Selamat Datang!

Rabu, 27 April 2011

Dongeng

TANJUNG GAJAH MUNDUR
Musim kemarau panjang , membuat hampir semua sungai kekeringan . Rumput – rumput menjadi layu . Daun – daun tanaman menjadi luruh . Binatang – binatang ikut menderita . yang bertubuh gemuk rata – rata terlihat kurus . Dengan mengelompok , masing – masing pergi mencari makanannya kemana – mana . Di mana ada air disitu bertahan . Dimana ada sesuatu yang dapat dimakan , disitu mereka berteduh .
Demikian pula halnya yang menimpa sekelompok gajah di pulau Jawa . Meghindari malapetaka itu , mereka menyebrangi laut mencari tempat tinggal baru . Terserah , di mana terdampar , disitulah mereka menetap . Akhirnya mereka tiba di pulau Kalimantan . Dan kebetulan pula persis di muara sungai Kahayan . Rombongan tersebut , terus mudik menyusuri sungai , betapa gembiranya rombongan gajah itu .
Walaupun musim kemarau sama dengan di tempat asalnya tetapi makanan masih mudah didapat . Air juga sangat banyak .
Pada suatu hari , seekor kancil sedang lewat . Betapa kagetnya kancil melihat rombongan tadi. Seumur hidupnya belum pernah melihat binatang sebesar itu . Lama kancil menatap mereka satu persatu . “ Kalau terinjak tubuhku ini , pasti hancur luluh , “ pikir kancil .Perlahan – lahan kancil mendekat seraya bertanya :
“ Hai , sobat ! Baru sekarang aku melihat kalian . Dari mana sebenarnya kalian ini ? Siapa nama kalian ? Dan mau kemana pula ? “
“ Betul sobat ! Kami ini bearasal dari pulau seberang . Nama kami , gajah ! Kami kemari , sebab di sana tidak ada lagi makanan . “ Jawab pimpinan gajah itu . “ Kamu sendiri , siapa namamu ? “ gajah balik bertanya . “ Nama saya …Kancil ! “ jawab kancil singkat . “ Adakah penghuni tempat ini , yang lebih besar dari kami ? “ Tanya gajah lagi .
Mendengar pertanyaan itu , kancil sempat terdiam . Sambil berpikir , apa kira – kira kemauan gajah dengan pertanyaan itu . “ Kalau ada , apa mau mu ? “ Tanya kancil lagi . “ Kami ingin mencoba adu kekuatan . Kalau kami kalah , biarlah kami semuanya ini dijadikan hamba sahaya kalian . Bila kami menang , maka kamilah raja di sini . Kalian semua menjadi hamba sahaya , “ jelas gajah . “ Ada ! kapan rencanamu mau bertanding ? “ kata kancil tegas .
“ Kami tunggu lima hari lagi ! “ jawab gajah singkat . “ Baik ! “ kalian jangan jauh dari sini ! “ tukas kancil .
Setelah itu kancil pergi mencari badak . Setelah bertemu , diceritakannya kejadian tersebut . Badak juga merasa kecut mendengarnya . Ia membayangkan bahwa musuh itu pasti tidak tanggung – tanggung . Lama badak berjalan hilir mudik sambil berpikir . Siapa diantara penghuni hutan ini yang sepadan . Hamba rasa jelas tidak satupun , “ tukas kancil . “ Begini saja ! “ Suruh mereka berkumpul ke sini , tanpa kecuali !” perintah badak . “ Baik , tuanku ! “ jawab kancil lalu pergi.
Semua binatang yang ditemui , disuruhnya berkumpul , atas perintah badak . Babi marah sekali . Saat ia asyik tidur , tiba – tiba kancil berteriak membangunkannya . Begitu pula landak . Lagi asyik mengeruk tanah untuk tempat tinggalnya , terpaksa harus berhenti . Perintah badak , semua harus berkumpul tanpa kecuali . Dan harus hari itu juga . “ Ada sesuatu yang amat penting sekali ! “ kata kancil bila ada yang bertanya . Begitulah , bukit tempat badak tinggal hiruk pikuk oleh kawanan binatang berkumpul sore itu . Badak segera berdiri memberi penjelasan . Bahwa di daerah itu ada tamu baru yang datang tanpa diundang . Mereka mengajak adu kekuatan . Siapa yang menang dialah yang menjadi raja di daerah itu . Untuk itu semua diminta berkumpul , menentukan siapa kira – kira yang berani menandingi mereka . Dan kepada kancil diberi kesempatan untuk menjelaskannya .
Kancilpun berdiri . Dengan terperinci diceritakannya tentang tamu itu . Mendengar cerita kancil , rata -rata mereka gemetar ketakutan . Kepada macan ditawarkan : “ Tidak berani ! “ babi apalagi ! Kepada beruang , saat namanya disebut saja dia sudah lari . Akhirnya rapat itu buntu . Tidak satupun dari yang hadir menyanggupinya. Dalam keadaan bingung , badak berjalan mondar mandir. Yang lain , satupun tidak ada yang bersuara . Semua dicekam rasa takut . Akhirnya ……..: Begini , saudara – saudara ! “ kata kancil . Seperti mendengar bunyi halilintar mereka mendengarkan suara kancil . Rata – rata yang hadir menjadi kaget sekali . Baru satu dua berani mengangkat kepalanya . Rusa sendiri baru kelihatan matanya berkedip . Begitu pula trenggiling . Tubuhnya yang bulat seperti bola sekarang baru berani diluruskan.
Kalau satupun diantara kita tidak ada yang berani melawan saya ada akal , “ katanya . “ Baik ! “ Katakanlah ! “ kata yang lain serempak . Badak mendengus marah . “ Diam ! “ gertaknya . “ Kita tunggu dulu , apa pendapat kancil ! “ Saya Cuma minta beberapa
haldari saudara – saudara . Pertama , saya minta dari saudara landak , bulunya yang paling panjang . Cuma satu helai . Kemudian saya minta saudara Ketut seru memasukkan kentutnya ke ruas bambo . Dan saudara beruang , saya minta untuk mencarikan satu lembar kulat barung . Tetapi yang paling besar .”
“ Kalau saya boleh tahu , untuk apa semua itu ?”Tanya badak . “ Begini tuanku ! Pada hari yang dijanjikan , saya akan menemui mereka . Saya katakana bahwa kita tidak usah adu kekuatan . Cukup mereka melihat apa yang saya bawa . Mereka boleh membayangkan kekuatan kita . Dengan itu , mereka berpikir , berani melawan atau tidak . Bulu landak , saya katakana bulu ketiak raja . Kentut Seru , saya jelaskan bau kentut raja . Kulat barung , daun telinganya , “ jelas kancil sambil tersenyum . “ Bagus ! “ Setuju sekali !” kata mereka serempak . Badak sangat memuji kecerdikan kancil . Saat itu juga badak memerintahkan mereka menyiapkannya .
Hari yang dijanjikan telah tiba . Dengan dibantu oleh yang lain kancil membawa semua yang diperlukan . Dari jauh , sudah kelihatan barisan kawanan gajah . Melihat gajah – gajah itu , teman – teman kancil tidak berani mendekat . Berlomba – lomba mereka bersembunyi di bawah semak belukar .
Kancilpun memanggil pimpinan gajah : “ Hai , saudara gajah ! “ teriak kancil . Seperti bunyi bukit runtuh , kawanan gajah itu mendekat “ Hai , Kancil !” Dimana kawanmu yang kau suruh melawan aku ?”Tanya pimpinan gajah . “ Begini , saudara gajah ! kata raja kami , sementara beliau tidak usah datang dulu . Cukup dengan hamba memperlihatkan beberapa hal sebagai contoh . Bila kalian setelah melihat barang yang kubawa ini masih berani melawan , beliau akan datang . “Jelas kancil dengan suara tegas . “ Apa yang kamu mau perlihatkan itu ? Coba buka lekas aku mau lihat !”ujar pimpinan gajah . “Baiklah ! Kemarilah lebih mendekat lagi !” kata kancil seraya mengeluarkan bawaannya satu persatu . “ Apa itu ? “ Tanya gajah sambil mengamati bulu landak dengan teliti . “ Itu bulu ketiak raja kami . Bila tertusuk sampai batas warna hitam itu , pasti mati . kata kancil . “ Bulu ketiak ?” Tanya gajah sambil menggeleng – gelengkan kepala . “ Ya !” jawab kancil singkat . “ Waduh ! “ Mati aku !” kata gajah , sambil gemetar . “ Kalau isi ruas bambo itu ? “ Tanya gajah lagi . “ Hati – hati , saudara !” kata kancil . “ Mengapa ? Apa bisa meledak ? “ Tanya gajah ingin tahu . “ Coba dekatkan hidungmu !”ujar kanjil seraya membuka sumbat ruas bambo itu . Tiba – tiba seperti kena tembakan , beberapa ekor gajah yang dekat di situ lari sambil meronta – ronta . Ada yang bersin . Ada yang batuk . Malah du tiga ekor dari mereka ada yang muntah . “ Kurang ajar ! “ Bau apa itu ? “ Tanya gajah saja begitu . ‘ Itu bau kentut raja kami ,”jawab kancil . Bau kentutnya saja begitu . Apalagi kekuatannya !” jelas gajah itu “ Apa lagi ?”Apa itu ? ini daun telinga raja kami !” Daun telinganya ?” “Ya !”jawab kancil dengan gagah . “ Mati aku Daun telingaku sendiri belum sampai separuh daun telinga rajamu ,”kata , pemimpin gajah itu .”Sekarang bagaimana pendapatmu ? Apakah masih perlu kita adu kekuatan ? “ Tanya kancil dengan sombong . “ Jangan ! Tidak usah saja ! Jujur saja kami , tidak berani ! “ kata pimpinan gajah itu.Keesokan harinya kawanan gajah itu , menghilir sungai Kahayan . Mereka langsung mundur .
Demikian sebuah dongeng yang ada di desa tanjung hilir Palangka Raya yang diberi nama : “ Tanjung Gajah Mundur .”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar