanah Air adalah 28 Nopember 1942, tanggal dimuatnya sajak “ Bunglon “ karya Ashar. Sajak Chairil Anwar yang tertua tertanggal Oktober 1942 sajak “ Nisan “ dan “ Kehidupan “ Desember 1942. Periode 1940-1955 ini diisi oleh karya-karya sastra para sastrawan yang mulai menulis pada permulaan tahun 40-an meskipun ada juga yang telah menulis pada tahun 30-an. Masa produktif angkatan ini antara 1943-1953. Kurang lebih dalam masa sepuluh tahun. Sesudah itu kekuatannya melemah. Dalam arti sesudah itu para sastrawan angkatan ini jarang menulis ataupun berhenti menulis meskipun ada juga yang terus menulis sampai sekarang misalnya Muchtar Lubis dan Sitor Situmorang. Selama waktu sepuluh tahun itu dapat dikatakan karya-karya sastra mereka belum dibukukan, melainkan terbit dalam majalah-majalah. Baru sesudah tahun 1950 karya mereka dapat terbit sebagai buku . Bahkan karya Chairil Anwar , sastrawan yang dianggap sebagai pelopor Angkata 45, baru dapat terbit sebagai buku sesudah ia meninggal, yaitu Deru Campur Debu ( 1949 ) dan Kerikil Tajam dan Yang Terhempas dan Terputus (1951). Sebagian besar karya sastrawan Angkatan 45 dan sastrawannya dapat terlihat dalam dua buku antologi H.B. Yassin, yaitu Kesustraan Indonesia di Masa Jepang (1948) dan Gema Tanah Air (1948). <br />Periode 45 atau Angkatan 45 dengan ciri-ciri sastranya puisi, cerpen, novel, drama berkembang pesat dengan mengetengahkan masalah kemanusiaan umum dan humanisme universal seperti : kesengsaraan hidup, hak-hak asasi manusia, dengan gaya realitas bahkan sinis ironis, disamping mengekpresikan kehidupan batin/kejiwaan , dengan mengenal filsafat ekstensialisme.<br />Pada karya sastra puisi menggunakan puisi bebas dengan gaya ekspresionistis, simbolik realis, gaya sajaknya presmatis dengan kata-kata yang ambigu dan simbolik, dengan bahasa kiasan seperti metapora, juga ironi dan sinisme.<br />3.4 Periode 50-an ( Angkatan 66 )<br /> Pada tanggal 6-9 Mei 1966 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia bersama dengan KAMI dan KAPPI menyelenggarakan sebuah Simposium berjudul “ Kebangkitan Semangat 1966: Menjelajah Tracee Baru Lekra dan Neoleranisme “.Dominasi kebudayaan oleh politik, tegas-tegas ditolak. Selama symposium inilah untuk pertama kali perserta mulai menamakan dirinya sebagai Angkatan 66, dan secara terbuka menyatakan kebebasan pada umumnya sebagai nilai kemanusiaan yang hakiki.<br /> Dari kelompok ini, majalah bulanan baru Horisan , segera terbit sebagai suara sastranya. Nomor pertama majalah ini beredar bulan Juli 1966 dengan Muchtar Lubis sebagai pemimpin redaksi. Nomor kedua memuat karangan H.B. Yassin “ Bangkitlah Satu Generasi “ yang menyatakan tentang lahirnya satu Angkatan sastra baru yaitu Angkatan 66.<br /> Dalam periode ini karya sastra merupakan tulisan para sastrawan yang pada umumnya menulis pada awal tahun 50-an dan 60-an. Antara 1950-1955 para sastrawan Angkatan 45 masih menerbitkan karya-karya satranya, sementara sastrawan-sastrawan baru mulai menulis . Angkatan sastra 50 ini dapat dikatakan terintegrasi 1955-1965. Corak sastra periode 1950-1970 ini agak beragam karena adanya para sastrawan yang mendukung ieologi partai dan sastrawan bebas. Pada kurun waktu ini sastra Indonesia dipengaruhi oleh situasi social, politik dan ekonomi. Pada kurun waktu ini ada peristiwa penting yaitu pemberontakan G 30 S/PKI pada 1965 yang berakibat disingkirkannya para sastrawan Lekra dan karya-karyanya yang idelogi komunis. Namun ciri-ciri sastra intrinsik belum berubah sampai tahun 1970. <br /> Sastrawan-sastrawan yang muncul dalam periode ini antara lain W. S. Rendra (Balada Orang-orang Tercinta), Toto Sudarto Bachtiar (Suara), Nugroho Notosusanto (Hujan Kepagian dan Tiga Kota ), Ramadhan K.H (Periangan Si Jelita), Trisnoyuwono (Lelaki dan Mesiu ), N.H Dini (Dua Dunia), Toha Mochtar (Pulang), B. Sularto (Domba-domba Revolusi), Subagyo Sastrowardoyo (Simphoni).<br />Periode 50 yang memiliki ciri-ciri sastra meneruskan gaya angkatan 45 terutama struktur estetiknya, mempersoalkan masalah kemasyarakatan yang baru dalam suasana kemerdekaan , dengan berorientasi pada bahan-bahan sastra dari kebudayaan Indonesia sendiri, karena dampak partai-partai corak sastranya bermacam-macam ada yang beride keislaman ( Lesbumi ), ide kenasionalan (LKN), ide Komunis dengan semboyan seni untuk rakyat (Lekra dan) ada yang bebas mengabdi kemanusiaan.<br />3.5 Periode Angkatan 70-an ( Sastra Mutakhir/Sastra Kontemporer )<br /> Perjalanan sastra Indonesia sejak zaman Abdullah dengan Hikayat Abdullahnya kemudian disusul secara berturut-turut oleh angkatan : Balai Pustaka, Pujangga Baru, 45 atau 66 kini secara relatif berakhir pada sastra mutakhir/sastra kontemporer. Wajar apabila masing-masing angkatan membawa suatu pembaharuan karena pada dasarnya sastra merupakan hasil karya manusia yang akan terus berkembang apabila aturan-aturan ataupun fenpmena-fenomena yang terkandung dalam tiap-tiap periode/angkatan mempunyai perbedaan akibat pembaharuan yang dibawa masing-masing.<br /> Perbedaan-perbedaan tersebut lebih banyak disebabkan oleh situasi masyarakat pada saat suatu karya sastra dihasilkan. Di samping itu tidak dapat juga dibantah adanya pengaruh kemajuan sastra diluar negeri. Dan hal ini tidak hanya terjadi pada bidang puisi, drama ataupun cerita pendek saja, tetapi juga pada bidang roman/novel.<br /> Sastra kontemporer muncul pada dekade 70-an lebih diwarnai oleh kegelisahan masyarakat Indonesia. Perjalanan batin akan dijelajahi para pembaca novel tahun 1970-an adalah pengalaman kegelisahan, baik berupa kegelisahan sosial, kegelisahan batin maupun kegelisahan rumah tangga.<br /> Para sastrawan yang karya-karyanya memberi corak sastra periode ini pada umumnya sudah mulai menulis pada tahun 60-an, lebih-lebih sesudah 1965, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Danarto dan Kuntowijoyo, telah menulis sejak awal tahun 60-an. Akan tetapi karya yang penting, karya garda depannya, baru terbit sekitar tahun 1970. Masa integrasi Angkatan 70 ini adalah selama dekade 70-an, dengan karya sastra Merahnya Merah, Ziarah, dan Kering karya Iwan Simatupang, Godlob, karya Danarto, cerpen-cerpen Budi Darma yang belum dibukukan Kotbah di atas Bukit novel Kunto Wijoyo, novel-novel Putu Wijaya Telegram dan Stasiun serta dramanya Aduh, drama-drama Arifin C. Noor Kapai-kapai, dan sebagainya.<br /> Dalam bidang puisi di antara yang menonjol adalah Sutardji C.Bachri dengan O, Amuk Kapak, karya Sapardi Djoko Damono, Akuarium, Mata Pisau dan Perahu Kertas, Gunawan Muhammad Prelude, dan sajak-sajak Abdul Hadi W.M dan Darmanto Jt.<br /> Tokoh-tokoh penting sastrawan angkatan 70 ini sebenarnya telah muncul pada periode angkatan 50 yang menulis pada era 60-an seperti : Umar Kayam (Bawuk, Sri Sumarah), Gunawan Muhammad ( Asmaradana), Tufik Ismail (Tirani). Bur Rasuanto (Mereka Telah Bangkit), Sapardi Djoko Damono ( Dukamu Abadi), Abdul Hadi WM (Meditasi), Sutardji C. Bachri (O, Amuk), Linus Suryadi ( Pengakuan Pariyem), Iwan Simatupang (Merahnya , Kering), J.B. Mangunwijaya (Burung-burung Manyar), Budi Darma (Olenka), N.H.Dini (Pada Sebuah Kapal).<br />Periode Angkatan 70-an dengan ciri-ciri sastranya dalam karya sastra puisi muncul 4 jenis gaya puisi yaitu puisi mantera, puisi imajisme, puisi lugu dan puisi lirik. Puisi-puisi mempersoalkan masalah sosial, kemiskinan, pengangguran, jurang kaya miskin, menggunakan cerita-cerita dan kepercayaan rakyat dalam balada. Prosesnya menggabarkan kehidupan masyarakat sehari-hari, kehidupan pedesaan dan daerah, seperti Pulang karya Toha Mochtar, Di Tengah Padang (Bastari Asmin), Penakluk Ujung Dunia (Bokor Hutasuhut).<br /><br />C. Sastrawan dan karya-karya puncaknya setiap angkatan<br />a. Sastrawan Angkatan 20-an ( Balai Pustaka ) <br /> Sastrawan yang berkiprah serta hasil karyanya pada angkatan ini antara lain adalah :<br />1. Marah Rusli <br /> Roman Azab dan Sengsara karya Merari Siregar memang merupakan roman pertama yang mempersoalkan kawin paksa, yang selanjut sekitar belasan tahun lamanya menjadi tema penting dalam<br />roman-roman Indonesia.Namun dengan terbitnya roman Siti Nurbaya tahun 1922, oleh Marah Rusli, dinilai olek kritikus Zuber Usman, sebagai tokoh penting dari generasi Balai Pustaka, yang menjadi pelopor kesusastraan baru Indonesia. Persoalan cerita yang dikemukakan Marah Rusli dalam karangannya sudah berbeda sekali dengan cerita-cerita seperti Hikayat dan semacamnya yang bersifat fantasi belaka. Dalam Siti Nurbaya dilukiskan keadaan yang sungguh-sungguh ada dalam masyarakat atau merupakan gambaran suatu segi masyarakat yang patut menjadi perhatian di zaman itu yaitu soal<br />adat dan perkawinan. Dari gaya dan persoalan cerita yang dikemukakan pengarang Siti Nurbaya lebih menarik perhatian. Zuber Usman menilai Marah Rusli pengarang Indonesia yang pertama berani mengupas soal kemasyarakatan yang tak sesuai lagi dengan aliran zaman, seperti “orang jemputan” “kawin paksa” dan lain-lain. yang menjadi persoalan yang biasa terjadi di kalangan bangsawan di kota Padang. Cerita Siti Nurbaya ini menceritakan Baginda Sulaiman ayah Siti Nurbaya terpaksa meminjam uang dengan Saudaragar kaya , Datuk Maringgih. Dengan kekuasaan, uang dan harta Datuk Maringgih yang bertabiat keji itu dapat merebut Siti Nurbaya dari kekasihnya Syamsul Bachri. Siti Nurbaya .<br />Marah Rusli dilahirkan tahun 1889 di Padang, ayahnya Demang St. Abu Bakar gelar Sutan Pangeran, seorang bangsawan kota Padang.ia menamatkan Sekolah Melayu di padang (1904) , lalu Sekolah Raja (1910) di Bukit Tinggi dan Sekolah Dokter Hewan di Bogor. Ia meninggal taun 1968 di Bandung. Hasil karyanya adalah Siti Nurbaya (1922), roman Anak dan Kemanakan , Lahami. Karya puncaknya adalah Siti Nurbaya.<br />2. Merari Siregar dengan karyanya Azab dan Sengsara (1921), dan lain-lain.<br />3. Adinegoro karyanya Darah Muda (1927) dan Asmara Jaya (1928), Melawat ke Barat , dan lain-lain. Karya puncaknya adalah Darah Muda dan Asmara Jaya.<br />4 Abdul Muis karyanya Salah Asuhan (1928), Pertemuan Jodoh (1933), Pangeran Hindi ( terjemahan).Karya puncaknya adalah Salah Asuhan.<br />5. Mohammad Yamin dengan karyanya adalah sajak Tanah Air, Bahasa Bangsa, drama Ken Arok dan Ken Dedes (1934), Kalau Dewi Tara Sudah Berkata (1932), roman Gajah Mada dan Pangeran Diponegoro, serta terjemahan-terjemahan. Karya puncaknya adalah Tanah Air.<br />6. Hamka dengan karyanya adalah karyanya Tenggelamnya Kapal Van Der Wijch (1939), dan lain-lain.<br /><br />b. Sastrawan Angkatan 30-an ( Pujangga Baru )<br /> Sastrawan yang berkiprah dan hasil karyanya pada angkatan ini antara lain adalah :<br />1. Sutan Takdir Alisyahbana <br />Sutan Takdir Alisyahbana sebagai motor Pujangga Baru setelah menamatkan Sekolah Guru Sambunga (Schakel School) tahun 1928-1930 di Palembang , kuliah di Sekolah Hakim Tinggi tahun 1942 di Jakarta. Bersama Amir Hanzah dan Sanusi Pane mendirikan Majalah Pujangga Baru. Ia juga dikenal sebagai Dosen di Fakultas Darurat RI, Universitas Nasional dan mendirikan Yayasan Maju Ilmu dan Kebudayaan, mengasuh beberapa sekolah menengah dan Unas,serta anggota KNIP.<br />Layar Terkembang merupakan roman yang terpenting dan tergolong roman bertendens. Lewat tokoh Tuti dikemukkannya pendapat dan pandangannya tentang peranan wanita dan kaum muda dalam kebangunan bangsa. Kisahnya adalah tentang dua orang gadis bersaudara, Tuti dan Maria. Tuti sebagai gadis yang tergolong kaum muda, aktif dalam gerakan wanita. Ia merasa berkewajiban untuk membela kedudukan kaumnya di mata laki-laki. Tetapi ia pun berjuang melawan hatinya sendiri yang tak lepas dari sifat (kodrat) kewanitaan yang memimpikan suami dan menjadi seorang ibu. Maria seorang gadis periang lincah. Tuti dan Maria berkenalan dengan Yusuf, seorang mahasiswa kedokteran. Meskipun pada mulanya Yusuf tertarik pada Tuti, tetapi ia kemudian menjadi kekasih Maria. Kematian Maria karena penyakit TBC, terasa terlalu dipaksakan pengarang yang hanya mau mempertemukan cinta Yusuf dan Tuti …<br />Selain Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana misalnya Tak Putus Dirundung Malang, Dian Tak Kunjung Padam (1932), Tebaran Mega (1936), Bunga Rampai Puisi Lama (1941), dan lain-lain. Puncak karyanya adalah Layar terkembang (1936)<br />2. Armin Pane dengan karyanya Belenggu 1940), Barang Tiada berharga , Kisah Antara Manusia, Puisi Jiwa Berjiwa, Kumpulan puisi Gamelan Jiwa (1960), dan Kumpulan drama Jinak-jinak Merpati ( 1960), puncak karyanya adalah Belenggu.<br />3. Amir Hamzah dengan karyanya kumpulan puisi Nyanyi Sunyi (1937), Sajak Padamu Jua, Sajak Buah Rindu (1941), Sajak Hang Tuah dalam Buah Rindu dan Sajak Batu Belah dalam Nyanyi Sunyi. Puncak karyanya adalah Nyanyian Sunyi dan Buah Rindu<br />4. Pengarang-pengaran lain.<br /><br /><br />c. Sastrawan Angkatan 45 <br /> Sastrawan yang berkiprah dan hasil karyanya pada angkatan ini antara lain adalah :<br />1. Chairil Anwar <br /> Chairil Anwar adalah pelopor Angkata 45 ini, sebagi pengerak dan pembaharuan dalam bentuk dan visi perpuisian. Sajaknya sendiri revolusioner bentuk dan isinya, sajaknya meledak-ledak yang memperlihatkan jiwa yang berontak terhadap penjajahan pada waktu itu. Chairil Anwar lahir di Medan 25 Juli 1922 dari orang tua yang berasal dari Payakumbuh. Ia sekolah di Sekolah HIS Medan kemudian MULO juga di Medan tapi hanya sampai kelas dua saja. Ia meninggal 28 April1949 dalam usia belum lagi 27 tahun. Anwar dikenal sebagai sastrawan tahun 1943 beberapa bulan setelah Jepang mendarat di Indonesia. Ia telah menulis 70 sajak asli, 4 sajak saduran, 10 sajak terjemahan, 6 prosa asli dan 4 prosa terjemahan, semua ini dibukukan dalam kumpulan sajak Deru Campur Debu (1949), Kerikil Tajam dan Yang Terhempas dan Yang Terputus (1949) dan sajak-sajaknya bersama Asrul Sani dan Rivai Apin yang dikumpulkan dalam Tiga Menguak Takdir (1950). Karya puncaknya adalah Kumpulan sajak Deru Campur Debu.<br />Puisi krawang – Bekasi yang diambil dari Kerikil Tajam dan Yang Terhempas dan Yang Putus:<br />KRAWANG – BEKASI<br />Kamiyang kini terbaring antara Krawang-Bekasi<br />Tidak bisa lagi teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi<br /><br />Tapi siapa yang tidak lagi mendengar deru kami,<br />Terbayang kami maju dan berdegap hati ?<br />Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi<br />Jika dada rasa hampa dan dinding yang berdetak<br />Kami mati muda. Yang tinggal tulang dilipiti debu.<br />Kenang, kenanglah kami.<br />Kami sudah coba apa yang kami bisa<br />Tapi kerja selesai, belum apa-apa<br />Kami sudah beri kami punya jiwa<br />Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-6 ribu nyawa<br />Kami Cuma tulang-tulang berserakan<br />Tapi adalah kepunyaanmu<br />Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan<br />Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan ?<br />Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi<br />Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak<br />Kenang, kenanglah kami<br />Teruskan, teruskan jiwa kami<br />Menjaga Bung Karno<br />Menjaga Bung Hatta<br />Menjaga Bung Syahrir<br /><br />Kami sekarang mayat<br />Berilah kami arti<br />Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian<br />Kenang, kenanglah kami<br />Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu<br />Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi.<br /> ( Chairil Anwar )<br />2. Idrus dengan karyanya adalah Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, Novel Aki, Sandiwara Jibaku Aceh, Dokter Bisma dan Keluarga Surono, terjemahan karangan asing seperti Kereta Api Baja, Hari Penciptaan Pertama, Roti Kita Sehari-hari, Sepuluh Tenaga Kuda., Novel Surabaya. Dan karya puncaknya adalah Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.<br />3. Muchtar Lubis dengan karyanya Novel, Tak Ada Esok (1950), Jalan Tak Ada Ujung (1952), Senja Di Jakarta , Tanah Gersang (1966), Maut dan Cinta, Harimau-harimau, cerpen Si Jamal (1950) dan Perempuan (1956), puncak karyanya adalah Surabaya dan Jalan Tak Ada Ujung.<br />4. Pramudya Ananta Tur dengan karyanya Keluarga Gerilya (1949)<br />5. Sitor Situmorang dan pengarang-pengarang lain.<br /><br />d. Sastrawan Angkata 50-an ( Angkatan 66).<br /> Sastrawan yang berkiprah dan hasil karyanya pada angkatan ini antara lain adalah<br />1. Nugroho Notosusanto<br /> Nugroho Notosusanto termasuk salah seorang Tentara Pelajar yang aktif ikut gerilya pada zaman revolusi fisik di Jawa Tengah. Ia lahir di di Rembang tahun 1930. Sebagai pengarang cerpen, penulis esei dan sajak, beliau lulus sarjana sastra sejarah di FS_UI Jakarta, kemudia bergelar Doktor dan menjadi protesor , berbakti sebagai dosen, guru besar dan Rektor Universitas Indonesia. Ia juga dikenal sebagai sejarawan dan mengabdikan diri pada Pusat Sejarah ABRI dengan pangkat Brigjen TNI-AD. Sebelum meninggal beliau menjabat sebagai Menteri P dan K RI. Beliau mengarang Cerpen Hujan Kepagian (1958). Kumpulan cerpennya yang lain Tiga Kota (1959) dan Rasa Sayange (1963).<br />Pada umumnya cerpen-cerpennya menyuguhkan tema kemanusiaan yang dijalani dalam gaya penceritaan yang lincah dan humoris, seperti pada cerpennya Bayi dikisahkan dalam suatu pertempuran sengit, dua musuh berhadapan yaitu serdadu Belanda dan seorang gerilya Republik. Tiba-tiba keduanya dikagetkan oleh suara jerit bayi di sebuah gubuk. Kedua tentara itu saling pandang., lalu serentak memeriksa sang bayi. Keduanya menyelamatkan sang bayi dan ibunya dari medan pertempuran demi kemanusiaan… <br />Karya puncak Nogroho Notosusnto adalah Hujan Kepagian.<br />2. Ali Akbar Navis dengan karyanya Kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami (1956), Hujan Panas(1964), Bianglala (1964) dan novel Kemarau (1967). Karya puncaknya adalah Robohnya Surau Kami.<br />3. Trinoyowono dengan karyanya Kumpulan cerpen Laki-laki dan Mesiu (1957), Pagar Kawat Berduri (1962), angin Laut (1965), Di Medan Perang (1961), Kisah-kisah Revolusi (1965) dan roman Bulan Madu (1962). Karya puncaknya adalah Laki-laki dan Mesiu.<br />4. Toto Sudarto Bachtiar dengan karyanya kumpulan sajak Atsa (1958), Suara (1956), Surya (1956) , Cerpen pengarang asing dikumpulkannya dalam Bunglon (1965). Karya puncaknya adalah sajak Suara dan Bunglon.<br />5. W. S. Rendra dengan karyanya kumpulan sajak Balada Orang-orang Tercinta (1957), sajak-sajak Duabelas Perak dan Nyanyian dari jalanan dan Malam Stanza (1956), kumpulan sajak kakawinan, sajak –sajak Sepatu Tua, Mazmur Mawar, Potret pembangunan dalam puisi dan Aku Tulis Pamflet ini, Nyanyian Angsa, Pesan Pencopet kepada Istrinya dalam blues untuk Bonnie, Ia sudah bertualang (1963), terjemahan-terjemahan serta drama-drama eksprerimen. Karya puncaknya adalah Balada Orang-orang Tercinta.<br />6. Pengarang-pengarang lain.<br /><br />e. Sastrawan Angkatan 70-an / Mutakhir.<br /> Sastrawan yang berkiprah dan hasil karyanya pada angkatan ini antara lain adalah<br />1. Sutardji Calzoum Bachri merupakan tokoh penyair yang paling menonjol dan terkemuka di antara sastrawan angkatan 70-an. Berkat gagasan pembaharuan puisi yang dikemukannya dan pembacaan sajaknya khas dan menarik perhatian. Puisi-puisinya menunjukkan orisinalitas, mengikuti konvensi kepuitisan berupa bentuk visual yang secara lingustik nonsense (tak mempunyai arti), tetapi menimbulkan makna dalam sajak, hanya menggunakan pembaitan, enjambeman, rima dan tipografi seperti sajak Tragedi Winka & sihka. Sutradji lahir 24 Juni 1941 di Rengat (Riau) . Pendidikan terakhirnya adalah Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Sosial dan Politik Universitas Padjadjaran , Bandung. Karyanya sajak Tragedi Winka & Sihka, Amuk, O (1973), Kapak (1979) ketiganya ini diterbitkan dalam satu buku yang berjudul O Amuk Kapak, Luka dan sebagainya. Karya puncaknya adalah Amuk.<br />Sajak Sutardji Amuk :<br />Amuk<br />….. aku bukan penyair sekedar<br /> aku depan<br /> depan yang memburu<br /> membebaskan kata<br /> memanggilMu<br />pot pot pot<br />pot pot<br />kalau pot tak mau pot<br /> biar pot semua pot<br />mencari pot<br /> pot<br />hei kau dengan manetraku<br /> Kau dengan kucing memanggilMu<br /> Izukalizu<br />Mapakazaba itasatali<br /> Tutulita<br />Papaliko arukabazaku kodega zuzukalibu<br />…………………………………………..<br />2. Abdul Hadi W.M dengan karyanya Laut Belum Pasang (1971), Potret Panjang Seorang Pengunjung Pantai Sanur (1975), Cermin (1975), Meditasi (1975), dan Tergantung pada Angin (1977), Baithul Makdis, Pada Malam Isra dan Mi’raj Elegi I dalam potret, Dari Tawangmangu,Tuhan, Kita Begitu Dekat dan lain-lain. Karya puncaknya adalah Potret.<br />3. Putu Wijaya dengan karyanya adalah Drama Dalam Cahaya Bulan (1964), Bila Malam Bertambah Malam (1965), Invalid, Matahari Yang Terakhir (1964), Burung Gagak (1966), Tak Sampai Tiga Bulan (1967), Orang-orang Malam (1966), Lautan Bernyanyi (1967), Tidak (1969), Almarhum (1969), Dapdap (1969) dan Orang-orang Mandiri (1971), Telegram (1977), Stasiun (1977), Pabrik (1976), Tak Cukup Sedih Ratu Sah (1978), Es (1974), kumpulan puisi Dadaku adalah Perisaiku (1974) dan film Tiba-tiba Malam (1978). Karya puncaknya adalah Telegram<br />4. Yudistira Ardinugraha dengan karyanya Drama Wot Atawa Jembatan dan Ke, novel Mencoba Tak Menyerah (1979), Arjuna Mencari Cinta (1977), Ding Dong (1978), kumpulan sajak 1978 Omong Kosong, sajak Sikat Gigi, Arjuna Mencari Cinta II dan lain-lain. Karya puncaknya adalah Arjuna Mencari Cinta.<br />5. Linus Suryadi A.G dengan karyanya adalah Pengakuan Pariyem (1981) , kumpulan sajak Langit Kelabu (1976), Syair-syair dari Yogya (1978). Karya Puncaknya adalah Pengakuan Pariyem.<br />6. Leon Agusta dengan karyanya kumpulan sajak Monumen Safari (1966) bersama Chairul Harun, Rusli Marzuki, Saria dan Z.Bakry, Catatan Putih (1975) dan Hukla Matahari dan Bulan.<br />6. Hamid Jabar dengan karyanya adalah kumpulan puisi Dua Warna (1974), Paco-paco (1974) dan Wajah Kita (1981)<br />7. Eka Budijanta dengan karyanya kumpulan sajak Ada (1976), Bang-bang Tut (1976), Bel (1977) Rel (1978) Sabda Barsahut Sabda (1978) dan Sejuta Miliyar Satu (1984).<br />8. F. Rahardi dengan karyanya kumpulan sajak Soempah WTS (1983), Catatan Harian Sang Koruptor (1985),dan lain-lain.<br />9. Emha Ainun Najib dengan karyanya kumpulan puisi “M” Frustasi , Sastra yang membebaskan (1984), Bagian Sangat Penting dari Desa Saya (1983). Karya puncaknya adalah kumpulan puisi “M” Frustasi.<br />10. Pengarang-pengarang lain.<br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-30323117140681484872010-02-13T23:17:00.001-08:002011-04-27T03:55:13.760-07:00Akibat TeknologiBUDAYA YANG TIMBUL AKIBAT TEKNOLOGI<br /><br /><br />A. Budaya Baru Yang Timbul Akibat Teknologi<br />Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak terlepas dari pengaruh perubahan global , perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perkembangan dan perubahan secara terus-menerus ini menuntut perlunya perbaikan diberbagai lini serta memerlukan sikap bijak dalam menyikapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri agar terwujud masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.<span class="fullpost"><br /><br />Atas dasar tuntutan tersebut perlu diupayakan peningkatan sumber daya manusia yang harus dilakukan secara menyeluruh yakni aspek – aspek moral, ahlak, budi pekerti, prilaku , pengetahuan , kesehatan , keterampilan dan seni yang bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui kompetensi teknologi, menyesuaikan diri dan berhasil di masa datang. Oleh sebab itu kita harus memiliki ketangguhan , kemandirian dan jati diri yang dikembangkan melalui belajar dan berlatih menguasai teknologi yang sesuai dengan perkembangan zaman.<br /><br />Globalisasi menyebabkan pergaulan antarbangsa di dunia tidak mengenal batas-batas suatu negara. Setiap orang di dunia sangat mudah untuk berhubungan dan bertukar informasi. Kebudayaan baru mempengaruhi kebudayaan lama. Kebudayaan asing mempengaruhi kebudayaan setempat. Pencampuran kebudayaan dan pergaulan dengan dunia luar menyebabkan terjadinya perubahan perilaku masyarakat. Masyarakat yang semula mempunyai gaya hidup pedesaan berubah menjadi masyarakat yang bergaya hidup perkotaan. Masyarakat yang semula memegang teguh kebudayaan daerahnya sedikit demi sedikit mulai meninggalkannya.<br />Contoh-contoh budaya baru yang timbul akibat perkembangan teknologi : <br />1. Gaya Hidup Modern<br /> Teknologi mempengaruhi gaya hidup masyarakat . Gaya hidup merupakan pola tingkah laku masyarakat. Masyarakat menganut gaya hidup modern ada yang kurang sesuai dengan norma-norma dan budaya bangsa kita. Contoh : pergaulan bebas, minum-minuman keras, malas, suka dan bangga menggunakan produk luar, boros, dan lain-lain. <br />2. Malas<br /> Zaman sekarang banyak masyarakat kita yang cara hidupnya berubah. Karena sekarang sudah banyak tersedia alat-alat teknologi yang dapat membantu mereka melakukan barbagai macam aktifitas dengan mudah, cepat, dan kualitas hasilnya baik misalnya para ibu rumah tangga menanak nasi, mencuci, menyapu dan lain-lain menggunakan alat-alat yang bertenaga listrik karena cepat, sehingga mereka malas melakukan dengan tangan mereka sendiri. Atau yang paling sering kita temui adalah banyak masyarakat kita yang suka mengkonsumsi makanan dan minuman instan yang cepat saji dengan alasan praktis selain terbentur oleh kesibukkan mereka. Sehingga segala sesuatu pekerjaan yang biasanya mereka lakukan sendiri dahulu kini diganti oleh mesin-mesin atau alat-alat canggih hasil dari teknologi.<br />3. Boros<br /> Sudah pasti bahwa untuk memenuhi semua kebutuhan yang serba enak, praktis, cepat dan berkualitas tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit. Oleh sebab itu biasanya banyak orang sekarang ini bergaya hidup sangat materialistis, artinya uang menjadi segala-galanya. Akhirnya berbagai carapun ditempuh untuk mendapatkan uang misalnya korupsi, mencuri dan lain-lain. Hal ini jelas merupakan perbuatan yang salah karena tidak sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama dan budaya kita.<br />4. Gaya hidup santai<br /> Tidak dapat disangkal lagi bahwa masyarakat kita sekarang karena banyak yang istilah trennya budaya ngaret. Hal ini disebabkan oleh semua pekerjaannya yang sulit menjadi mudah, pekerjaan yang rumit menjadi sederhana dan praktis, pekerjaan yang memerlukan waktu lama menjadi cepat, sehingga membuat mereka menganggap segala sesuatu itu adalah gampang. Secara tidak sadar mereka membiasakan diri mereka menjadi santai dan suka menunda-nunda waktu ataupun pekerjaan.<br />5. Hilangnya rasa malu<br /> Seiring dengan pesatnya kemajuan berbagai bidang membuat masyarakat kita terlena terbawa arus kemajuan. Bergesernya nilai-nilai budaya setempat oleh budaya asing menyebabkan pergaulan manusia antarbangsa di dunia tidak mengenal batas-batas suatu negara. Setiap orang di dunia sangat mudah untuk berhubungan dan bertukar informasi. Pencampuran kebudayaan dan pergaulan dengan dunia luar menyebabkan terjadinya perubahan perilaku masyarakat. Masyarakat yang semula mempunyai gaya hidup pedesaan berubah menjadi masyarakat yang bergaya hidup perkotaan/modern. Masyarakat yang semula memegang teguh kebudayaan daerahnya sedikit demi sedikit mulai meninggalkannya.Mudah terpengaruh melihat sesuatu yang baru tanpa harus menyaring dan memikirkan dampaknya baik atau buruk bagi dirinya atau bagi masyarakat luas misalnya dulunya bagi kaum perempuan muslim harus menggunakan pakaian yang menutup aurat, sekarang akibat pengaruh tayangan televisi banyak kaum perempuan sekarang menggunakan pakaian yang tidak menutup auratnya, banyak remaja putri sekarang yang menggunakan pakaian yang ketat-ketat, atau banyak remaja kita yang suka minum-minuman keras, mengkonsumsi narkoba, pergaulan bebas, dan lain-lain tanpa menghiraukan nilai-nilai atau norma-norma kehidupan dalam masyarakat. Dan yang lebih parah lagi sekarang mulai lunturnya nilai akhlak dan budi pekerti pada anak-anak kita baik yang remaja maupun yang masih anak-anak misalnya dulu tradisi kita mengajarkan bahwa yang muda menghormati yang lebih tua, murid menghormati guru, anak menghormati orang tua dan lain-lain sekarang tradisi itu mulai bergeser yang muda kurang menghormati yang tua, murid kurang menghormati guru, anak kurang menghormati orang tua. <br />6. Ikut-ikutan.<br /> Pada zaman sekarang nilai-nilai atau norma-norma kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh nilai-nilai kehidupan asing. Berbagai acara televisi yang menayangkan film-film asing, acara musik, atau acara hiburannya, mempengaruhi perilaku masyarakat terutama para remaja dan anak-anak. Mereka tidak memikirkan baik buruk apa yang mereka tiru dari tayang televisi yang mereka tonton. Nilai-nilai yang bertentangan dengan adat istiadat setempat sudah dianggap biasa. Demikian pula tradisi atau adat kebiasaan yang berlaku di masyarakat mengalami perubahan. Dulu masyarakat kita lebih berpegang pada tradisi kuno yang sejalan dengan akal pikiran manusia. Sedangkan sekarang nilai dan tradisi itu berkembang menjadi berpikir yang lebih rasional dan berdasarkan ilmu pengetahuan. <br />7. Anarkhis<br /> Akibat tayang televisi yang sering menayangkan film-film luar negeri yang tokoh-tokohnya memainkan peran yang keras, anarkhis dan bebas sehingga membuat masyarakat kita juga terpengaruh. Tidak jarang kita mendengar berita terjadinya kekerasan di mana-mana. Demo-demo yang memperlihatkan tindak-tindak anarkhis, teror dan sebagainya.<br /><br />B. Perkembangan teknologi zaman dulu dan sekarang.<br />1. Teknologi Industri <br />Masyarakat kita dulu menggunakan teknologi sebatas kemampuan dan kebutuhan mereka saja. Semua peralatan terbuat dari bahan alam sekitar yang mudah didapat seperti batu, tenaga air, manusia, dan tenaga hewan. Semakin cerdas manusia semakin meningkat taraf hidupnya dan semakin banyak pula alat/barang yang dibutuhkan untuk memenuhi kepaerluan hidupnya. Sehingga tidak dapat disangkal bahwa ilmu pengetahuan dan sains itu telah memberikan sumbangan yang besar terhadap peri kehidupan umat manusia. Dengan ilmu pengetahuan dan sains, banyak hal yang dahulu hanya berupa khayalan belaka, kini suadah menjadi kenyataan. Lagi pula penerapan ilmu pengetahuan dan sains itu pada teknologi, telah mampu mengubah wajah kehidupan umat manusia di abad kedua puluh ini.<br />a. Pakaian<br />Saat ini misalnya industri pakaian sudah sangat banyak. Berbagai jenis pakaian dan motif dalam maupun luar negeri mudah diperoleh.Misalnya pakaian untuk bekerja, pakaian pesta, pakaian santai pakaian tidur dan lain-lain. Setiap orang mempunyai kebebasan untuk berpakaian sesuai dengan keinginanya. Pada umumnya masyarakat kita sekarang tidak menghiraukan lagi cara berpakaian yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan kesopanan yang suadah berurat akar di masyarakat kita<br />b. Makanan<br />Karena banyak macam makanan yang dihasilkan oleh alat-alat teknologi maka masyarakat kita mempunyai banyak pilihan jenis makanan dan minuman. Baik yang masih segar sehat dan bergizi maupun yang instan serta makanan yang cepat saji. Jenis makan instan dan cepat saji ini digemari karena praktis dan sesuai dengan keadaan masyarakat kita yang cukup sibuk. Sehingga jenis makanan tradisional kita ditinggal.<br />c. Alat-alat rumah tangga<br />Sekarang sudah banyak tersedia alat-alat teknologi yang dapat membantu mereka melakukan barbagai macam aktifitas dengan mudah, cepat, dan kualitas hasilnya baik misalnya para ibu rumah tangga menanak nasi, mencuci, menyapu dan lain-lain menggunakan alat-alat yang bertenaga listrik karena cepat. Alat-alat teknologi ini diciptakan oleh manusia dengan tujuan mempermudah dan membantu kegiatan manusia. Pekerjaan yang berat menjadi ringan, yang sulit menjadi mudah dan yang rumit menjadi sederhana dan praktis.<br />d. Alat-alat elektronik<br />Alat-alat elekronik disini erat kaitannya dengan teknologi di bidang komunikasi dan informasi, pendidikan, kesehatan, pertanian, industri, ilmu pengetahuan, dan bahkan tuntutan dunia kerja seperti radio, televisi, telepon, faksimili ,telepon genggam, komputer, internet, sehingga kita dengan mudah berkomunikasi maupun mendapatkan informasi. Komputer juga merupakan alat yang diciptakan untuk membantu manusia dibidang perbangkan, kesehatan, pendidikan, biologi, teknik, militer, meteorologi, astronomi hiburan dan lain-lain.<br /><br />2. Teknologi Komunikasi dan informasi<br />Proses berhubungan dengan orang lain disebut komunikasi, yaitu proses penyampaian berita atau pesan kepada orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hubungan jarak dekat komunikasi biasanya dilakukan dengan cara langsung/secara lisan atau berkata-kata., sedangkan untuk berita atau pesan biasanyan menggunakan peralatan komunikasi Zaman dulu kita berkomunikasi mengunakan kentungan, beduk, api, gambar, tanda jejak, simbol, asap, burung , dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang komunikasi dan informasi juga sangat cepat. Dengan memanfaatkan teknologi satelit, jangkauan komunikasi sudah mencakup hampir seluruh tempat di permukaan bumi ini.<br /><br />Sekarang masyarakat kita sudah mengenal dan menggunakan tulisan, tegraf, radio, televisi, telepon, faksimili ,telepon genggam, komputer, internet, sehingga kita dengan mudah berkomunikasi maupun mendapatkan informasi.<br />Komputer misalnya merupakan alat yang diciptakan untuk membantu manusia dibidang perbangkan, kesehatan, pendidikan, biologi, teknik, militer, meteorologi, astronomi hiburan dan lain-lain.<br /><br />3. Teknologi Transportasi<br />Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang transportasi juga tidak kalah majunya. Dulu kita hanya menggunakan alat-alat transportasi yang sederhana seperti keledai, unta, kuda, lembu, gerobak, andong, pedati / dokar, perahu layar, sampan, sepeda, dan lain-lain sekarang kita sudah bisa menggunakan sepeda motor, mobil, kereta api, pesawat terbang dan lain-lain.<br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-25496770163880887432010-02-13T23:13:00.000-08:002011-04-27T03:56:00.643-07:00Cerita RakyatBATU LOWANG INGEI<br /><br /> Dahulu kala terdapat sebuah betang di tepi sungai Samba sebelah kanan mudik. Betang tersebut dihuni puluhan keluarga. Diantara keluarga tersebut terdapat pasangan muda yang baru saja melangsungkan perkawinannya. Mereka adalah Tombong dan istrinya Ingei.<br /> Suatu ketika di betang itu dilaksanakan upacara balian. Upacara ini dilakukan untuk melaksanakan pengobatan pada salah seorang warga betang itu yang sakit keras. Di tengah betang dibuat sebuah sangkai puca.<span class="fullpost"><br /> Sangkai puca ini bahannya dari berbagai dahan kayu yang masih lengkap, dengan daunnya, diikat tegak seperti pohon kayu. Dahan kayu yang digunakan adalah pohon beringin karena lambat layu daunnya lagi pula rimbun serta serasi.<br /> Setiap malam ramai orang makan minum dan menari serta menyanyi karungut. Namun Tombong dan istrinya yang tinggal dalam kamar yang paling ujung tidak pernah mau keluar dan ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut. <br /> Pada suatu hari pagi-pagi sekali Tombong sudah pergi untuk berburu. Kepada istrinya Tombong berkata : “ Ingei sepeninggalku pergi ini jangan sekali-kali kamu keluar dari kamar. Tidak usah kamu ikut biar hanya melihat upacara itu.” Pesan ini diucapkan Tombong karena seorang pencemburu. Memang Ingei seorang wanita yang cukup rupawan.<br /> Sepeninggal Tombong Ingei sangat penasaran. Di luar kamarnya terdengar sorak sorai penuh kegembiraan. Gong dan gendang bertalu-talu. Laki-laki perempuan, tua muda ramai manasai mengelilingi sangkai puca.<br /> Pikir Ingei dalam hatinya : “ Aku mengira tak apalah jika aku melihat keramaian itu.” Ia hanya berniat untuk menonton sebentar saja dan sementara menunggu Tombong pulang.<br /> Ternyata Ingei lupa pulang kembali ke kamarnya , saking asyiknya menonton orang yang manasai itu. Ia tak tahu kalau Tombong cepat pulang dengan hasil buruannya seekor Kalasi.<br /> Tombong sangat marah ketika mengetahui istrinya tidak berada di dalam kamar mereka. Ia menduga sudah pasti istrinya menonton upacara balian itu.<br /> Dengan jengkel Tombong memberi pakaian bangkai kalasi itu. Dipakaikannya Cawat , baju sangkarut dan kopiah sampahangang. Tombong lalu mengendong bangkai kalasi itu menuju ke tengah betang, Saat ramainya orang manasai. Semua orang heran melihat kelakuannya itu, tapi tidak ada seorangpun berani menyapanya.<br /> Dilihatnya istrinya duduk diantara orang banyak dengan bengong tanpa berani membuka mulut. Bangkai kalasi itu dilemparkannya ke atas sangkai puca, lalu ia kembali ke kamarnya.<br /> Orang banyak heran, bangkai kalasi itu hidup kembali dan memanjat naik ke atas puncak sangkai puca. Orangpun ribut menyaksikan kejadian itu. Sebagian ingin membunuhnya dan mulai mengepungnya.<br /> Tiba-tiba hari yang cerah berubah menjadi gelap pekat. Angin bertiup kencang , kilat dan petir menyambar-nyambar. Betang itu beserta seluruh penghuninya berubah menjadi sebuah gundukan batu besar. Hanya Ingei yang masih hidup, tetapi ia terkurung dalam batu itu. Kelihatan batu itu seperti kamar, tanpa pintu dan hanya ada sebuah lubang kecil sebesar lengan.<br />Beberapa tahun berlalu setelah peristiwa itu. Jika terdengar ada suara orang melewati tempat itu Ingei lalu mengulurkan tangannya meminta makanan. Kadang kala ia bersedia menjahit pakaian orang – orang yang menolongnya asal menyediakan kainnya sendiri, benang dan jarumnya. Jahitan tangannya Ingei sangat halus dan rapi. Beberapa kali orang telah mencoba untuk membantunya keluar dari lobang itu. Mereka memahat lubang kecil itu memperbesarnya agar Ingei dapat keluar.<br /> Tapi mereka keheranan batu itu bagai bernyawa. Setiap tercongkel sebuah bongkahan sebesar itu pula bergerak menutupi bagian yang telah tercongkel tadi. Begitulah keadaannya hingga lubang seperti besarnya semula. Seorang yang penasaran saking jengkelnya lalu menusuk Ingei denga sepotong kayu.<br /> Sejak saat itu tidak pernah lagi terlihat lengan Ingei keluar. Ia takut memperlihatkan dirinya dan tak mau lagi berhubungan dengan orang lain. Apakah ia terluka dan meninggal dunia tak seorangpun yang mengetahuinya .<br /> Sejak saat itu gundukan bukit batu itu lalu dinamakan orang “ Batu Lowang Ingei “. Artinya batu lubang Ingei. Letaknya dihilir desa Tumbang Jala, termasuk wilayah Kecamatan Sanaman Mantikei Kabupaten Kotawaringin Timur.<br /> Kembali pada Tombong suami Ingei , ketika hari telah menjadi gelap ia pergi berkayuh ke seberang sungai lalu berlari ke dalam rimba. Petir menyambar mengikutinya berlari tanpa tujuan mencari tempat berlindung.<br /> Akhirnya ia sampai ke tepi sungai Baraoi anak dari sungai Samba. Ketika ia melompati sungai itu dengan maksud menyeberanginya pada saat itu pula petir menyambar tubuhnya yang langsung berubah menjadi batu. Lalu jatuh di tengah sungai itu. Batu itulah yang disebut orang Batu Tombong. Yang terdapat dekat desa Tumbang Baraoi sekarang ini. Demikianlah cerita Batui Lowang Ingei.<br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9041874682987360770.post-51283147424630403992010-02-13T16:17:00.000-08:002011-04-27T03:57:45.018-07:00Keadilan Akhirat<span class="fullpost">Kebesaran Allah SWT dengan ayat-ayat Nya yang tersebar di alam raya ini, termasuk peristiwa atau fenomena alam. Kemampuan manusia yang sangat terbatas, tidak sepenuhnya mampu memahami kejadian yang ada di sekita kita. Allah SWT memiliki “Kuasa”, manusia punya kewajiban. Di akhirat, Allah SWT pasti “membuka keadilan” yang benar-benar adil dan seluruh umat manusia adalah terdakwa dengan saksi jiwanya sendiri.</p> <p>Semoga langkah kita dalam hidayah Allah SWT dan mampu meninggalkan perbuatan yang dimurkai Allah SWT.</p> <p>Tulisan-tulisan ini memiliki tujuan untuk melaksanakan perintah Allah SWT: “<em>amar ma’ruf nahi munkar</em>“. Semoga ridla Allah menyertai kita. Amiin.</p><br /></span>Ruskian Hariadi, S.Pd.,M.Ahttp://www.blogger.com/profile/08113555518253329202noreply@blogger.com0