Selamat Datang!

Sabtu, 13 Februari 2010

Morfologi

MORFOLOGI : MORFEMMIS SEGMENTAN : AFIKSASI DAN KLITISASI


1. Pengantar
Diantara proses-proses morfemis yang terpenting adalah afiksasi, yaitu pengimbuhan afiks.
Afiks ada empat macam :
a. Prefiks, yang diimbuhkan di sebelah kiri dasar dalam proses yang disebut “prefiksasi”.
b. Sufiks, yang diimbuhkan di sebelah kanan dasar dalam proses yang disebut “sufiksasi”
c. Infiks, yang diimbuhkan dengan penyisipan di dalam dasar itu dalam proses yang namanya “ infiksasi”
d. Konfiks, atau simulfiks, atau ambifiks, atau sirkumfiks, yang diimbuhkan untuk sebagian di sebelah kiri dasar dan untuk sebagian di sebelah kanannya dalam proses yang dinamai “konfiksasi”,atau “simulfiksasi”,atau “ambifiksasi”,atau”sirkumfiksasi”.
Fungsi utama yang dimiliki oleh proses afiksasi yaitu :
Fleksi, yaitu afiksasi yang membentukkan alternan-alternan dari bentuk yang tetap merupakan kata, atau unsure leksikal, yang sama dan Derivasi, yaitu afiksasi yang menurunkan kata atau unsure leksikal yang lain dari kata atau unsure leksikal tertentu.
2. Sekedar contoh afiksasi
Diantara prefiks Indonesia ada ( men-) seperti dalam : mendapat, mencuri, menyalak, melintang, merintis, mengubah, menantang dan lain sebagainya. Ada pula prefiks ( pen-) seperti dalam : pengurus, pemarah, penterjemah, pencipta dan penyatu. Prefiks ( ke-) ada dalam : kedua, ketiga, ; prefiks ( se-) sepereti dalam : setinggi, sesuai; Prefiks ( ber-) seperti dalam berjuang, belajar, Prefiks ( memper-) seperti dalam memperbanyak, memperkuat dan masih banyak lagi.
Sebagai Infiks untuk bahasa Indonesia dapat disebutkan hanya (-in-) dalam kesinambungan. Akhirnya konfiks adalah (men—kan),(memper—kan), (men-i), (memper—i) seperti dalam : menyembelihkan,mempermainkan,menduduki dan memperingati; (ke—an)1 seperti dalam keindahan, ketinggian dan ( ke—an )2 seperti dalam kelupaan, atau kelewatan.
Dalam bahasa Inggris misal prefiks (un-) dalam uneasy, (dis-) dalam disable ( re-) dalam redo, (be-) dalam befriend. Ada sufiks (-able) dalam comfortable dan semua sufiks verba seperti (-ing),(-s), (-d) dalam fleying, plays, played. Dan masih banyak lagi contohnya dalam bahasa lain.
3. Konfiks atau prefiks plus sufiks ?
Dalam bahasa Belanda gebeente, bukan * (ge-) berupa prefiks atau *(-te) berupa sufiks, melainkan (ge—te)lah yang berstatus konfiks atau ambifiks.
Amati Struktur morfemis kata-kata Indonesia seperti kelupaan, kejatuhan dan sebagainya. Apakah prefiks ? (ke-) ditambah sufiks ? (-an), ataukah ambifiks ( ke—an ) ? Tentunya bahasa ini memiliki prefiks (ke-) seperti dalam ketujuh dan sufiks (-an) dalam bangunan, tetapi kata-kata tersebut tidak dalam kelas kata dengan anggota seperti kelupaan dan kejatuhan. Apabila ta ada kata kelupa atau ketujuh. Tidak ada pula kata *lupaan atau jatuhan. Jadi terbuktilah bahwa kelupaan terdiri atas (lupa) + (ke—an) .Dapat disimpulkan bahwa verba tadi struktur morfologisnya adalah dasar + ( ke—an).
4. Tipologi prefiksasi dan sufiksasi
Istilah “tipologi” dalam ilmu linguistik berarti”jenis”bahasa atau penelitian tentang “jenis”bahasa. Amati tipologi dengan morfologi yang rumit bahasa Hibrani dan bahasa Indonesia !
Hibrani
1. (a) ka:tab se:per ‘ia (dulu) menulis buku’
(verba) + (perfektif)
(b) yikto:b se:per ‘ia akan menulis buku’
(verba) + (imperfektif)
(c ) hikti :b ‘ia membuat ( orang lain ) menulis’
(kausatif) + (verba)
(d) haka:tab se:per ‘apakah ia (dulu) menulis buku ?’
(Tanya) + (verba)
(e) lo: ka :tab ‘ia (dulu) tidak menulis’

Indonesia
2. (a) ia turun
hanya(verba) monomorfemis
(b) ia tidak turun
(ingkar) + (verba)
(c )ia me-nurun
(durative) + ( verba)
(d) ia tidak me-nurun
(ingkar) _ (duratife) + (verba)
(e) apakah ia tidak me-nurun
(Tanya) + (ingkar) _ (duratife) + (verba)
(f) apakah ia tidak me-nurun-kan bendera
( Tanya) + (ingkar) + ( duratif = kausatif ) + (verba).
Kita melihat beberapa morfem yang baru bagi kita dalam contoh-contoh ini. Morfem (perfektif), (imperfektif) dan (durative) adalah fonem yang menyatakan “aspek” verba, dan (permisif) dan (desideratif) adalah morfem yang “modal”. Ada pula morfem ( kausatif) yang menyebabkan terjadinya hal yang diartikan oleh bentuk dasar; dan (kala) sudah kita ketahui. Akhirnya ada morfem (Tanya) atau (introgatif) serta morfem (ingkar) atau (negatif).
Dalam bahasa Hibrani dan Indonesia morfem (Tanya),(ingkar), (kausatif) dan (modal) mendahului morfem dasar verba ( dalam urutan tertentu ), sedangkan dalam bahasa Turki dan Jepang morfem tersebut menyusul morfem dasar dalam urutan yang sebaliknya, Hanya moprfem (kala) tidak konsisten dalam hal ini. Bahasa Hibrani dan bahasa Indonesia secara umum bahasa pemrefiks, sedangkan bahasa Turki dan Jepang adalah bahasa penyufiks.

5. Komplikasi diakronik dalam penelitian morfologis.
Untuk bahasa tertentu deskripsi morfologi menghadapi komplikasi yang sumbernya bersifat diakronik; perkembangan bahasa di masa lalu.
Komplikasi morfologis tampak jelas dalam bahasa Ingris. Hal ini merupakan akibat dari banyaknya pemungutan kata dari bahasa Prancis dulu, dan juga akibat pembentukan dari kata-kata baru atas dasar bahasa Latin dan Yunani.
Amatilah prefiks (per-) ( yang kita dapati juga dalam bentuk berprefiks yang sama seperti persuade ‘ meyakinkan’,permutation’perubahan’,permeate’memasuki’ perfection‘kesempurnaan’,dan sebagainya. Morfem (per-) itu jelas berstatus prefiks, dengan “beban fungsional” yang cukup tinggi.
6. Teknik deskripsi morfologis.
Para ahli linguistik menganalisis data-datanya secara morfemis, juga dalam deskripsi sintaktis, karena pengertian sintaksis menuntut aadanya pengertian morfologis.
Teknik deskripsi morfologis ini dipergunakan untuk analisis teks, yang memang selalu terdiri dari kalimat-kalimat. Dengan cara ini para ahli mempergunakan tiga baris; baris pertama memuat teks itu sendiri, yang tidak lain adalah “data” dan dinamai “baris dasar”, baris kedua memuat analisis morfem demi morfem , baris ini lazim disebut glos ( terjemahan ) “ antar baris” atau interlinear”, dan baris ketiga memuat “terjemahan bebas”atau disebut juga “glos bebas”.
Contoh :
Indonesia
Mari-lah kita ber- sama- sama memper-siap-kan pel- ajar-an
EXH EMPH 1: INCL VPR together RED CAUS ready FOBJ NOMN learnNOMN
‘Let us prepare the course material together.’
Dalam interliner huruf besar dipakai untuk glos-glos gramatikal ( artinya, yang tidak leksikal). Pengarang selalu harus menjelaskan singkatan yang dipakai untuk glos gramatikal itu. Disini EXH=exhortative; EMPH=emphatic; 1:INCL=first person inclusive; VPR=verbal prefix;RED=reduplication; CAUS= causative; OF=objective focus;NOMN=nominalizing affix.
Glos bebas seperti semua glos, diapit antara tanda petik tunggal.Perhatikan konvensi linguistik yang lain : contoh seperti selau dinomori ( dengan angka diantara kurung) dan selau menjorok ke dalam ( lazimnya tiga sampai lima spasi ). Morfem-morfem dalam baris dasar dipisahkan oleh garis penghubung ( tetapi glosnya interlinear tidak ), dan setiap glos morfemis interlinear disejajarkan dengan morfem asli pada baris dasar, di sebelah kiri.
7. Paradigma, fleksi dan derivasi.
Para ahli linguistik memakai istilah “paradigma” untuk golongan konstruksi morfemis dengan dasar yang sama. “Anggota-anggota” daftar “paradigma” itu juga disebut “alternan-alternan” dari paradigma (“alternan” berarti dapat “bentukalternan”,atau bentuk lain”)
Para ahli linguistik berkonsesus bahwa dua golongan bawahan yang terpenting dalam paradigma morfemis adalah golongan “fleksi” dan golongan yang berdasarkan “derivasi”.Golongan “fleksi” atau “ infleksional” adalah daftar paradigma yang terdiri atas bentuk-bentuk dari kata yang sama, sedangkan golongan derivasi adalah daftar yang terdiri atas bentuk-bentuk kata-kata yang tidak sama.Misalnya bentuk mengajar dan diajar adalah dua bentuk ( “aktif” dan “pasif”) dari kata yang sama, yaitu mengajar, sedangkan mengajar dan pengajar merupakan dua kata yang berbeda ( verba dan nomina). Kata yang sama dan yang tidak sama adalah istilah atau identitas kata atau identitas leksikal.Pendek kata : pengajar dan pengajaran tidak sama identitas leksikalnya dan hubungan diantaranya adalah derivasional bukan infleksional.
8. Klitika
Klitika biasanya adalah morfem yang pendek paling-paling dua silabe, biasanya satu, tidak dapat diberi aksen atau tekanan apa-apa, melekat pada kata atau frase yang lain, dan memuat arti yang tidak mudah dideskripsikan secara leksikal. Klitika juga tidak terikat pada kelas kata tertentu, seperti biasanya ada keterikatan itu dengan morfem-morfem terikat. Amati klitika pun dalam klausa seperti : Dalam hal ini pun dia berbakat klitika pun tidak dapat dipisahkan dari hal ini. Bandingkan juga konjungsi sekalipun, dalam arti “ meskipun”, dengan pemakaian pun sebagai berikut : Malah sekali pun ia tidak mampir, dengan sekali dalam arti “ satu kali “ dan arti pun dengan konotasi “ konsesif”. Maka secara ortografis pun dapat saja diberi tekanan. Akhirnya pun tidak terikat pada kelas kata tertentu dan dapat menyusul verba atau nomina ajektiva dalam konteks yang sesuai.
Klitika dibedakan menjadi “proklitika” dan “enklitika”, menurut posisinya.Disebelah kiri atau di sebelah kanan dari kata yang menjadi “tuhan rumahnya”, dalam bahasa Indonesia, pun dan -lah berupa enklitika.

3 komentar: